The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan Rune



Keputusan Rune

0Rose menoleh kepadanya, dan air mata yang terlihat jelas di mata wanita itu membuat hati Rune terasa sakit. Ia sedang melihat wanita itu dari samping dan ia tidak menyadari gadis itu menahan air mata sambil mempertahankan ekspresi datar.     

Dan sekarang, Rose tidak bisa lagi menahan air matanya lagi. Ia mulai terisak-isak tak terkendali     

"Rune ..." Ia menyentuh tangannya dan memohon padanya. "Bisakah aku bicara berdua saja dengan Leon? Kumohon."      

Rune merasakan sakit di hatinya ketika ia mendengar kata-kata dan ekspresi Rose yang memohon seperti itu. Entah bagaimana, sesuatu di kepalanya mengatakan kepadanya bahwa Rose akan memaafkan Leon. Wanita itu selalu melakukannya.     

Rose telah menoleransi perbuatan Leon dan melakukan segalanya demi laki-laki itu selama dua tahun terakhir. Ia telah berkorban begitu banyak untuk laki-laki ini, bahkan walaupun hal itu membuat hatinya hancur.     

Apa karena laki-laki itu adalah cinta pertamanya sehingga Rose selalu saja memaafkan Leon? Kata orang cinta pertama tidak pernah mati.     

Rune ingat bagaimana hal itu berlaku pada saudara-saudaranya. Aleksis dan London semuanya menikahi cinta pertama mereka, yang juga merupakan cinta sejati mereka. Cinta saudaranya itu untuk pasangan mereka tak terbantahkan.     

Apakah ini yang dirasakan Rose terhadap Leon?     

Apakah wanita itu akan menerima laki-laki itu kembali tidak peduli apa yang terjadi antara ia dan Rose di masa lalu?     

"Rose... kita punya rencana untuk pergi ke Jerman bersama," Rune mengingatkannya. "Sudah waktunya kita berangkat."     

Ia tidak ingin wanita itu tinggal dan bicara berdua saja dengan Leon. Ia tahu apa yang akan terjadi jika ia membiarkan Rose berbicara secara pribadi dengan mantan kekasihnya.     

Wanita itu akan memaafkan Leon, dan kemudian datang ke Rune untuk meminta maaf dan mengatakan kepadanya bahwa ia harus pergi ke Jerman sendirian.     

Rose lalu akan berterima kasih kepada Rune karena telah menjadi laki-laki yang baik. Ia akan berterima kasih padanya karena telah menjadi kekasih pura-pura yang baik.     

Dan kemudian, ia akan meminta maaf, mengatakan bahwa ia tidak berpikir mereka bisa menjadi lebih dari sekadar teman. Ia akan mendoakan kebahagiaan untuk Rune dan berharap suatu hari nanti ia akan menemukan seorang wanita yang beruntung menjadi kekasihnya.     

Rune sudah bisa membayangkan semua itu kepalanya sekarang. Ia tidak menginginkannya. Ia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.     

"Aku benar-benar perlu berbicara berdua dengan Leon," kata Rose tegas. "Tolong.. bisakah kau menunggu sebentar?"     

Mereka tidak menggunakan maskapai komersial. Mereka bisa berangkat kapan pun mereka mau, hanya perlu mengosongkan jadwal dengan pihak bandara. Itu bukan masalah besar.     

Tentunya mereka bisa menunggu, kan? Itulah yang Rose pikirkan.     

Sayangnya, Rune tidak berpikir seperti itu.     

Ia cemburu dan kesal, karena, bahkan setelah semua yang telah terjadi, Rose masih menyerah pada Leon, terpengaruh oleh permintaan maaf laki-laki itu, dan membiarkan ia membujuknya untuk berbicara secara pribadi.     

Ia yakin itu tidak akan berakhir dengan baik.     

"Maaf, aku tidak bisa menunggu," jawab Rune singkat. "Entah kau ikut denganku ke Jerman dan bertemu keluargaku SEPERTI YANG KITA RENCANAKAN bersama, atau kau ingin tinggal dan menyelesaikan masalahmu dengan Leon."      

Ia tiba-tiba merasa malu karena bersikap picik kali ini tetapi ia hanya manusia dengan perasaan dan ia tidak ingin menjadi sebuah pilihan.     

Ia telah menyatakan niatnya dengan jelas dari awal. Ia jatuh cinta dengan Rose dan ia ingin menjalin hubungan yang sesungguhnya dengan wanita itu. Ia ingin wanita itu bertemu dengan keluarganya. Dan ketika waktunya tepat, ia ingin menikahinya.     

Rune tidak ingin bermain dengan perasaan Rose. Ia bersedia menunggu sampai Rose akhirnya akan siap, tetapi ia tidak ingin wanita itu terus kembali kepada Leon dan hanya datang kepadanya ketika Rose menyadari bahwa hubungannya dengan Leon tidak berhasil.     

Rune tidak ingin menjadi pilihan seperti itu, setidaknya tidak untuk kali ini.     

"Mengapa kau melakukan ini?" Rose menatap Rune dengan alis berkerut. "Aku hanya ingin berbicara dengannya. Kau bilang aku bisa menyelesaikan masalahku dengan Leon."     

"Ya. Aku memang mengatakan itu..." Rune menghela nafas panjang. "Aku pikir kau masih memiliki masalah yang belum terselesaikan dengan laki-laki itu. Dan aku tidak ingin menghentikan kau untuk menyelesaikannya. Kau dapat mengambil semua waktu yang kau butuhkan untuk berbicara dengannya. Aku tidak ingin kau terburu-buru hanya karena kau pikir kau harus mengejar sebuah penerbangan."     

Ruen lalu menambahkan, "Itu sebabnya, jika kau memilih untuk tinggal dan berbicara dengannya secara pribadi, aku akan pergi. Beri tahu aku ketika kau siap untuk terbang ke Jerman, aku akan datang dan menjemputmu. Atau ... jika kau memutuskan untuk tidak pergi, jadi aku akan tahu bagaimana hubungan kita saat ini."     

Mata Rose redup ketika ia mendengar kata-kata Rune yang diucapkan laki-laki itu dengan nada datar. Ia tahu apa yang dikatakan oleh laki-laki itu benar.     

Rune sangat baik dengan memberinya waktu, sebanyak yang ia inginkan dan butuhkan, untuk berbicara dengan Leon dan menyelesaikan masalahnya dengan laki-laki itu.     

Jika Rune mengatakan ia akan menunggunya di dalam pesawat saat ia berbicara dengan Leon, segalanya akan menjadi canggung ketika ia akhirnya memilih Leon dan menyuruh Rune untuk pergi sendiri.     

Dan hal ini juga memberi Rose kebebasan untuk berbicara dengan Leon sebanyak yang ia butuhkan. Ia tidak akan merasa terburu-buru, hanya karena seseorang sedang menunggunya.     

Air matanya jatuh semakin deras saat ia menyadari betapa baiknya laki-laki ini padanya.     

Namun, meskipun laki-laki yang berada di depannya saat ini sangat baik. Ia harus berbicara berdua saja secara pribadi dengan Leon.      

"Rune..." Rose menggigit bibirnya. Ia maju dan melingkarkan tangannya untuk memeluk leher Rune, dan berbisik, "Terima kasih."     

Rune tersenyum pahit dan menepuk punggungnya. "Beri tahu aku jika kau telah siap untuk pergi ... atau tidak."     

Ketika ia melepaskannya, Rune segera mengambil tasnya dari mobil dan berjalan ke pesawat, tidak melihat ke belakang sama sekali.     

Ia tidak ingin wanita itu melihat bahwa air matanya juga saat ini telah keluar. Ia punya perasaan bahwa Rose tidak akan pernah menghubunginya dan memintanya untuk datang dan menjemputnya.     

Ini adalah akhir dari kisah cintanya yang berumur pendek. Mungkinkah itu bisa disebut kisah cinta? Itu adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan.     

Rose melihat punggung Rune sampai laki-laki itu menghilang dengan tubuhnya gemetar, sambil terisak dalam diam. Ia ingin meminta laki-laki itu untuk menunggu dan tidak segera pergi lebih dulu, tetapi ia tahu tidak adil baginya untuk membuat laki-laki itu terus menunggunya.     

Ia terlalu baik untuknya.     

Tuan Roland yang menyaksikan adegan itu hanya bisa menghela nafas panjang.     

Nona Rose sungguh malang, pikirnya kasihan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.