The Alchemists: Cinta Abadi

Pembicaraan Rune Dan Rose



Pembicaraan Rune Dan Rose

Rose menyetujuinya dengan memberikan anggukan kecil tanpa berkata. Dalam hati ia juga ingin menenangkan diri. Gadis itu tidak bisa memberikan berwajah khawatirnya seperti ini ketika orang tua Rune sedang berbahagia dengan anak baru mereka.     

Rune dan Rose lalu berpamitan dengan keluarga Linden.      

Pria itu berkata kepada Aleksis, "Aku ingin mengajak Rose berkeliling dulu. Tolong sampaikan kepada Ibu dan Ayah aku akan segera tiba kalau sudah selesai."     

Aleksis mengangguk. "Baiklah, kami akan menunggu kalian."     

"Selamat bersenang-senang, Paman Rune, Bibi Rose," kata Ireland melambaikan tangannya, diikuti oleh Scotland.     

Mereka pun berpisah.     

***     

Ketika mereka sampai pada pinggir danau, rasa sejuk langsung terasa ketika Rose menarik napas dalam-dalam. Tak lama Rune menunjuk ke kejauhan pada angsa yang berenang di atas danau bersama anak-anaknya. Sang gadis tertawa kecil melihat tingkah dari hewan lucu itu, membuat Rune memberikan suatu senyuman.     

Keduanya melanjutkan perjalanan ke sisi kanan kastil dan tiba pada taman bunga yang sangat luas. Dikarenakan sekarang musim semi, bunga-bunga yang ada seluruhnya bermekaran dan memberikan kesan indah pada lahan hijau itu.      

Sang gadis tertarik untuk berjalan ke arah deretan bunga yang bernama sama sepertinya, Rose, dan mendekatkan wajah kepada salah satu bunga berwarna merah. Namun, ada kumbang merah mendadak terbang keluar dari bunga itu membuat Rose terkejut karena tidak menyadari keberadaannya. Mereka berdua pun tertawa kecil karena hal tersebut.     

Merasakan suasana hati Rose telah membaik, Rune akhirnya mengajaknya mengobrol ketika mereka terus berjalan menelusuri taman sekitar kastil. "Kastil ini sudah berdiri sangat lama. Keluargaku memilikinya sejak tahun 1470."     

Rose terkejut mengetahui umur kastil itu lebih tua dari yang ia pikirkan. "Luar biasa sekali bangunan kuno ini masih berdiri kokoh dan megah sampai sekarang."     

"Yah.... Ayah lahir di sini. Begitu pula dengan aku dan London juga lahir di sini. Ini adalah tempat yang kami anggap sebagai rumah," kata Rune.     

Menyadari ada suatu kejanggalan dari ucapan Rune. Gadis itu tertarik untuk bertanya, "Berarti rumah Schneider ada lebih dari satu?"     

"Tentu saja," Rune tertawa kecil, Rose memang pintar dan cekatan membaca ucapannya. "Rumah kami tersebar di seluruh dunia. Bahkan ada dari rumah biasa, apartemen, vila, dan kastil."     

Rose semakin merasa kagum dengan cerita yang Rune berikan, terlebih dengan luasnya tempat itu.     

Perjalanan mereka yang panjang berhenti ketika mereka sampai pada halaman di belakang kastil yang memiliki gazebo dan lapangan taman tersendiri. Pohon-pohon yang ada di sana juga tersebar dan memiliki jarak seperti memberikan ruang kosong pada bagian tengah.     

Rune membawa Rose untuk duduk ke salah satu bangku taman yang berada di pinggir jalan setapak. Dari sana, keduanya dapat melihat taman belakang kastil itu dengan jelas.     

"Keluarga kami selalu merayakan peristiwa penting di sini. Termasuk ulang tahun dan pernikahan," kata Rune.     

Melihat luasnya taman itu, Rose mengangguk-angguk dan membayangkan akan seramai apa taman belakang kastil itu ketika keluarga Schneider ketika merayakan acara pribadi mereka.      

Gadis itu lalu berkata, "Pasti rasanya menyenangkan membuat acara di sini. Dengan keadaan di sekitar yang sangat hijau, membuat peristiwa penting yang terjadi bisa semakin meriah lagi. Paru-paruku rasanya seperti dicuci bersih."     

Gadis itu tertawa kecil dengan gurauan yang ia buat sendiri. Sedangkan ekspresi di wajah Rune berubah serius ketika membahas hal tersebut. Rose mendadak terdiam dan memandang heran ke arah sang pria yang terus memberikan tatapan tajam. Mengetahui Rune yang tiba-tiba menjadi serius, Rose mengedipkan matanya berkali-kali berharap ia tidak salah lihat.      

"Mengenai pernikahan..." kata Rune seiringan memiringkan duduknya agar bisa melihat sang gadis lebih jelas. "Apa kau tidak ada rencana untuk kedepannya? Seperti ingin melakukan sesuatu?"     

Rose merasa heran kenapa pria itu mendadak membicarakan hal ini. Gadis itu memilih diam dan memperhatikan Rune lebih dalam lagi. Kesunyian yang mengisi di antara mereka, membuat suara sang pria terasa sangat tegas dan begitu berbeda di telinganya.     

"Rose, aku sangat serius dengan hubungan kita dan mendambakan suatu hari nanti bisa mempersuntingmu," kata Rune ketika meraih tangan Rose yang duduk di sampingnya secara perlahan. "Aku ingin merayakan pernikahan kita di tempat ini, sebagaimana anggota keluargaku yang lain merayakan acara besar itu di sini."     

Rune lalu mengangkat tangan sang gadis dan memberikan kecupan ringan. Namun, tatapan matanya yang penuh determinasi tertuju kepada Rose.     

"Tapi aku tahu kamu masih sangat muda, dan tentu menginginkan untuk melakukan banyak hal seperti mengejar cita-citamu." Ia lalu menurunkan tangan sang gadis untuk menggenggamnya secara lembut menggunakan kedua tangan. "Maka dari itu, aku bersedia menunggu menikahimu sampai kapan pun lamanya, asalkan kau sudah siap, Rose."     

Di dalam hatinya, Rune paham jiwa muda Rose sedang mekar-mekarnya karena gadis itu berkeinginan untuk memulai hidup yang baru setelah kejadian besar di kampung halaman sang gadis, Medion. Rose juga masih ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pelukis.     

Rune ingat dulu ia sempat bertanya kepada Rose apakah gadis itu bersedia untuk tetap melukis jika mereka nantinya akan berkeliling dunia. Rose mengaku bersedia, tetapi Rune tidak ingin memaksanya untuk segera menikah dan berkesan seperti mengekang.     

Sementara itu, Rose merasa sedikit heran kenapa mendadak Rune bertingkah laku tidak biasa seperti ini tetapi memilih untuk tetap diam. Ia mencoba memikirkan makna dari ucapan Rune dengan baik. Biasanya, Rune berbicara sangat ringan sehingga hal ini tergolong langka untuk sang gadis melihat Rune terihat demikian serius.     

Melihat wajah Rose penuh rasa bingung, Rune menambahkan, "Aku hanya ingin kau tahu tentang tujuanku menjalin hubungan denganmu. Rose, aku serius ingin memperistrimu."     

Mendengar seluruh penjelasan dari Rune, Rose masih terdiam dengan menatap tepat ke kedua mata biru sang pria dalam-dalam untuk beberapa waktu.      

Ia lalu tertawa kecil dan berkata, "Bukankah kau terlalu santai dengan mengatakan kau rela menunggu hingga kapan pun itu?"     

Sang gadis yang mengira bahwa lelaki itu bercanda, akhirnya mengutarakan, "Bagaimana kalau kau harus menunggu sampai 50 tahun?"     

Rune mengangkat bahu dan tersenyum ringan. "Kalau itu keinginanmu, aku bisa menunggumu selama lima puluh tahun."     

Rose tertawa kecil mendengar jawaban pria itu. Ia merasa Rune sangat lucu. Menurutnya sangat jarang seorang pria rela menunggu lama demi menikahi gadis yang ia cintai. Biasanya jika sang lelaki telah siap dan sudah mapan, maka mereka akan segera menikah. Kalau ia boleh menilai, Rose menganggap Rune termasuk dalam kategori pria mapan itu.      

"Kau yakin? Lima puluh tahun itu waktu yang lama, lho," kata Rose.     

"Rose, aku bersungguh-sungguh bisa menunggumu. Aku ingin kau menikmati hidupmu terlebih dulu lalu kita akan menikah setelahnya. Jika kau siap, aku akan langsung datang padamu, kapan pun itu," tambah Rune mengulangi apa yang ia ucapkan sebelumnya sebagai penegasan.      

Tidak seperti lelaki kebanyakan, perasaan Rune jauh di dalam hatinya sangat menghargai Rose serta waktu yang gadis itu miliki. Ia juga mempercayai Rose sepenuhnya akan cinta mereka. Rune ingin yang terbaik untuk diri Rose, juga untuk dirinya sendiri.     

Jika Rune bisa membuat wanitanya bahagia, apa pun caranya, maka ia akan melakukan itu.     

.     

.     

.     

__________________________     

Dari Missrealitybites:     

Hallo, teman-teman. Terima kasih atas dukungan dan kesabarannya yaa... Cerita Rune dan Rose akan segera tamat kok. Saya usahakan akhir Bulan Mei ini akan saya publish sampai selesai. Nanti, saya akan menulis cerita baru untuk ikutan kontes menulis Webnovel Spirity Award (WSA).     

Mohon dukungannya untuk cerita baru saya ya. Saya akan publish ulang dan lanjutkan "Perjodohan Altair & Vega" utk WSA, lalu dua cerita lagi. Saya janji, kalau saya menang WSA (juara pertama) saya akan menerjemahkan semua cerita saya sampai selesai walaupun tidak menghasilkan uang.     

Kalian akan bisa baca hingga selesai versi Indonesia dari:     

Pangeran Yang Dikutuk (The Cursed Prince)     

Putri Dari Akkadia (Finding Stardust)     

HINGGA BENAR-BENAR TAMAT DALAM BAHASA INDONESIA.     

Kalau sekarang saya ga bisa lanjutin karena menerjemahkannya perlu biaya besar dan kedua novel itu nggak menghasilkan uang sama sekali.     

Tapi, kalau saya menang WSA, hadiah uang dari kontes bisa saya gunakan untuk menerjemahkan kedua novel itu ke dalam bahasa Indonesia.     

Jadi... mohon dukungannya yaa ^^     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.