The Alchemists: Cinta Abadi

Apa Yang Rose Inginkan?



Apa Yang Rose Inginkan?

0  "Rose, yang kurasakan kepadamu adalah tanggung jawabku sendiri. Kau tidak perlu merasa tertekan untuk membalas perasaanku," kata Rune kemudian, seolah ia dapat membaca pikiran Rose. "Aku senang berada di dekatmu dan aku menikmati semua yang kita lakukan bersama. Kau tidak berhutang kepadaku untuk membalas cintaku."    

   Rose menelan ludah.    

   "Tunggu dulu.. Kenapa kau berkata seperti itu? Apakah kau bisa membaca pikiran??" Ucap gadis itu tanpa berpikir.    

   Bagaimana pria ini tahu apa yang sedang ia pikirkan? Rose merasa sangat terkesan.    

   "Tidak... hahahaha… seandainya saja aku bisa membaca pikiran," Rune tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya. "Aku pasti akan menghasilkan banyak uang jika aku bisa melakukan itu."    

   "Tapi kau tidak tertarik pada uang," Rose tersenyum.    

   "Hm... itu benar," Rune mengangguk. "Jadi, apa aku baru saja membaca pikiranmu?"    

   Rose mengangguk malu-malu. "Ya, benar."    

   "Kalau begitu, bagaimana menurutmu?" Rune bertanya lagi. "Sekarang karena kau sudah tahu siapa diriku, apa yang harus kita lakukan dengan kesepakatan kita? Aku juga sudah memberitahumu tentang perasaanku sejak awal. Siapa diriku yang sebenarnya tidak begitu penting."    

   Rose menarik napas dalam-dalam. Ia menatap Rune dengan serius ketika ia akhirnya menjawab. "Aku ingin berterima kasih kepadamu karena kau tetap berada di sisiku selama situasi yang menyebalkan ini. Aku tidak punya kata-kata lain untuk menggambarkan betapa aku bersyukur atas kehadiran dan kesabaranmu selama ini..."    

   Rune terkejut mendengar kata-kata Rose. Ia tidak pernah berharap gadis itu akan merasa begitu bersyukur akan keberadaannya selama ini.      

  Rose benar-benar wanita baik yang dibesarkan dengan sopan santun. Ia tahu bagaimana menghargai orang lain.    

   Sekarang, perasaan apa pun yang dimiliki Rune untuknya, telah berlipat ganda karena ia telah melihat bagaimana Rose menanggapi semuanya hari ini.    

   Gadis cantik itu tidak marah karena Rune menyembunyikan identitasnya dan 'berencana' untuk tetap berada di sisinya. Rose juga tidak merasa memiliki hak untuk tahu semuanya dari awal dan tidak bersikap seperti orang yang sudah dirugikan.    

   Tak hanya itu, ia juga tahu bagaimana caranya mensyukuri kehadiran Rune dan tidak malu menunjukkannya.      

  Entah kenapa, perlahan Rune menyadari kenapa ia bisa jatuh cinta kepada gadis ini. Ia menyukai kepribadian dan sikap Rose yang apa adanya meski ia berasal dari kalangan atas.    

   Ketertarikan fisik yang Rune sebut 'cinta pada pandangan pertama' tidak akan bertahan jika Rose bukan orang yang menarik dan ia tidak memiliki kepribadian yang hebat.    

   Semakin banyak mereka menghabiskan waktu bersama, semakin Rune bisa melihat semua sisi Rose yang menjadikan dirinya seperti sekarang dan Rune mencintainya akan hal itu.    

   "Terima kasih telah beranggapan seperti itu dan mengatakannya kepadaku, Rose," pria itu lalu tersenyum lebar. "Aku sangat menghargainya. Sekarang semua yang aku lakukan untukmu rasanya sepadan."    

   "Kalau begitu… karena kau sudah berkata demikian… Aku berharap kita bisa melanjutkan kesepakatan kita," tambah Rose. "Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lebih aku percayai selain dirimu untuk menjalankan peran ini, sebagai kekasih pura-puraku. Kau melakukannya dengan sangat baik."    

   "Terima kasih telah menegaskannya sekali lagi, Rose yang manis," jawab Rune sambil tertawa. "Aku akan melakukan yang terbaik."    

   Keduanya saling memandang dengan menyungging senyum di wajah mereka.     

  Kini Rune sangat senang karena hari ini ia memutuskan untuk memberi tahu Rose tentang identitasnya, semuanya berjalan lancar. Tidak ada drama seperti yang terjadi pada London dan L.    

   Astaga... mungkin di situlah perbedaan antara L dan Rose. L terlalu kekanak-kanakan dan egois, sedangkan Rose dewasa dan anggun.    

   Ia merasa sangat beruntung.    

   "Karena sekarang aku bisa mempertahankan peranku sebagai kekasih pura-puramu, aku ingin bertanya sekali lagi. Kau ingin aku menjadi siapa? Apakah kau ingin aku menjadi tuan muda dari keluarga kaya atau kau ingin aku menjadi ilmuwan miskin lagi? Pilihannya kini ada di tanganmu. Aku akan melakukan apa yang kau katakan," tambah Rune.    

   Rose teringat artikel yang ditulis oleh jurnalis itu. Sarah Miller ingin mempermalukan Rose dan Rune di depan umum, tetapi Rose yang pada akhirnya harus menertawakan kebodohan Sarah.    

   "Sebaiknya kita pertahankan persona yang sudah kau perankan selama ini. Kita tidak perlu mengatakan apa pun dan menyangkal artikel itu," Rose akhirnya memutuskan. "Aku ingin melihat apakah mereka akan mencoba menghasutku lebih jauh?"    

   "Kedengarannya bagus," kata Rune.    

   Rose menyeka matanya yang basah. Ia tidak menyadari bahwa matanya sudah berkaca-kaca saat ia merasakan bahwa waktu yang ia habiskan di Medion terasa lebih mudah dijalani saat ada Rune di sampingnya.    

   Tiba-tiba, ia memeluk pria itu. "Oh... terimakasih banyak!"      

  Rune terkejut dengan pelukan mendadak dari Rose. Ia menepuk-nepuk punggungnya dan membalas pelukan gadis itu.    

   Hari ini sungguh hari yang sangat baik.    

   ***    

   Rose memutuskan untuk menepati janjinya kepada Rune dengan mengajak pria itu melihat-lihat bagian lain Kota Tua yang tidak bisa mereka lihat karena insiden dua hari lalu.    

   Setelah Rose mengetahui siapa Rune sebenarnya, ia memaksa pria itu untuk memakai pakaian yang lebih baik dan lebih nyaman serta menjadi dirinya sendiri.    

   Rose merasa senang karena Rune bisa menerima dirinya apa adanya dan karena itu ia ingin melakukan hal yang sama.    

   Mereka menikmati waktu yang menyenangkan dengan menjelajahi Kota Tua dan melihat banyak tempat bersejarah. Rose berperan sebagai pemandu wisata yang baik dan menjelaskan cerita di balik begitu banyak bangunan tua indah yang tersebar di sekitar area tersebut.    

   "Bagaimana kalau kita membeli ponsel baru untukmu?" kata Rune setelah mereka selesai menjelajahi Kota Tua. Pria itu ingat Rose telah merusakkan ponselnya pagi ini dan sekarang gadis itu sepertinya butuh ponsel baru.    

   "Hmm... apakah aku benar-benar membutuhkannya?" Rose mengangkat bahu. "Aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun."    

   "Tapi orang tuamu perlu tahu di mana kau berada dan bagaimana mereka bisa menghubungimu jika kau tidak punya ponsel?" kata Rune. Ia menyeringai ketika menambahkan kata-kata berikutnya. "Jika kau memang ingin menghindari orang-orang tertentu, kau bisa memblokirnya."    

   Yang Rune maksud tentu saja adalah Leon.    

   Rune lebih suka Rose memutuskan hubungan dengan Leon setelah pernikahan kerajaan dilangsungkan dan dengan begitu Rose bisa mendapatkan hidupnya kembali. Namun, Rune sadar akan posisinya dan ia tidak mengatakan keinginannya secara terang-terangan.    

   "Hmm... oke. Aku akan membeli ponsel baru," akhirnya Rose mengalah.    

   "Bagaimana menurutmu tentang undangan makan malam Pierre? Apa kau ingin langsung makan malam dengan mereka atau ingin pulang dulu?" Rune melihat jam tangannya. "Makan malam tinggal dua jam lagi."    

   "Tidak bisakah kita datang menemui mereka lebih awal?" Rose bertanya kepadanya. "Maksudku, kita bisa pergi dan menemui mereka untuk mengobrol, lalu makan malam bersama. Bagaimana menurutmu?"    

   


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.