The Alchemists: Cinta Abadi

Pulang Ke Rumah



Pulang Ke Rumah

0Mendengar jawaban antusias dari Rose, Rune mengeluarkan senyuman yang sangat cerah. Pemuda itu yakin ayah dan ibunya akan sangat senang jika ia bisa membawa Rose untuk menemui mereka.     

Ia tahu betapa mereka sangat ingin melihatnya jatuh cinta dan bahagia dengan seorang wanita, sama seperti saudara-saudaranya yang lain.     

Apalagi Finland dan Caspar sempat dibuat terkejut melihat putra bungsu mereka tiba di rumah mereka di Berlin sendirian, padahal sudah memiliki rencana untuk menghabiskan liburan keluarga bersama dengan Rose.     

Saat itu mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tahu pasti telah terjadi sesuatu antara Rune dan Rose sehingga gadis itu membatalkan kunjungannya ke Jerman untuk menemui mereka.     

Sekarang Rune siap kembali ke rumah Caspar dan Finland dengan membawa kabar gembira, serta menguak kebenaran tentang keluarganya kepada Rose.      

"Aku yakin orang tuaku akan akan sangat senang memilikimu bergabung bersama kami," kata Rune bersemangat. "Kalau begitu bagaimana jika perjalanan di musim semi atau musim panas kita isi dengan kunjungan ke Jerman?"     

"Ya, pilihan yang baik. Itu terdengar sempurna," kata Rose dengan senyuman.     

Makan malam pun berlangsung dengan hangat saat tuan rumah beserta para tamunya membahas tentang hal-hal ringan dan menyenangkan serta kabar terbaru dari keluarga Vega dan Mischa. Suasana terasa begitu menyenangkan dan cair.      

***     

Setelah menyelesaikan makan malam yang menyenangkan, mereka masih mengisi bangku-bangku di sekitar meja makan untuk menikmati hidangan penutup beserta wine yang sesuai.     

"Rune, mengenai kau akan berjalan-jalan ke Jerman, aku menyetujuinya," kata Aleksis.     

Mendengar persetujuan dari sang kakak, Rune merasa semakin senang dan berpikiran bahwa keputusannya untuk segera bertemu orang tuanya di masa liburan dan memperkenalkan Rose adalah pilihan yang tepat. Ia mengeluarkan senyuman hangat dan mengangguk-angguk kepada Aleksis.     

"Aku yakin orang tua kita akan sangat senang melihat kau berkunjung bersama Rose," tambah Aleksis. "Tetapi aku menyarankan agar kau menunda keinginanmu hingga Ibu melahirkan, karena saat musim semi nanti Ibu pasti sedang hamil tua."     

Oh... astaga, benar juga perkataan Aleksis. Rune terlalu antusias untuk segera mengenalkan Rose kepada orang tuanya sampai lupa Finland sedang mengandung. Padahal kabar Finland yang kembali mengandung adalah berita besar yang menggembirakan dalam keluarga besarnya!     

Rune mulai menyadari akhir-akhir ini pikirannya terlalu disibukkan untuk menjelaskan kebenaran tentang keluarganya kepada Rose dan segera berkunjung ke Jerman. Ia langsung memberikan senyuman ringan dan mengembuskan napas pelan.     

"Ya ampuun... Rasanya aku terlalu bersemangat." Rose menoleh kepada Rune dengan tatapan peduli. "Ibumu pasti sedang direpotkan oleh persiapan melahirkan dan mengurus bayi, apa lagi di usia yang sudah tidak muda lagi."     

Kehamilan untuk wanita di usia lima puluhan memiliki banyak risiko kesehatan. Pasti kehamilannya sangat sulit, kan?      

Di titik ini, Rose akhirnya membuat dugaan sendiri bahwa Rune dan Aleksis pasti merupakan saudara berbeda ibu dan Rune memang jauh lebih muda daripada Aleksis yang sudah memiliki anak berusia dewasa.      

Soalnya, kalau memikirkan bahwa Aleksis juga memiliki ibu yang sama dengan Rune, artinya Finland Schneider pasti usiana sudah tujuh puluhan. Wanita 70 tahun tidak mungkin sekarang sedang hamil.     

Iya, kan? Itu jelas-jelas tidak masuk akal.     

Itu bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Rose sangat khawatir tentang keselamatan ibu Rune. Akan lebih baik jika mereka berkunjung setelah Finland melahirkan untuk memastikan kabar dan kesehatannya.     

Rose tidak bisa membayangkan dirinya berada dalam posisi Aleksis dan Rune, pasti melihat ibu mereka yang mengandung besar di usia tua terasa mengkhawatirkan.     

Sedangkan Rune hanya tersenyum kepada Rose karena memaklumi gadis ini tidak mengetahui bahwa anggota keluarga mereka abadi. Usia Finland memang sudah tidak muda, tetapi masalah kehamilannya bukanlah perkara besar.  Hanya saja orang tua mereka tentu akan kerepotan untuk persiapan melahirkan dan mengurus bayi.     

"Sepertinya aku juga terlalu bersemangat mengajakmu menemui orang tuaku." Rune tertawa kecil. "Mungkin setelah mendapatkan kabar Ibu melahirkan, barulah kita mempersiapkan kunjungan bersama ke Jerman."     

"Selain itu kau juga bisa langsung menemui adik baru kita," tambah Aleksis. Ia senang melihat interaksi di antara keduanya tampak sangat akrab dan hangat, Menurutnya Rose dan Rune benar-benar serasi. Hatinya merasa hangat memikirkan akhirnya adiknya itu memperoleh kebahagiannya.     

"Ohh... itu ide yang bagus, liburan kita bisa lebih menyenangkan dari yang direncanakan!" Rose mengangguk-anggukan kepalanya dengan senyuman.     

"Benar, akhirnya aku sudah tidak menjadi si bungsu lagi. Hahahaha..." tambah Rune.     

Ahh, gadis itu memikirkan dilema yang akan dihadapi Rune. Rose membayangkan apa yang akan pria ini rasakan jika melihat adiknya yang berusia jauh lebih muda?     

Namun, untuk mereka klan Alchemist, umur hanyalah angka. Adik bungsu mereka mungkin hanya akan menjadi anak-anak untuk waktu yang singkat. Dalam sekejap mata, ia akan tumbuh menjadi orang dewasa. Dua puluh tahun akan berlalu tanpa mereka sadari. Dan ketika saat itu tiba, mereka sekeluarga akan bisa menjadi teman sebagai sama-sama orang dewasa.     

Makan malam pun ditutup dengan tawa dan canda yang renyah.     

***     

Setelah pulang dari acara makan malam di rumah keluarga Linden, Rose dan Rune tiba di depan gedung apartemen mereka di East Village.     

Rune keluar dari mobil pribadi yang sudah disediakan oleh keluarga Linden untuk mengantar mereka dan ia menunggu Rose di dekat pintu.      

Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu keluar dari mobil.      

"Rose, karena kita masih ada di depan pintu lobby apartemen, bagaimana kalau berbelanja sebentar sebelum pulang?" tanyanya kepada Rose.     

"Oh, kita akan membeli bahan untuk persiapan makan besok?" Rose bertanya kepada Rune dengan senyum tipis. Pria itu mengangguk. Rose pun mengangkat bahu. "Tentu, mengapa tidak?"     

Rose lalu keluar dari mobil dan memegang tangan Rune. Mereka mengencangkan mantel, kemudian berjalan ke sebelah kiri menuju blok sebelah tempat keberadaan supermarket organik yang mana Rune biasa berbelanja sewaktu dulu.     

Rune sudah memutuskan untuk memasak sesuatu yang sederhana untuk sarapan mereka nanti. Ia bisa mencari resep masakan yang sederhana dalam ponselnya dan memasakkan sesuatu yang sederhana tetapi lezat untuk membuat Rose terkesan.     

Oh.. atau mungkin mereka bisa membuat sarapan bersama? Pasti akan sangat menyenangkan, Rune lalu kembali tersenyum hangat membayangkan hal tersebut. Selain itu, ini menjadi waktu yang tepat untuk lebih menghabiskan waktu berduaan saja.     

***     

Keesokan paginya, Rose bangun saat matahari baru saja menampakkan diri. Ia merasa malam tadi tidur dengan nyenyak.      

Namun, mengetahui Rune sudah tidak ada di kasur, Rose lalu segera menyegarkan diri dan turun ke dapur untuk sarapan.     

Saat Rose menuju konter dapur, ia melihat Rune sedang menyiapkan beberapa bahan masakan. "Selamat pagi."     

"Oh, selamat pagi, Rose." Rune tersenyum lebar saat melihat kehadiran kekasihnya. "Kau bangun tepat waktu. Aku baru saja akan menyiapkan beberapa bahan."     

"Biarkan aku membantumu, Rune." Rose lalu berjalan dan berdiri di samping Rune dan mencium pipinya.     

Rune dan Rose lalu menghabiskan waktu bersama yang romantis dengan membuat sarapan sederhana tetapi nikmat. Terkadang keduanya mengisi waktu ketika memasak bersama itu dengan canda dan tawa ringan.      

Pagi ini berlalu dengan perasaan hangat dan menyenangkan sampai mereka tidak terasa kalau waktu berlalu begitu cepat karena sangat menikmati momen kebersamaan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.