The Alchemists: Cinta Abadi

Rune And Rose



Rune And Rose

0Siang hari setelah mereka sarapan, Rose dan Rune menyibukkan diri dengan hal-hal yang mereka sukai. Rune membaca beberapa jurnal ilmiah, sementara Rose kembali melukis.     

Saat memasuki musim semi, keduanya memutuskan untuk banyak menghabiskan waktu di luar karena udara sudah tidak terlalu dingin dan bunga-bunga bermekaran dengan indah.     

"Rose, aku akan ke laboratorium pamanku hari ini. Aku perlu memasukkan berbagai data yang sudah dikumpulkan dari Amazon dan melakukan beberapa penelitian yang dulu sempat aku tinggalkan untuk waktu yang lama."     

"Oh, kedengarannya menyenangkan," kata Rose.     

"Yah.. aku sudah agak lama meninggalkan pekerjaanku," Rune menambahkan. "Kemungkinan aku juga akan kembali menghabiskan banyak waktu di laboratorium milik pamanku, Aldebar, yang ada di New York."     

"Tidak apa-apa," Rose menjawab sambil tersenyum. "Aku juga akan sering ke Central Park untuk melukis. Musim semi adalah waktu yang sangat tepat untuk melukis di luar ruangan dengan suasana baru dan bunga-bunga banyak bermekaran. Aku bisa mendapat sangat banyak objek lukisan."     

Rune senang mendengar antusiasme Rose. "Kalau begitu, nanti di waktu longgar atau jika pekerjaanku selesai lebih cepat, aku akan mengunjungimu di Central Park."     

"Boleh saja, aku akan sangat senang kalau kau temani," kata Rose. Ia menerima tawaran Rune dengan baik. "Kalau kau mau datang,  sebaiknya datang di jam makan siang saja. Kita bisa makan di luar. Aku akan membawa peralatan piknik."     

"Ah, kau benar," kata Rune yang segera  membayangkan piknik bersama Rose. Tentu saja menyenangkan. Cuacanya sejuk, dan mereka juga dapat berbincang-bincang sambil makan di atas rumput. Seru sekali!     

Tawaran menyenangkan dari Rose, akhirnya Rune setujui. Keduanya lalu kembali sibuk dengan kesenangan masing-masing.     

***     

Rose berjalan kaki ke stasiun kereta terdekat lalu naik kereta menuju Central Park. Udara terasa sangat sejuk, tetapi tidak terlalu dingin. Sehingga ia tidak perlu mengenakan mantel tebal.     

Suasana di Central Park pagi itu tampak sangat menyenangkan, matahari juga bersinar sangat cerah. Banyak orang membawa anjing mereka berjalan-jalan. Ada juga yang mendorong kereta bayi dan membawa anak-anak mereka untuk melihat dunia luar.     

Pohon-pohon di taman sudah mulai menampakkan daun-daunnya, begitu juga dengan bunga-bunga yang menghiasi taman. Sungguh pemandangan membuat hati terasa damai. Rose memilih untuk mencari tempat yang tidak terlalu banyak pengunjung.      

Ia lalu menyiapkan alat lukisnya dan menempatkan diri di bawah naungan pohon besar yang teduh. Rose mulai mengamati sekelilingnya, berusaha mencari objek gambar yang menarik.     

Rose menemukan ibu dan anak yang sedang duduk menikmati pemandangan angsa-angsa yang berenang di danau. Pemandangan tersebut membuat hatinya terasa hangat dan Rose memutuskan untuk melukiskannya. Namun, mereka justru pergi meninggalkan tempat tersebut sebelum Rose sempat membuat sketsa mereka.     

Ia lalu mencari objek baru. Cukup memakan waktu menemukan objek yang sesuai karena ada sangat banyak orang yang mehabiskan waktu di taman Central Park. Ada yang datang dan ada yang pergi. Sampai akhirnya Rose menemukan objek menarik hati yang mengingatkannya dengan Rune, yaitu sepasang kekasih yang terlihat mesra.      

Setelah menemukan pasangan kekasih yang duduk di tepi danau dan membelakanginya, Rose bekerja dengan sigap. Tangannya lincah menari-nari di atas kanvas lukis untuk membuat sketsa untuk persiapan melukis pasangan itu.     

Melihat keserasian mereka setelah ia selesai mengabadikannya dalam lukisan, Rose tidak henti memikirkan Rune dan kesibukan apa yang pemuda itu kerjakan. Ternyata tidak terasa sudah memasuki makan siang dan Rune datang mengunjungi Rose.     

Kedatangan Rune di sambut dengan hangat oleh Rose, mereka lalu menebarkan selimut piknik di atas rumput. Rune juga telah membawa bekal makanan untuk mereka, akhirnya keduanya menikmati makan siang yang tenang dan damai dengan sepotong roti sandwich.      

Setelah mereka puas menyelesaikan kegiatan di luar ruangan tersebut. Rune membereskan selimut piknik mereka dan Rose mengambil peralatan melukisnya. Keduanya memutuskan untuk pulang ke apartemen.     

***     

Rose dan Rune memakan sarapan mereka berupa sandwich beserta teh dengan duduk di balkon apartemen mereka di East Village. Di akhir musim semi ini, langit tampak sangat cerah serta banyak pepohonan hijau yang memanjakan mata, mereka memutuskan untuk lebih banyak menikmati pemandangan di luar ruangan.     

Angin sejuk yang sesekali berembus membuat Rose berinisiatif untuk mengenakan blus yang terbuat dari bahan kain yang tipis, sedangkan Rune mengenakan kemeja polo berbahan dasar katun.      

Setelah mereka menyelesaikan sarapan, keduanya masih duduk santai merasakan hangatnya sinar matahari di pagi hari. Rune menggunakan momen ini untuk memberikan kabar gembira kepada Rose.     

"Pagi ini sehabis bangun tidur aku mengecek ponsel dan mendapatkan kabar bahwa Ibu sudah melahirkan. Kita mendapatkan undangan untuk datang ke Jerman," kata Rune.     

Rose tersenyum mendengarnya. "Benarkah? Itu kabar yang sangat menggembirakan. Selamat!!"     

"Terima kasih," kata Rune. "Kita bisa bersiap dan akhirnya aku bisa mengajakmu untuk pergi. Momennya tepat sekali."     

Rose pun mengangguk. "Baiklah. Aku akan mengosongkan hari-hari kedepannya untuk kunjungan kita bersama ke Jerman."     

Di dalam hati, Rose masih terbayang-bayang tentang bagaimana keadaan Finland, ibu Rune, yang baru melahirkan pada usia yang sudah tidak muda lagi. Rose berpikiran untuk bisa segera menjenguknya untuk memastikan kesehatan Finland adalah hal yang tepat.     

Mendapat persetujuan dari Rose, Rune mencoba menghubungi saudara-saudaranya yang lain. Ia memastikan apakah mereka sudah mendapatkan kabar menyenangkan ini atau belum.     

Baru saja ia mengeluarkan ponsel dari saku celana, ponselnya telah berdering dengan nama Aleksis tertera di sana. Rune pun menjawab panggilan tersebut.      

"Selamat pagi, Rune. Apa kau sudah dengar kabar terbaru dari Ibu?" tanya Aleksis.     

"Halo, Aleksis." Rune mengistirahatkan punggungnya di sofa dan tubuhnya menjadi relaks. "Iya, aku dan Rose berencana untuk secepatnya berkunjung ke Jerman. Aku ingin mengenalkan Rose sekaligus menjenguk adik kita yang baru."     

Mendengar itu Aleksis merasa senang dan mengajak Rune dan Rose berangkat bersama-sama dengan keluarga Aleksis dan Elios Linden. "Bagaimana kalau kita pergi bersama esok lusa? Kuharap kau tidak keberatan."     

Dengan senang hati Rune menerima tawaran tersebut. "Tentu, aku tidak keberatan."     

"Kalau begitu kau bisa mulai packing, ya. Jangan terburu-buru."     

"Ahh... terima kasih. Sampaikan salamku kepada semua yaa..." Rune menutup teleponnya.     

Rose yang mengamatinya diam-diam bisa menebak percakapan yang dilakukan pria itu.     

"Jadi, bagaimana?" Gadis itu bertanya sambil ketika Rune memasukkan ponselnya ke saku celana dan menoleh ke arah Rose. "Kita harus segera bersiap-siap agar tidak membuat mereka menunggu lama nantinya."     

"Benar, kita bisa bersiap-siap dari sekarang agar lusa bisa langsung berangkat," kata Rune.     

Rune dan Rose pun beranjak dari duduknya. Mereka masuk ke kamar yang ada di loteng dan menyiapkan koper berukuran besar. Keduanya memiliki pemikiran yang sama bahwa akan menghabiskan banyak waktu di sana.     

Selain untuk mengenal keluarga Rune lebih dalam dan bertemu dengan adiknya yang baru saja lahir, sebelumnya mereka juga sudah berencana untuk mengisi liburan ketika sudah tiba di Jerman. Cukup memakan waktu untuk mereka memilih beberapa potong dan stel pakaian.     

Di hari itu, waktu mereka habis untuk bersiap dan melakukan packing.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.