The Alchemists: Cinta Abadi

Alasan Sebenarnya Rose Tidak Menghubungi Rune (2)



Alasan Sebenarnya Rose Tidak Menghubungi Rune (2)

0"Aku tidak mengerti mengapa kau tidak pernah meneleponku," kata Rune lembut untuk membuka percakapan. Ia berusaha membuat suaranya terdengar netral, tidak menghakimi, menyalahkan, atau menuntut.      

Rose memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan matanya yang berlinangan air mata.     

"Maafkan aku," katanya lagi.     

"Tidak ada yang perlu dimaafkan," kata Rune. "Tolong berhenti meminta maaf. Aku hanya ingin tahu."     

"Yah ..." Rose menatap tehnya dan kemudian ia pelan-pelan mulai berbicara, menjelaskan apa yang terjadi. "Leon dan aku berbincang panjang lebar. Ia akhirnya menyadari bahwa semua yang dia pikir ia inginkan, ternyata tidak membuatnya merasa bahagia."     

Ia melanjutkan, "Akhirnya Leon menyesali keputusannya untuk meninggalkanku demi kekuasaan dan harta. Ia kemudian memohon kepadaku untuk memaafkannya dan menerimanya kembali."     

Rune membayangkan bahwa memang seperti itu yang terjadi. Leon pasti bertindak tak tahu malu dan memohon Rose untuk memaafkannya ketika mereka bertemu di bandara untuk berbicara.     

Rune bertanya-tanya apakah Rose memang menerima permintaan Leon untuk rujuk kembali. Sehingga Rose akhirnya sama sekali tidak mau menghubungi Rune.      

Karena sekarang ia melihat bahwa Rose dan Leon sudah tidak bersama, Rune mengira hubungan mereka saat rujuk kembali ternyata tidak berhasil. Jadi, sekarang Leon dan Rose berpisah.     

Apakah itu yang terjadi?     

"Aku memikirkannya selama berhari-hari," Rose mengakui dengan jujur. "Itu adalah titik balik dalam hidupku dan aku tidak ingin mengambil keputusan yang salah. Jadi, aku meminta kepada Leon untuk memberiku waktu berpikir."     

Rose melanjutkan penjelasannya dengan suara serak. "Setelah tiga hari, aku akhirnya menyadari bahwa aku tidak dapat bersama seseorang yang menjadikanku sebagai pilihan. Jadi, akhirnya, aku mengatakan kepadanya bahwa aku memaafkannya, tetapi aku tidak bisa lagi bersamanya."     

"Ohh..."     

Rose menyeka air matanya yang tanpa terasa mengalir semakin deras. "Tidak mudah bagiku untuk mengatakan tidak kepada Leo karena aku sangat mencintainya, dan aku menunggunya selama dua tahun setelah hubungann kami berakhir."     

Hati Rune berdebar-debar ketika ia mendengar Rose mengatakan ia menolak tawaran Leon untuk rujuk.     

"Oh..." Pemuda tampan itu mengulurkan tangannya dan menyentuh tangan kanan Rose di atas meja. "Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa padaku?"     

Rose menatap tangan Rune yang menyentuh tangannya dan air mata mulai menetes ke pipinya. Gadis itu menyeka matanya dengan lengan bajunya dan berusaha terlihat baik-baik saja.     

Rune merasa hatinya sakit ketika dia melihat Rose mencoba untuk terlihat tabah.  Pria itu segera mengeluarkan saputangan dari sakunya dan memberikannya kepada Rose.     

"Rose, pakai saja sapu tangan ini," katanya lembut.     

Rose menerima sapu tangan Rune dan mengangguk penuh terima kasih. Ia lalu menyeka air matanya dengan tangan kirinya, membiarkan tangannya yang satu lagi tetap disentuh oleh tangan Rune.     

Sentuhan itu sebenarnya terlihat cukup intim, tetapi mereka berdua berpura-pura tidak menyadarinya.     

"Terima kasih," kata Rosé. Ia meletakkan saputangan Rune di atas meja dan melanjutkan penjelasannya. "Setelah berbicara dengan Leon, aku mengalami depresi berat. Aku tidak bisa meninggalkan kamar selama berminggu-minggu."     

Ia kembali bicara sambil  menahan tangis. "Rasanya sangat sulit. Aku sering berpikir untuk meneleponmu dan menjelaskan apa yang terjadi, tetapi aku tidak dapat memaksa diri untuk melakukannya. Hari-hariku menjadi semakin gelap... dan..."     

Rune akhirnya mengerti apa yang terjadi dan ia merasa ingin menangis juga. Kenapa ia tidak menelepon Rose duluan? Atau setidaknya... mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan Rose?     

Ia tidak tahu bahwa Rose sedang berjuang melawan depresi. Pasti sangat sulit berada dalam situasi yang sedang ia alami.     

Ah....tentu saja, menelepon seorang pria untuk menjelaskan kondisinya adalah hal terakhir yang bisa dilakukan Rose. Gadis itu sedang melalui masa-masa sulit dan ia berjuang untuk tetap waras dalam kondisinya.     

Oh... Rune merasa sangat bersalah. Seharusnya ia bisa menelepon Duke atau Duchess Fournier untuk memeriksa keadaan Rose. Sangat mudah baginya untuk mendapatkan kontak mereka.     

Namun, ia tidak melakukannya dan hanya berpikir yang buruk-buruk.     

"Maafkan aku, Rose..." bisik Rune dengan suara parau. Ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Dia sudah salah mengira tentang Rose.     

"Tidak apa-apa. Aku jauh lebih baik sekarang," Rose tersenyum tipis. "Kegiatanku melukis sangat banyak membantuku mengatasi depresi dan perlahan-lahan aku pun mulai pulih."     

Ia menambahkan, "Sesudah aku pulih dari depresi... aku merasa canggung untuk menghubungimu. Rasanya sudah terlambat untuk berbicara denganmu. Aneh kan kalau aku tiba-tiba meneleponmu dan berkata, 'Hei, maafkan aku karena sudah lama tidak memberi kabar. Apakah kau baik-baik saja? Bisakah kita memulai lagi semuanya dari awal?'"     

Rune mengerti apa yang dimaksud Rose. Setelah berpisah cukup lama dan sama sekali tidak berkomunikasi, mereka akan merasa canggung.     

"Aku minta maaf karena tidak menanyakan kabarmu, tidak menghubungi terlebih dahulu," kata pria itu. Ia merasa bersalah. "Sejujurnya aku pikir kau memutuskan untuk rujuk bersama Leon dan tidak tega mengatakan yang sebenarnya kepadaku."     

Rune menghela napas, "Jadi, aku menunggu... dan terus menunggu... dan akhirnya, setelah berminggu-minggu tidak ada kabar, kupikir kau sudah bahagia dengan Leon. Dan kemudian, aku membaca berita di mana-mana tentang Leon dan kau serta Anne ... Lalu ... "     

Rune berhenti berbicara dan menatap Rose dalam-dalam. Ia lalu menggunakan kedua tangannya untuk meraih tangan kanan Rose dan meremasnya dengan lembut.     

"Rose, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Kupikir kau sudah kembali bersama Leon, jadi aku menghabiskan seluruh waktuku untuk menyibukkan diri dan melupakanmu. Hal itu sangat sulit..."     

Rose menatap pria itu dengan mata basah. Ia mengangguk lemah. "Aku juga merasakan hal yang sama, Rune. Namun... aku menyadari bahwa aku tidak cukup baik untukmu. Itu sebabnya aku memutuskan untuk tidak mengharapkan cintamu. Lagipula aku terlalu malu untuk meneleponmu."     

"Hah? Kenapa? Bagaimana kau bisa berpikir kau tidak cukup baik untukku? Mengapa kau merasa malu untuk menelepon?"     

Rose menyeka matanya dengan saputangan Rune lagi. Ia menggelengkan kepalanya dengan sedih.     

"Aku menyadari bahwa aku adalah wanita menyedihkan yang tidak bisa melupakan pria yang telah memperlakukannya dengan buruk. Harga diriku sangat rendah dan kemudian kau datang ke dalam hidupku... Kau adalah laki-laki yang baik dan luar biasa. Saya merasa... kau terlalu baik untukku."     

"...."     

"Ya, itu benar. Aku sudah memikirkannya sejak lama," Rose mengakui. "Kau melakukan begitu banyak untukku, padahal kau ini bisa mendapatkan wanita mana pun yang kau inginkan. Setelah memutuskan hubungan sama sekali selama berbulan-bulan dan tidak meneleponmu, rasanya canggung kalau aku tiba-tiba menelepon. Ditambah fakta bahwa aku menganggap kau terlalu baik untukku.. ."     

Rose tersenyum pahit dan menambahkan, "Aku menyadari bahwa aku seharusnya menjauh dan menata hatiku, memulai kembali hidupku dan berusaha mencapai impianku sebagai seorang pelukis."     

Rune merasa hatinya tiba-tiba menjadi sangat ringan.     

Jadi, itulah alasan sebenarnya mengapa Rose tidak meneleponnya... Bukan karena Rose telah kembali bersama Leon, dan bukan karena ia masih mencintai lelaki itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.