The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Malam Yang Hangat



Makan Malam Yang Hangat

0Rune lalu menoleh ke arah Rose dan memperkenalkan Vega dan Mischa kepadanya. "Rose, perkenalkan, ini keponakanku, namanya Vega, dan ini suaminya, Mischa Rhionen."     

Rose mengerjap-kerjapkan matanya keheranan. Ia tidak dapat mempercayai pendengarannya sendiri.      

Bagaimana mungkin keponakan Rune sudah sedewasa ini? Berarti Aleksis memang jauh lebih tua dari yang Rose duga karena ia memiliki anak perempuan yang seumuran Rune!      

Rose sangat terkejut melihat Vega yang tampak seperti seumuran dengan sang ibu, Aleksis. Walaupun tadi ia sudah menduga bahwa keduanya adalah ibu dan anak, tetap saja Rose merasa sulit percaya saat Rune sendiri yang mengonfirmasinya.     

Astaga... Rose kini menjadi semakin merasa yakin orang-orang super kaya yang sebenarnya memang berbeda standar hidupnya dan tidak terjangkau oleh orang biasa.     

Sekarang Rose percaya pada apa yang dulu Rune ucapkan bahwa keluarganya memiliki wajah-wajah yang awet muda. Ah, apalagi wanita dari keluarga sangat kaya seperti Aleksis pasti memiliki akses ke obat anti penuaan yang sangat mahal.      

Orang-orang kaya itu bisa terlihat muda karena mendapatkan perawatan dari teknologi terbaik untuk menghambat penuaan dini dan meremajakan kulit mereka, sesuatu yang pasti tidak akan bisa diperoleh oleh Rose karena ia bukan dari level mereka.     

Suami Aleksis, Elios Linden merupakan pemegang perusahaan dengan teknologi paling maju! Hal-hal seperti itu pasti mudah mereka dapatkan.     

Melihat ekspresi Rose yang terkagum-kagum, Rune pun berencana untuk secepatnya memperkenalkan Rose kepada Caspar dan Finland.      

Mungkin setelah memperkenalkan Rose kepada orang tuanya ia akan dapat memperoleh waktu yang tepat untuk membahas masalah penting dan lebih mendesak tentang identitas keluarganya sebagai anggota klan Alchemist.     

Dulu, Rune sempat berpikir untuk mengenalkan orang tuanya sebagai kakak laki-laki dan kakak iparnya untuk sementara waktu. Namun, sekarang ia memutuskan untuk menjelaskan yang sebenarnya dan menguak bahwa semua anggota keluarganya terlihat muda karena mereka abadi agar Rose tidak semakin dibuat kebingungan.     

Rune berdeham. "Kau mau menyalami mereka?"     

Rose langsung tergugah dari lamunannya. "Oh, halo, selamat malam Vega dan Mischa. Senang bertemu dengan kalian."     

"Selamat malam. Senang bertemu denganmu, Rose," kata Vega dengan ramah.     

Mischa hanya mengangguk dan menyapa Rose dengan keramahan yang sama seperti istrinya. Rose merasa sangat gembira karena keluarga Rune semuanya sangat baik kepada dan mereka juga terlihat sangat saling menyayangi.      

Aleksis tersenyum simpul melihat Rune sudah memperkenalkan Rose sebagai kekasih sungguhan, bukan lagi kekasih pura-pura. Dari keluarga besar mereka, Aleksislah yang tahu secara detail tentang masalah kekasih pura-pura antara Rose dan Rune.      

Ia senang sekarang Rose bisa masuk menjadi bagian keluarga besar mereka. Wanita cantik itu lalu bertepuk tangan dan berseru gembira, "Mari kita memulai makan malamnya, waktu sudah menunjukkan pukul 6 malam."     

Setelah menyambut kedatangan Vega dan Mischa, mereka lalu turun ke ruang makan untuk menikmati makan malam dan mengisi kursi-kursi di sekitar meja makan. Benar kata Mischa, kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu bangun saat hidung mereka mencium bau makanan.     

"Daddy…" Anak laki-lakinya yang berusia dua tahun segera menggapai-gapaikan tangannya meminta digendong, sementara bayi perempuannya yang berambut putih segera menangis dengan sangat keras.     

"Ahahaha… sebentar ya," Vega tertawa dan segera mengambil bayinya dari double stroller dan menggendongnya. "Aku beri makan si kecil dulu. Dia senang makan di luar."     

Ia permisi keluar dari pintu sebelah dan duduk di salah satu bangku taman yang nyaman untuk menyusui bayinya. Bayi perempuan bernama Luna itu segera diam dari tangisnya dan makan dengan tenang.     

Semua orang di ruang makan saling pandang dan tertawa. Mischa tersenyum paling lebar saat menatap ke arah istrinya yang sedang menyusui Luna dan bersenandung kecil. Rose dapat melihat sepasang mata pria itu tampak dipenuhi cinta.     

"Daddy…" Suara anak lelakinya membuat Mischa tergugah. Ia menggendong anaknya dan didudukkan di kursi tinggi yang disediakan oleh seorang pelayan.      

"Kau mau jus?" tanya Mischa dengan penuh perhatian. Anak laki-laki yang tampak sangat mirip dengannya itu mengangguk sambil tersenyum lebar. Rose terpesona melihat pasangan ayah dan anak yang tampak begitu mirip, apalagi saat mereka tesenyum.     

"Siapa namanya?" tanya Rose yang mengambil kursi di seberang Mischa, di sebelah Rune. Ia menyadari bahwa anak laki-laki pasangan yang baru datang ini sangat mirip dengan sang ayah, dan anak perempuan mereka sangat mirip dengan sang ibu.     

"Ini Alaric," kata Mischa. "Alaric Junior."     

"Oh…" Rose mengangguk-angguk. "Nama yang bagus. Kalau dia junior, berarti namanya diambil dari.. nama kakeknya?"     

"Benar sekali," kata Mischa. "Kami menamainya sesuai nama ayah… angkatku."     

"Oh…" Rose mengangguk-angguk. "Aku sudah sangat jarang mendengar nama itu. Unik sekali."     

"Terima kasih."     

"Kalau adiknya, namanya siapa?" tanya Rose lagi. "Aku rasa kalian sangat beruntung mempunyai dua anak yang lucu-lucu. Alaric sangat tampan, dan adiknya menggemaskan sekali."     

"Adiknya bernama Luna," kata Mischa menjelaskan. "Diambil dari nama neneknya Vega."     

"Ahhh… Luna, seperti bulan. Cantik sekali."     

Rune mendengar pembicaraan di antara Rose dan Mischa dengan pipi panas. Ahhh.. dia juga ingin punya anak yang lucu-lucu seperti Alaric dan Luna. Ia membayangkan anak-anaknya dari Rose juga pasti akan sangat cantik dan tampan.     

Ahh.. sialan. Ia tidak boleh berpikir ke arah sana dulu. Masalah terbesarnya sekarang adalah menceritakan rahasianya kepada Rose. Barulah, nanti setelah Rose dipastikan dapat menerima dirinya apa adanya, mereka dapat membahas tentang pernikahan dan kemudian… anak-anak.     

"Baiklah, sambil menunggu Vega dan Luna kembali, kita bisa mulai dengan starter," kata Aleksis dengan gembira. Ia memberi tanda kepada para pelayan dan mereka segera berdatangan dengan troli makanan dan mulai menyajikannya.     

"Ayo dimakan," kata Aleksis mempersilakan semuanya mulai bersantap. Berbagai hidangan pembuka disajikan dan ditata cantik di atas meja makan. Saat entree hampir selesai disantap, Vega kembali bersama Luna yang tampak sudah kembali tertidur.     

"Aku belum melewatkan banyak, kan?" kata wanita cantik itu dengan setengah tertawa. Aleksis menggeleng dan menyuruh Vega duduk.     

Vega menaruh Luna kembali ke strollernya dan diberi selimut. Ada bekas susu di sudut bibiryna yang setengah terbuka. Bayi itu tampak lucu sekali.     

Setelah memastikan Luna kembali tidur, Vega lalu duduk di samping suaminya yang segera menuangkan minuman untuknya.     

"Terima kasih," kata Vega sambil tersenyum. Ia mulai menikmati makan malam bersama yang lain. Mereka bersantap dengan berbagai hidangan lezat mulai dari entree, appetizer, hidangan utama, dan hidangan penutup, dan kemudian hidangan pencuci mulut disajikan dengan wine yang sesuai.     

Rose sangat senang ada di antara keluarga Rune yang menikmati makan malam enak dengan kehangatan keluarga yang sangat dekat dan penuh dengan keceriaan.     

Mood-nya langsung naik melihat percakapan mereka yang sebenarnya remeh-temeh tetapi terasa menyenangkan. Hanya Elios Linden yang menurutnya paling diam di antara orang-orang itu. Istri dan anak-anaknya sangat periang dan suka mengobrol.     

Rose segera menjadi seperti bagian dari mereka. Ia mengerling ke arah Rune beberapa kali dan melihat pria itu juga tampak sangat senang.      

Saat akhirnya makan malam selesai, Rose mengucapkan terima kasih karena telah diundang. Sepasang matanya berbinar-binar ketika ia bicara. "Terima kasih banyak karena kalian sudah mengundangku. Makanannya sangat enak dan aku merasa sangat disambut di sini."     

"Ah.. sama-sama, Rose. Kami senang bisa menyambutmu dengan baik," kata Aleksis sambil tersenyum lebar. Ia lalu menoleh ke arah Rune yang banyak terdiam seperti memikirkan hal yang rumit. "Rune, apa kau berencana mengenalkan Rose kepada orang tua kita?"     

"Iya, aku berencana untuk berkunjung ke Jerman," kata Rune. Ia lalu menatap Rose. "Kau tidak keberatan kan bertemu orang tuaku? Waktu itu rencana kita untuk pergi ke Jerman sempat tertunda."     

"Oh, benar... aku baru saja teringat ingin menanyakan apakah tawaran kau untuk bertemu keluargamu di Jerman masih berlaku?" Rose mengangguk-angguk. "Aku tidak keberatan kalau kita bisa segera bertemu dengan orang tuamu."     

Ia telah membawa Rune untuk melihat keluarganya dan menjelajahi kampung halamannya di Medion. Akan sangat adil jika Rose mengunjungi keluarga Rune dan melihat kampung halamannya juga.     

Sejauh ini Rose merasa ia diterima dengan baik oleh saudara-saudara Rune. Akan lebih baik juga mengetahui apakah orang tuanya akan menyukainya juga, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.