The Alchemists: Cinta Abadi

Aku Di Sini Untuk Memperbaiki Kesalahanku



Aku Di Sini Untuk Memperbaiki Kesalahanku

0"Mengapa kau berterima kasih padanya?" Sang Duchess menjadi bingung ketika ia melihat apa yang dilakukan Rose.      

Rose memeluk Rune, lalu menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki itu, dan mencium pipinya sebelum ia kembali ke kursinya dan menoleh ke ibunya, "Aku berterima kasih kepadanya karena Rune yang membuat mereka meminta maaf."     

"Apa? Apakah itu benar?" Duchess Fournier bertanya pada Rune.     

Laki-laki itu masih merasakan euforia dengan ciuman yang baru saja mendarat di pipinya tadi. Ia yang masih linglung lalu menjawab, "Yah, secara teknis... itu benar."     

"Aku tidak mengerti," kata duchess lagi. Wanita itu lalu menoleh ke suaminya. "Apakah kau tahu sesuatu tentang ini?"     

Duke Fournier menggelengkan kepalanya.      

"Ibu... Rune ini sebenarnya adalah Rune Schneider," Rose akhirnya menjelaskan. "Ketika kantor berita menulis bahwa aku berkencan dengan Rune Schneider, mereka melakukannya untuk mengejek aku, mengira pacar aku mengaku sebagai seseorang dari keluarga Schneider padahal ia sebenarnya adalah penipu. Anne dan Sarah memberi mereka kebohongan."     

"Tapi ..." Duchess Fournier menoleh ke arah Rune. "Jangan tersinggung, tapi... itu benar, bukan? Kau bukan dari keluarga Schneider yang itu?"     

"Tidak, itu bohong," Rose cemberut. "Ia membuatku berpikir ia miskin dan ia hanya memiliki nama belakang yang sama dengan mereka. Tapi ia sebenarnya salah satu dari keluarga Schneider yang itu."     

Sekarang Rune merasa tidak enak karena berbohong. Ia menatapnya dengan ekspresi bersalah.     

Untungnya, Rose dengan cepat menambahkan. "Tapi aku mengerti kenapa ia melakukannya. Aku juga melakukan hal yang sama padanya. Aku berpura-pura menjadi artis yang kesulitan karena aku tidak ingin berkencan dengan laki-laki yang hanya mengejar kekayaan keluarga kita."     

"Oh ..." Duchess Fournier menekap bibirnya karena terkejut. Ia menatap Rune dengan saksama, mencoba memahami fakta ini.     

Jadi... laki-laki ini... apakah benar-benar Rune Schneider? Sangat sulit dipercaya karena Rune selalu rendah hati dan terlihat santai. Laki-laki itu tidak peduli jika mereka semua mengira ia miskin dan yang lainnya.     

"Ini... sangat mengejutkan," sang Duchess hanya bisa bergumam.     

"Aku minta maaf jika telah berlaku tidak sopan dengan tidak menjelaskan diriku dengan lebih baik," kata Rune meminta maaf. "Namaku adalah Rune dan keluargaku sebenarnya kaya. Aku hanya tidak punya kebiasaan memperkenalkan diri dari sudut itu. Aku harap Tuan dan Nyonya bersedia memaafkanku."     

Sang Duchess melambaikan tangannya, Wajahnya tampak berseri-seri, tidak lagi khawatir dan bingung seperti sebelumnya. "Tidak sama sekali. Aku tidak tersinggung. Aku hanya terkejut. Semuanya baik-baik saja."     

Rune merasa lega karena ia telah menyelesaikan situasi itu dengan orang tua Rose. Dengan cara ini, mereka akan lebih mempercayainya untuk membawa Rose bersamanya bertemu keluarganya.     

Suasana saat sarapan menjadi lebih cerah dan hangat. Rose dan orang tuanya sangat senang melihat semua permintaan maaf publik terpampang di situs berita. Itu memberi mereka ketenangan pikiran setelah seminggu terakhir yang penuh tekanan.     

Sore harinya, Rose pergi berbelanja oleh-oleh bersama Rune untuk diberikan kepada keluarganya sebagai oleh-oleh dari Medion. Kemudian, ia mengemasi koper kecilnya dengan beberapa pakaian dan semua yang ia butuhkan untuk liburan.      

Karena Jerman lebih dingin daripada Medion di musim gugur, ia juga membawa dua mantel untuk membuatnya tetap hangat. Ia siap membuka babak baru dalam hidupnya, melanjutkan hidup dari Leon dan dari masa lalunya di Medion.     

***     

"Apakah kau siap untuk berangkat?" Rune meminta Rose masuk setelah Tuan Rolland memasuki rumah mewah itu dan melaporkan bahwa mobil sudah siap.     

Rose mengangguk senang, "Ya, aku sudah siap."     

"Aku lupa menanyakan jam berapa penerbangan kalian," tanya sang duchess. Ia datang untuk memeluk Rose dan mengantarkan wanita itu ke pintu depan.     

"Kami tidak terburu-buru, kapan saja Rose siap, pesawat akan berangkat. Kami tidak menunggu penumpang lain," jelas Rune.     

"Oh..." Duchess Fournier hampir lupa bahwa laki-laki di hadapannya ini berasal dari keluarga yang sangat kaya. Seharusnya tidak mengejutkan jika laki-laki itu memiliki jet pribadi untuk bepergian kapan pun ia mau. Mereka tidak perlu mengikuti jadwal tertentu. "Kalau begitu, kalian bersenang-senang!"     

"Terima kasih, ibu," kata Rose sambil memeluk ibunya. Ia lalu memeluk ayahnya yang ikut bersama ibunya mengantarkannya ke pintu depan sebelum akhirnya menghampiri Rune yang menunggunya sambil tersenyum.     

Pasangan itu berdiri di ambang pintu, berpegangan tangan, mengawasi Rose dan Rune memasuki mobil. Tuan Rolland yang melihat tas yang dibawa oleh Rune dan Rose dengan sigap mengambilnya dan menaruh tas mereka di bagasi, sebelum akhirnya laki-laki itu naik ke kursi pengemudi.     

Rune dan Rose menurunkan jendela mereka masing-masing untuk melambai pada Duke dan Duchess Fournier, saat mobil melaju menjauh dari rumah mewah milik keluarga Fournier itu.     

"Selamat tinggal, ibu, ayah... sampai jumpa dua minggu lagi," kata Rose sambil melambaikan tangannya.     

"Hati hati!" balas pasangan itu.     

Perjalanan ke bandara akan berlangsung selama setengah jam. Kali ini, mereka tidak pergi ke terminal internasional untuk check-in seperti biasanya. Mobil akan langsung menuju landasan. Staf pesawat akan menangani semua dokumen mereka sementara Rose dan Rune bisa segera bersantai di kabin.     

"Kita telah sampai, Nona," kata Tuan Roland setelah ia menghentikan mobil dan turun dari kursi pengemudi. Pengemudi yang setia itu membuka pintu untuk Rose terlebih dahulu, sebelum ia berlari memutar untuk membukakan pintu untuk Rune, dan terakhir laki-laki itu  mengambil tas mereka dari bagasi.     

Namun, ia tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika matanya melihat seorang laki-laki berjalan dari kiri menghampiri mereka. Ternyata, ada mobil lain yang menunggu di landasan itu dan penumpang itu baru keluar saat Rose keluar dari mobilnya.     

"Yang Mulia," Tuan Roland menyapa Leon dengan tergagap.     

Laki-laki itu bertanya-tanya mengapa Leon datang kemari secara tiba-tiba. Apakah Leon datang untuk melihat Rose? Sopir itu berbalik dan melihat Rose yang berdiri membeku di tempatnya. Mulut wanita itu menganga kaget melihat kehadiran Leon yang tiba-tiba di bandara ini.     

"Rose..." Leon tersenyum meminta maaf. "Aku minta maaf karena mengganggu rencana perjalananmu, tapi aku... aku perlu bertemu denganmu dan berbicara denganmu."     

"Leon..." gumam Rose. "Apa yang kau lakukan di sini?"     

"Aku tidak ingin menyesali ini seumur hidupku..." Suara Leon berubah serak. Ia mengulurkan tangannya ke Rose. "Aku memang brengsek. Aku tidak pantas untukmu..."     

Rose terkejut melihat mata laki-laki itu berkaca-kaca. Apakah Leon menangis?      

Mengapa?     

"Apa yang kau inginkan, Leon?" Rose bertanya kepada laki-laki itu dengan dingin. "Kau ini laki-laki yang sudah menikah. Kau tidak boleh datang ke sini. Ini akan membuat orang berpikir kau mengejar wanita lain ketika kau sudah punya istri. Banyak orang akan salah paham."     

Leon menggelengkan kepalanya. "Ini bukan kesalahpahaman. Aku telah membuat kesalahan terbesar dalam hidup aku... dan aku di sini untuk memperbaikinya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.