The Alchemists: Cinta Abadi

Bagaimana Pendapatmu, Rose?



Bagaimana Pendapatmu, Rose?

0Akhirnya Rose mencoba meredakan rasa berdebar-debar di dalam dada dengan menggenggam erat tangan Rune yang masih bertautan dengannya, ibarat menaruh kepercayaan yang tinggi kepada sang pria.     

Terlebih, tatapan mata yang sebelumnya sangat terkejut, kini meneduh dan memandang lurus kepada Rune. Ia menanti pria itu untuk melanjutkan ucapannya.      

"Aku... aku tidak tahu bagaimana harus merespons ini..." bisik Rose. "Bisakah kau menjelaskan lebih lanjut?"     

Mengetahui Rose ternyata siap mendengar rahasia terbesarnya ini, Rune memberikan senyuman tipis meskipun hanya sekilas.      

Sebelumnya, ia sempat berpikiran untuk membuka rahasia tentang keabadian setelah bertemu dengan orang tuanya, Aleksis, beserta sang adik yang baru saja lahir, karena tidak ingin memaksakan Rose untuk menelan seluruh penjelasan berat ini secara langsung dan tiba-tiba.      

Terlebih melihat keadaan sang ibu yang baru melahirkan dan masih tampak cantik padahal umurnya sudah tidak lagi muda, bisa menjadi bukti nyata terhadap ucapannya itu. Tetapi ternyata Rose telah menaruh kepercayaan yang tinggi kepada Rune. Hal ini membuat Rune merasa senang sekali bahwa kekasihnya itu tidak lagi menganggapnya sedang bergurau.      

Akhirnya Rune menjelaskan lebih lanjut, "Ini semua diawali saat kakek buyutku bersama beberapa ilmuwan lain menemukan ramuan keabadian, dan sejak itulah anggota keluarga kami telah menikmati hidup sebagai manusia abadi selama ratusan tahun. Oleh karena itu, kami hidup dan dikenal sebagai klan Alchemist."     

"Sebagai klan Alchemist, kami terbiasa untuk tidak tampil di muka umum dan identitas kami sangat tertutup karena masalah keabadian ini. Kami biasa mengganti identitas di muka publik setiap 20 tahun sekali, karena kami yang selalu tampak muda akan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang mengenal kami di luar sana," tambah Rune.     

Mendengar seluruh penjelasan itu, Rose terdiam cukup lama. Ia membutuhkan waktu untuk memproses semua informasi yang begitu spektakuler untuk seukuran manusia biasa sepertinya.     

Gadis itu lalu menunduk dalam-dalam dan melepas tangan Rune untuk merapikan posisi syal yang sebelumnya pria itu bantu kenakan.     

Jika dipertimbangkan lebih lanjut, akhirnya pertanyaan yang selalu timbul di dalam kepala terjawab sudah. Kelihatannya semua tidak semudah dan sesederhana yang Rose pikirkan. Ia lalu menaikkan wajah dan menatap Rune.     

Rose menemukan bahwa pria itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia tahu Rune bukan seorang pembohong. Akhirnya Rose menarik napas dalam-dalam agar dada yang sebelumnya terasa sesak karena terkejut, bisa mereda dan ia mampu kembali berkata dengan baik.      

Kini semua terasa masuk akal.     

"Iya, aku mengerti dan aku percaya kepadamu," jawab Rose pada akhirnya dengan nada suara yang tenang. "Terima kasih, Rune, kau telah begitu percaya kepadaku untuk menceritakan rahasia keluargamu yang demikian besar."     

Dan sang gadis memberikan senyuman kecil yang cerah sekali, seolah-olah mampu menyamakan kehangatan matahari di siang hari itu.     

Namun, sepertinya mendengar jawaban Rose beserta melihat wajah yang penuh tanda pengertian dari sang gadis belum membuat hati Rune merasa tenang. Tatapan mata pria itu masih saja tajam dengan ekspresi yang sedikit pun belum berubah.     

"Lalu, bagaimana pendapatmu?" tanya Rune penasaran. "Apakah hal ini membuatmu keberatan atau takut?"     

Rune beranjak dari bangku untuk duduk lebih dekat dengan Rose. Tubuh pun sedikit ia condongkan, seperti menantikan jawaban dari sang gadis untuk pertanyaannya yang ini.     

Dan memang jawaban itulah yang Rune nantikan setelah ia membuka rahasia tentang keabadian anggota keluarganya tersebut.     

"Setelah mengetahui siapa aku yang sebenarnya, apakah kau tetap mau bersama denganku atau sekarang berubah pikiran, Rose?" tanya Rune dengan nada suara yang penuh kesungguhan. "Aku masih belum mencabut kata-kataku kalau ingin memperistri dirimu. Aku serius terhadap hubungan kita dan ingin segera menikah.. tentunya begitu kau siap."     

Rune terus berbicara, tetapi mendengar ucapannya, Rose menjadi terdiam dengan pikiran yang kembali pada kejadian sebelum ini.      

Rose teringat bagaimana mereka bisa berakhir duduk lama sekali pada bangku taman belakang kastil yang luas, seperti memang dikhususkan untuk mengadakan acara besar. Serta bagaimana pria itu berkata siap akan menunggunya sampai berapa pun lamanya.     

Rose tahu sosok yang terus mendampinginya selama ini adalah pria yang baik. Rune selalu setia di sisinya dan membantu Rose menyelesaikan masalahnya. Ia juga begitu sabar menemani sang gadis, bahkan sampai berpura-pura miskin ketika Rose membutuhkan kekasih pura-pura yang miskin.     

Sekarang, Rune mengatakan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh terhadap hubungan mereka. Sebelumnya ia telah mengungkapkan betapa menghargai Rose jika masih ingin hidup bebas menikmati masa mudanya.     

Tiba-tiba Rose sadar bahwa suatu hari nanti ia akan menua dan mati. Sementara Rune akan tetap muda.      

Seandainya jika Rose menerima untuk menikah dengan Rune, tentu mereka akan hidup bahagia bersama, tetapi hanya untuk waktu yang sangat singkat. Perlahan-lahan pria itu harus melihat bagaimana tubuh Rose menjadi semakin lemah dan menua, kemudian meninggalkannya karena dijemput kematian.     

Bukankah itu terasa sangat tidak adil? Setelah mendapatkan cinta sejati, haruskan Rune kehilangan orang yang ia cintai? Apakah hanya Rose yang akan bahagia sampai akhir, sedangkan pria itu menjadi kesepian?      

Ah... Rose tidak sanggup membayangkan wajah sedih Rune ketika ia harus mengunjungi makamnya dan memberikan bunga.     

Lalu, bagaimana dengan anak mereka? Apakah mereka akan lahir sebagai manusia abadi juga seperti Rune atau hanya terlahir menjadi manusia biasa? Sebab meskipun Rune adalah anggota klan Alchemist, Rose hanyalah manusia biasa.      

Jika anak mereka hidup sebagai manusia biasa, harus berapa kali Rune mengalami rasa kehilangan ditinggalkan oleh keluarga kecil tercintanya satu persatu?     

Dan pada akhirnya, Rune harus hidup sendirian.     

Di satu sisi, tentu saja pria itu masih memiliki memori indah yang dihabiskan bersama Rose beserta anak-anaknya semasa mereka masih hidup, tetapi gadis itu juga mengerti bahwa rasa kehilangan nanti akan sangat menyiksa.      

Berbagai skenario yang terlintas di dalam kepalanya itu membuat hati Rose menjadi bergetar, ia tidak sanggup terus membayangkan bagaimana nasib Rune ke depannya.     

Secara tidak sadar, air mata mulai menggenang di pelupuk dan ia menggigit bibir. Bahkan kepala juga menunduk agar luapan emosi ini tidak terlihat oleh Rune.     

Memikirkan semua itu, membuat Rose menjadi tidak percaya diri untuk mendampingi pria ini.     

"Kenapa kau mau denganku?" Rose tanyakan itu dengan suara yang bergetar. "Bukankah kau bisa mencari gadis Alchemist yang lebih pantas untukmu?"     

'Aku akan menua dan mati. Kenapa kau mau menyiksa dirimu dengan jatuh cinta kepada wanita yang tidak setara denganmu?' Rose ingin bertanya tetapi ia tidak dapat mengungkapkannya sehingga akhirnya ia menyimpan saja pertanyaannya itu di dalam hati.     

  Mendengar itu, Rune dibuat terkejut sekali sampai kelopak mata terbuka lebar. Mengapa Rose justru mengatakan kepadanya untuk mencari gadis Alchemist yang lebih pantas? Yang benar saja, ia sangat mencintai Rose!     

"Kenapa aku harus mencari gadis lain? Aku hanya mencintaimu," katanya tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.