The Alchemists: Cinta Abadi

Wawancara (2)



Wawancara (2)

0Ketika ia mendengar jawaban Rose yang disampaikan dengan begitu tenang, kekaguman Rune kepada gadis itu semakin bertambah.     

Rose berhasil mengatakan hal-hal baik tentang Leon kepada para reporter, terlepas dari apa yang telah terjadi.     

Rose adalah wanita bangsawan yang sesungguhnya, kata Rune kepada dirinya sendiri.     

Rune bisa melihat bahwa meskipun hubungan keduanya telah gagal dan hati Rose hancur berkeping-keping karena pria yang dicintainya memutuskan untuk pergi, gadis itu tidak pernah menjadi seseorang yang picik atau bahkan sengaja hendak membalas dendam kepada Leon.     

Gadis cantik itu duduk di sana dengan anggun dan membicarakan semua hal positif tentang Leon dari sudut pandang seorang teman yang baik.     

Ia masih melindungi pria itu dan tidak membuka aib Leon kepada publik untuk membalas dendam.     

Rose bahkan tidak bertindak pasif-agresif atau membuat dirinya terlihat seperti korban dan berharap Leon akan membaca artikel itu sehingga ia menyadari betapa ia telah menyakitinya.     

Tidak. Rose tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan pertanyaan itu. Senyumannya juga tak pernah lepas dari wajah cantiknya.     

Perilaku Rose ini juga tidak luput dari perhatian para wartawan. Mereka mencacat apa saja yang diucapkan gadis itu kepada mereka dan bersikap sangat sopan ketika mengajukan pertanyaan selanjutnya.     

Rune merasa sangat beruntung. Jika saja Leon tidak cukup bodoh untuk membuang permata berharga seperti Rose, Rune tidak akan pernah bertemu dengannya dan jatuh cinta kepada wanita yang luar biasa ini.     

Rune merasa Leon pasti bisa mendapatkan segalanya jika pria itu bisa bersikap lebih berani. Ia seharusnya dengan tegas mengatakan tidak ketika ayah kandungnya yakni sang raja dan Duke Fournier memintanya untuk menerima tawaran mereka dan berpura-pura menjadi putra haram Duke Fournier agar raja bisa menjadikannya ahli waris.     

Raja dan ratu tidak akan punya pilihan selain mengalah karena sebenarnya tidak ada pewaris laki-laki lain yang bisa mengambil alih posisi itu.     

Leon sendiri sebenarnya punya kesempatan untuk menawar jika saja ia lebih percaya diri.     

Ia bisa saja meminta untuk diakui oleh ayah kandungnya dan tidak harus menjadi saudara laki-laki Rose.      

Jika saja ia melakukan itu, mereka berdua pasti masih bisa bersama.     

Tapi Leon tidak melakukan itu. Ia tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengambil apa yang menjadi haknya dan menerima kesepakatan yang merugikan dirinya.     

Ia pun harus menerima kenyataan untuk kehilangan Rose selamanya.     

Leon pasti beranggapan dirinya harus mengambil keputusan dan memilih. Pada akhirnya, ia memilih kesepakatan buruk itu untuk keuntungan dirinya sendiri dan menyakiti Rose dalam prosesnya.     

Jika Rune berada di posisi yang sama, jelas ia akan membuat pilihan yang berbeda. Ia lebih pintar dari Leon dan memiliki lebih banyak harga diri.     

Itulah perbedaan antara dirinya dan Leon. Rune mungkin tidak akan pernah mengerti bagaimana hidup dalam kemiskinan, dan hidup sebagai seseorang yang tidak pernah dianggap seumur hidupnya, pada akhirnya telah merusak harga diri Leon.     

Dan karena itu pula Leon melakukan apa yang ia lakukan, semua untuk mendapatkan pengakuan yang ia dambakan sepanjang hidupnya.     

Tapi, terserah lah, Rune sebenarnya tidak begitu peduli. Semua keputusan ada harganya. Kerugian Leon menjadi keuntungan tersendiri bagi Rune.     

"Terima kasih atas klarifikasi Anda, Yang Mulia," kata reporter lain. Ia melanjutkan dengan pertanyaannya sendiri. "Bagaimana pendapat Anda tentang Putri Anne? Kapan pertama kali Anda bertemu dengannya dan apakah Yang Mulia memiliki hubungan yang baik dengannya?"     

Rune tahu dari Rose bahwa gadis itu belum pernah bertemu Anne sebelum pertemuan mendadak mereka di Kota Tua minggu lalu. Dan pertemuan pertama itu tidak berjalan dengan baik dan bahkan meninggalkan kesan buruk terhadap satu sama lain.     

Setelah Leon mengakhiri hubungan mereka, Rose tidak terlibat dalam kehidupan Leon lagi. Ia segera meninggalkan Medion dan fokus pada hidupnya di luar negeri. Rose tinggal di Paris sebentar sebelum ia pindah ke New York.     

Dan sepertinya, Leon juga tidak ingin Rose bertemu dengan Anne, sebelum pertunangan mereka dilaksanakan. Itu sebabnya Rose hanya bertemu sang putri setelah Anne datang ke Medion untuk menikah.     

Namun, masih dengan senyum manis di wajahnya, Rose menjelaskan dengan tenang bahwa ia ingin sekali bertemu Anne lebih cepat. Tapi pada akhirnya mereka terlalu sibuk dan tidak dapat menemukan waktu untuk bertemu dan mengenal satu sama lain lebih dekat.     

"Putri Anne adalah wanita yang luar biasa," tambah Rose. "Kami bertemu beberapa kali ketika ia tiba ke Bacilia. Aku tahu ia akan membuat saudaraku sangat bahagia."     

"Apa menurutmu Putri Anne menyukaimu?" Reporter itu bertanya lagi.     

"Tentu saja ia menyukaiku. Putri Anne memiliki hati yang baik, jadi ia cenderung menyukai semua orang… hahaha," jawab Rose sambil bercanda. "Mengesampingkan semua candaan ini, aku pikir kami perlu menghabiskan lebih banyak waktu bersama agar kami bisa membangun hubungan yang lebih baik. Tapi aku yakin seiring berjalannya waktu, aku dan Putri Anne akan menjadi teman baik."     

"Apakah Anda dan Putri Anne pernah membicarakan rumor seputar hubungan Anda dengan Pangeran Leon di masa lalu?" Wartawan lain mengajukan pertanyaan.     

"Rumor yang mana? Sepertinya cukup banyak rumor yang beredar akhir-akhir ini yah," kata Rose, ia terlihat sangat bingung. "Aku tidak ingin berasumsi."     

"Ahem... yang saya maksud adalah rumor bahwa Anda dan tunangannya, Pangeran Leon, dulunya pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih," Wartawan itu berdeham dan menyerahkan tabletnya kepada Rose. "Kami sebenarnya memiliki foto eksklusif saat Anda bersama dengan Pangeran Leon."     

"Foto apa?" Rose bertanya, kali ini ia terlihat benar-benar bingung. Wartawan lain mencoba melihat gambar yang ada dalam tablet itu, tetapi wartawan itu dengan cepat menutupinya dengan tangannya dan hanya membiarkan Rose melihatnya.     

Saat melihat apa yang ada di layar tablet, tiba-tiba wajah Rose menjadi pucat.     

Rune bisa melirik sekilas saat ia duduk di samping Rose. Ia segera mengerti mengapa Rose kini tampak begitu putus asa.     

Foto yang ditunjukkan oleh jurnalis kepada Rose adalah foto dirinya dan Leon yang sedang berciuman. Foto itu tampaknya diambil dengan kamera tersembunyi.     

Mereka berdua tampak sedang duduk bersama di bukit favorit Rose dan fotonya diambil dengan menggunakan lensa telefoto dari suatu tempat yang cukup jauh.     

Tampaknya yang mengambil gambar itu adalah paparazzi atau detektif bayaran.     

Darah Rune segera mendidih ketika ia menyadari seseorang sangat ingin menghancurkan reputasi Rose dan berusaha menyuruh orang lain untuk menguntitnya dan Leon dan mengambil foto mereka.     

Dengan bukti nyata ini, apa pun yang dikatakan Rose tidak akan ada gunanya lagi. Orang-orang akan mengira ia berbohong. Reputasinya dan Leon akan ternoda selamanya.     

Rune hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan dadanya dipenuhi rasa simpati untuk Rose. Sekarang, ia bertekad untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini dan memberi mereka pelajaran.     

Setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini, Rune merasa ia bisa memperkecil kemungkinan tersangkanya. Mungkin orang yang bisa melakukan hal sejauh ini adalah Lisa Bisset dan/atau Sarah Miller.     

Para pecundang itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.