The Alchemists: Cinta Abadi

Akhir dari Taruhan



Akhir dari Taruhan

0

Finland berbisik ke telinga Jean, "Itu dia Caspar..."

Jean memandang ke arah panggung dan beradu pandang dengan Heinrich Schneider yang selama ini wajahnya tak pernah bisa ia temukan saat mencari di internet. Keduanya tampak saling menilai satu sama lain.

"Tuan Schneider tak suka difoto, tolong para tamu tidak mengupload foto beliau ke media sosial." kata Ms Song menambahkan. Terdengar bisik-bisik dari para tamu. Sebagian orang kalangan atas yang sudah pernah bertemu dengan pemilik Grup Schneider ini sama sekali tidak heran. Hanya sebagian tamu saja yang baru mendengar permintaan aneh ini dan mereka terpaksa menurut.

Saat itulah pandangan gadis-gadis dari LTX International terarah kepada Finland. Mereka tahu bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan pemilik Hotel Continental dari bunga yang dikirimnya, dan kini setelah melihat betapa mengesankannya lelaki itu, mereka melihat Finland dengan pandangan yang berbeda. Ia ternyata kenal dengan Jean... dan koneksinya di Hotel Continental tak lain adalah pemilik grup Schneider sendiri.

Finland mengirim SMS kepada Caspar untuk segera mengakhiri situasi di antara mereka.

[Aku kalah taruhan. Kau menang. Aku harus bagaimana?]

[Besok kau kencan denganku, dan kau bisa menciumku saat kita berpisah.]

[Baiklah.]

[Ngomong-ngomong, kau kelihatan cantik. Aku suka gaunmu.]

Finland tidak membalas SMS terakhir Caspar, dan ia menunjukkan percakapan SMS mereka kepada Jean, dan pemuda itu tampak mengerutkan kening, tanda ia tidak suka.

Acara akhirnya selesai dan semua orang bersiap-siap pulang. Jean berkeras mengantarkan Finland pulang dan akhirnya ia melihat tempat tinggal Finland yang demikian cantik. Ia tiba-tiba merasa curiga.

"Tempat ini terlalu bagus untuk biaya sewa 500 dolar. It's too good to be true, Finland. Apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan ini semua?" tanyanya keheranan. "Paviliunnya mewah, rumah utamanya juga megah sekali. Tamannya dan luas tanahnya, ini pasti rumah orang yang sangat kaya, dan biasanya mereka tidak perlu penyewa."

"Pemiliknya jarang ada di Singapura. Hanya ada 3 staf rumah tangga yang sudah tua. Mereka semua baik kepadaku."

"Aku cuma mau kau berhati-hati. Kalau sampai ada apa-apa dan kau terpaksa pergi dari sini, kau selalu bisa kembali ke apartemenku. Aku malah lebih senang kalau kau tinggal di tempatku, loh.. biar ada yang merawat dan tidak berdebu terus. Ada manusia yang tinggal di dalamnya."

"Aku tahu. Terima kasih!"

Setelah mengucap selamat malam, Jean pun pulang ke apartemennya sendiri. Finland menghela nafas. Ia juga sadar bahwa Jean benar. Tempat tinggalnya ini sangat mencurigakan, tetapi ia tak mau mencari tahu dulu... karena ia tak siap bila harus mengetahui kenyataan sebenarnya dan harus pergi dari situ. Ia sangat menyukai rumahnya.

***

Keesokan harinya Ben menjemput Finland ke rumah untuk acara "kencan" bersama bosnya. Finland tahu bahwa di akhir kencan ia harus mencium Caspar karena ia kalah taruhan. Ugh... baiklah. Dia tidak akan terlalu mempermasalahkannya. Ini hanya bibir ketemu bibir. No big deal.

Ternyata kencan mereka hari ini adalah di tempat tinggal Caspar sendiri, di penthouse-nya di Hotel Continental. Pemuda itu tampak sedang menyiapkan meja makan ketika Finland tiba di pintu.

"Selamat datang, Finland." Ia menyambut gadis itu dengan senyum lebar dan rangkulan. Finland membalas dengan mencium pipinya. "Hari ini aku memasak untukmu."

"Oh... hebat sekali. Kau bisa memasak?" tanya Finland kagum. "Apa menu untuk malam ini?"

Caspar menyebut beberapa nama makanan yang sulit diucapkan oleh Finland dan ia tak mengerti artinya, karena itu ia hanya mengangguk. Bagaimanapun ini makan malam gratis. Ia selalu suka makanan yang diberikan cuma-cuma, apalagi disiapkan segar seperti ini di depan matanya.

"Jujurlah... bukankah aku ini laki-laki paling mengagumkan yang pernah kau jumpai?" tanya Caspar saat selesai menghidangkan makanan yang disiapkannya dengan sempurna. "Aku tampan, sangat kaya, aku juga pintar, dan bisa memasak."

Finland terbatuk-batuk saat mendengarnya. "Uhm... bukannya seharusnya yang memuji itu orang lain? Kok kau memuji diri sendiri?"

"Aku hanya menyampaikan apa yang ada di dalam hatimu," kata Caspar dengan nada menggoda. "Aku tahu itu yang kau pikirkan."

"Sebenarnya yang aku pikirkan adalah makanannya saja, aku beruntung sekali sudah dua hari berturut-turut bisa makan gratis. Kemarin di acara Bartz dan sekarang di rumahmu. Nasib burukku sepertinya sudah mulai berubah. Banyak hal baik yang terjadi dalam hidupku belakangan ini, dan aku bersyukur."

Caspar tersenyum mendengarnya, "Aku juga senang kau berpikir begitu. Wajahmu sekarang terlihat lebih cerah dan bahagia dari saat pertama aku bertemu denganmu di bandara waktu itu. Sekarang kau bahkan sudah mulai sering tersenyum. Misiku untuk membuatmu tersenyum dalam waktu enam bulan sudah hampir berhasil."

"Terima kasih," Finland tertunduk, "aku tidak tahu kenapa kau begitu peduli kepadaku. Tapi terima kasih karena berusaha membuatku tersenyum."

"Aku senang mengerjakan hal yang kelihatannya tidak mungkin. Waktu aku lihat sepasang matamu yang begitu sedih waktu itu, aku bertekad untuk melakukan sesuatu dan membuat kesedihanmu hilang. Bisa dibilang, aku menikmati proyek-proyek tidak konvensional seperti itu."

"Oh..." Finland mengangkat wajahnya bingung, "jadi maksudmu... aku ini hanyalah sebuah proyek untukmu?"

Caspar sadar ia salah bicara, "Bu...bukan seperti itu. Aku hanya senang menolong."

Ia tahu ia salah bicara lagi. Finland dari awal sudah sangat tegas mengatakan bahwa ia tak suka ditolong atau mengandalkan kebaikan orang lain.

"Sudahlah... ayo makan saja," kata Caspar kemudian. Dalam hati ia mengeluh. Seumur hidupnya yang panjang belum pernah ia harus menjaga bicara seperti ini. Semua gadis yang ditemuinya memperlakukannya seperti Sang Pangeran Tampan Berkuda Putih yang menyelamatkan mereka sebagai damsel in distress* (putri-putri yang lemah dan menderita).

Banyak gadis yang senang ditolong, dibela, dan diselamatkan olehnya. Tetapi gadis di depannya ini sangat keras kepala tidak ingin dikasihani, padahal bisa dibilang, dari semua perempuan yang pernah dikencaninya Finland inilah yang paling miskin.

Mereka pun akhirnya makan dengan tenang. Seumur hidupnya Finland belum pernah merasakan makanan seenak yang dimasak Caspar, dan ia terkesan karena ternyata pemuda itu memang jago memasak.

"Semakin lama kau melakukan sesuatu, maka kemampuanmu akan semakin baik," kata Caspar menjelaskan. "Misalnya kalau kau melukis setahun dibandingkan melukis seratus tahun, pasti hasilnya akan sangat berbeda. Apa pun yang aku kerjakan sekarang hasilnya akan mendekati sempurna karena aku punya sangat banyak waktu untuk berlatih."

Finland mengiyakan saja. Ia tak begitu mengerti maksud Caspar dengan sangat banyak waktu. Kan tidak mungkin dia selama hidupnya hanya memasak hingga jago begini? Dia juga dokter, dan pemimpin perusahaan yang pasti sangat sibuk...

Caspar menuangkan wine pairing* yang sesuai untuk setiap hidangan membuat suasana menjadi lebih cair. Walaupun sebenarnya Finland tidak rela akan kekalahannya, tetapi ia mengakui bahwa Caspar sangat cerdik dalam memenangkan taruhan kemarin. Gadis itu sama sekali tak menduga Caspar akan menyamar sebagai model, bukan tamu. Kini ia sudah siap untuk memberikan ciuman pertamanya kepada pemuda itu.

Setelah makan malam selesai, Caspar membuatkan kopi untuk mereka agar menetralisir rasa makanan lalu mengajak Finland duduk di sofa victoria besar yang menghadap ke jendela yang ditunjukkannya kepada Finland waktu itu, di mana mereka dapat melihat Marina Bay Sands dan Singapore Flyer serta ribuan lampu dari gedung-gedung di sekitarnya.

Finland menyesap kopinya dan mengangkat wajah kaget, "Ini Irish coffee*. Ada rumnya."

"Kau tidak suka? Aku bisa membuatnya dengan menggunakan baileys. Biasanya perempuan lebih suka."

"Oh, tidak apa-apa. Enak kok." Finland menyesap kopinya dan menikmati rasa kopi yang unik baginya itu. Not bad. Mungkin yang berikutnya pakai Baileys* enak juga.

"Finland.. ada sesuatu yang ingin kuceritakan kepadamu," kata Caspar tiba-tiba.

"Apa itu?"

"I love you."

Finland menghentikan cangkir kopinya yang tadi hampir naik ke mulutnya untuk diteguk. Cangkir itu terhenti di udara, lalu pelan-pelan diletakkan di meja.

"Jangan bercanda tentang hal seperti itu," kata Finland dengan wajah tidak suka.

"Aku tidak bercanda." Caspar menaruh tangan kanannya di dada dan membuat pernyataan dengan khimad, "Aku Caspar belum pernah jatuh cinta seperti ini."

Finland menatap kopinya lalu membuang pandangan ke jendela. Ia tidak menyangka akan tiba-tiba dinyatakan cinta oleh laki-laki paling tampan dan berkuasa yang pernah dikenalnya.

"Caspar, aku belum pernah punya pacar, karena dari dulu aku sibuk kerja cari uang untuk bertahan hidup, aku tidak punya pengalaman dalam hal ini. Sementara aku yakin kau sudah banyak sekali melalui fase begini, jatuh cinta, pacaran, putus, dan seterusnya. Aku tidak tahu apakah aku siap untuk melalui fase begitu. Saat ini fokusku hanyalah menunaikan kewajiban kerjaku selama tiga tahun lalu keluar dari Singapura."

Jawaban Finland yang kasual membuat Caspar keheranan.

"Apakah kau sama sekali tidak tertarik kepadaku? Apa kekuranganku yang membuatmu tidak bisa menerima cintaku?" tanyanya dengan wajah bingung.

"Buatku, kau itu menakutkan. Dua minggu yang lalu hanya karena kau marah kepada bosku, kau jatuhkan harga saham perusahaan kami... Kau tidak memikirkan apa dampaknya terhadap ratusan keluarga karyawan kami yang mengandalkan kehidupan dari kelangsungan perusahaan... " Finland menatap mata Caspar dengan berani, "Sekarang kau bilang cinta kepadaku... tapi perasaan manusia berubah. Ada banyak orang yang jatuh cinta, menikah lalu berpisah dengan menyakitkan, kemudian mereka saling menyakiti. Antara kau dan aku.... kita tidak setara. Kalau nanti kau bosan kepadaku, atau cintamu sudah hilang... aku takut apa yang akan dapat kaulakukan kepadaku."

"Kau takut kepadaku?" tanya Caspar hampir tak percaya pendengarannya sendiri. "Itu alasan yang sangat lemah.... Lebih baik kau jujur kalau memang kau tidak membalas perasaanku. Itu lebih terhormat."

"Tidak. Kau salah, Caspar. Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Waktu kau pura-pura tidak percaya aku tinggal di Robertson Road dan mengantarku pulang. Aku tahu kau baik, dan aku terpesona oleh semua kehebatanmu. Kau tampan, kau juga dokter bedah kenamaan, punya grup perusahaan besar, dan kaya sekali... Kau itu laki-laki sempurna. Tetapi saat kau mengguncang LTX... aku merasa takut bahwa kau itu tidak selalu bisa mengendalikan kekuasaanmu dengan baik." Finland menghela nafas, "Aku juga lihat caramu memandang Jean kemarin. Aku takut kau mengganggu sahabatku karena kau cemburu atas kedekatan kami..."

"Aku tidak akan-"

Caspar terdiam. Dalam hati ia mengakui perkataan Finland. Ia sudah memikirkan cara untuk menjatuhkan karier pemuda itu.

"Kau benar." Akhirnya ia mengaku, "Aku tidak akan mengganggu Jean kalau kau tidak memberiku alasan untuk cemburu. Aku jatuh cinta kepadamu sejak kita bertemu di bandara, Finland, dan biasanya aku tidak pernah sesabar ini dengan perempuan. Aku memperlakukanmu dengan sangat baik dan menjagamu dari jauh. Aku bahkan rela diusir dan ditangkap polisi hanya demi mendapatkan ciuman darimu."

Finland tersenyum mendengar pengakuan pemuda itu, ia bergerak mendekati Caspar dan menyentuh bibirnya, "Jean adalah satu-satunya keluargaku di dunia ini... Kalau kau menyentuh Jean, aku tidak akan pernah memaafkanmu."

Caspar mengangguk. Ia mengelus rambut Finland pelan-pelan dan menyentuh pipinya, lalu mendekatkan wajah gadis itu ke wajahnya, dan dengan lembut mencium bibirnya. Gadis itu tidak berpengalaman, jadi ia hanya membiarkan Caspar yang bekerja. Pemuda itu menciumnya pelan-pelan dan kemudian semakin bersemangat dan saat lidahnya menjelajah ke dalam mulut Finland, gadis itu secara insting membalas.

Kepalanya terasa sangat ringan dan bahagia. Finland baru tahu betapa berciuman memberikan sensasi kebahagiaan yang asing baginya. Ia menikmati perasaan yang ada di kepalanya dan menyerah pada dekapan dan ciuman Caspar yang semakin intens.

Tidak buruk untuk ciuman pertama, pikirnya.

.

1] damsel in distress = istilah untuk putri yang mengalami kesulitan dan harus diselamatkan oleh pangeran tampan (mis. Cinderella, Putri Tidur, dll)

2] wine pairing = untuk acara makan mewah biasanya dilengkapi dengan wine yang berbeda untuk setiap hidangan

3] Irish coffee = kopi Irlandia yang mengandung alkohol (bisa rum atau wiski)

 4] Baileys = minuman cream manis mengandung alkohol yang cocok dicampur dengan kopi


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.