The Alchemists: Cinta Abadi

Patah Hati



Patah Hati

0

Finland meninggalkan penthouse pemuda itu dengan hati sedih dan Caspar tidak berusaha mencegahnya. Ia telah tiga kali menyatakan cinta kepada gadis itu, dan tiga kali pula Finland tidak menerima perasaannya. Sebagai seorang laki-laki tentu ia punya harga diri dan tidak dapat menahan penolakan terus-menerus.

Sebagai orang yang sudah hidup sangat lama dan memahami sifat manusia, Caspar mengerti bahwa Finland memiliki ketakutan-ketakutannya sendiri dan bukan salah gadis itu jika kehidupannya yang keras membuatnya getir dan takut disakiti, apalagi takut kehilangan satu-satunya orang yang dianggapnya sebagai keluarga.

Terlalu banyak orang jatuh cinta dan mengikuti kata hatinya, dan membuang semua di belakang demi bersama dengan orang yang dicintai, namun saat hubungan menjadi rusak, cinta mulai hilang, maka pengorbanan yang dilakukan menjadi tak ada artinya.

Walaupun Caspar dapat menjanjikan cintanya, seluruh kekayaannya, dan bahkan hidup abadi bagi Finland, gadis itu tidak dapat begitu saja menerima karena ia bukan bagian dari kaum Alchemist. Finland tidak mengerti bahwa komitmen memegang peranan sangat penting dalam prinsip hidup mereka.

Itu sebabnya seorang Alchemist tidak akan menikah sampai ia benar-benar menemukan orang yang mereka cintai sepenuhnya dan sanggup hidup bersama selamanya bila perlu, dan proses pencarian itu bisa berlangsung ratusan tahun. 

Kaum Alchemist juga tidak akan punya anak kalau mereka tidak siap menjadi orangtua. Itulah sebabnya jumlah mereka di dunia ini sangat sedikit, dan bahkan banyak berkurang akibat perang dunia 1 dan 2 beberapa puluh tahun lalu.

***

Ben hendak mengantar Finland pulang tetapi gadis itu menolak dengan halus. Ia naik bus dan menuju ke Robertson Road No. 1. Sepanjang jalan ia berusaha menegarkan diri dan menahan tangisnya, tetapi ketika tiba di depan pintu apartemen Jean, akhirnya tanpa terasa airmatanya mengalir dengan deras.

Ia mengetuk pintu dengan lemah dan sesaat kemudian Jean keluar dan mendapatinya menangis di depan pintu, segera membantu Finland masuk ke dalam.

"Ada apa? Kau tidak bekerja hari ini?" Setelah Finland duduk di sofa, Jean segera menuangkan jus jeruk dan memberikannya kepada gadis itu. "Minum dulu..."

Kemudian ia mengeluarkan sapu tangannya dan pelan-pelan menyeka air mata yang membanjiri wajah Finland.

"Jean...." Finland akhirnya membenamkan wajahnya di dada Jean dan terisak-isak di sana, "I might have met the man of my dreams... tapi aku tidak bersamanya, Jean... Aku sedih sekali..."

"Kenapa tidak bisa? Apakah dia tidak menyukaimu?"

"Bukan..." Finland tersedu-sedu, "Kehidupannya terlalu pelik. Aku tidak sanggup mengikuti. Kau tahu kan betapa kita tidak bisa mencari informasi tentang dia di internet? Kalau aku ikut dia, kau nanti juga takkan bisa menemukanku dan aku tidak akan bisa menghubungimu. We'll never see each other again. I can't live like that."

Jean mengelus-elus rambut Finland dan berusaha menenangkannya. Ia tidak terlalu mengerti maksud Finland, tetapi ia sadar bahwa Caspar memberi syarat kepada Finland untuk meninggalkan Jean jika ingin bersamanya, dan gadis itu tak dapat menerimanya.

"Finland....do you love him?" Jean menyibakkan rambut Finland yang menutupi wajahnya dan menatap lekat-lekat ke sepasang mata cokelat gadis itu. "Yang paling penting itu adalah perasaanmu. Apakah kau mencintai dia? I know it's been only 3 months since you know him... but I can see that I've never seen you happier in the 4 years I know you. Kau terlihat hidup dan bahagia belakangan ini. Mungkin karena kau juga jatuh cinta kepadanya."

Finland mengangguk.

"I do love him, Jean. He is an amazing person. Tapi cinta bukan hal yang utama. Ibuku jatuh cinta setengah mati kepada ayahku, dan lihat apa yang terjadi kemudian? Cinta di antara mereka hilang bahkan sebelum aku lahir dan ibu menderita hingga kematiannya. Aku tidak mau dibutakan oleh cinta sesaat. This too shall pass...." Finland menutup wajahnya dengan kedua tangan dan kembali terisak-isak. "Ini cuma patah hati biasa... Aku cuma perlu waktu untuk menenangkan diri dan melupakan dia.... Nanti juga aku hatiku akan pulih. Aku harus fokus pada pekerjaanku selama tiga tahun ke depan dan kemudian pindah ke Paris, seperti rencana kita..."

Jean menatap Finland lama sekali. Ia tidak yakin Finland akan pulih semudah itu, ia tidak pernah melihat Finland begini sedih sebelumnya.

"Baiklah... aku akan tinggal di sini selama sebulan dan memastikan kau baik-baik saja." Jean merangkul Finland dan menepuk-nepuk punggungnya dengan sayang. "Kau mau menginap di sini dulu? Aku masakin sup kesukaanmu."

Finland mengangguk lemah.

Jean menyuruh Finland istirahat di kamarnya dan ia memasak sup sederhana yang disukai Finland. Saat sup masak, ia mendapati gadis itu telah tidur, akhirnya ia simpan supnya untuk makan malam. Jean lalu naik ke tempat tidur dan memeluk Finland yang tidur meringkuk dengan sedih. Ia berkali-kali menghela nafas.

"Aku tahu kau merasa takut jatuh cinta karena kau tidak pernah merasakan kasih sayang, kau tidak pernah dipeluk, ditenangkan, dibela, dicintai... Kau tahu kalau kau membuka hati, artinya kau memberi kuasa kepada orang itu untuk berbuat apa saja terhadap hatimu... Love means giving power to someone to hurt you but trusting them not to."

Sebagai seorang anak yang tumbuh dalam kesepian, Jean sedikit banyak mengerti perasaan Finland yang tidak merasakan dicintai orangtua, dan merindukan penerimaan, pembelaan, bahkan hanya sekadar pelukan.

Tetapi Finland mengalami hal yang jauh lebih buruk darinya karena Finland juga harus bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan ia sering diganggu gadis-gadis yang tidak menyukainya hanya karena ia cantik. Setiap sel dalam tubuh gadis itu selalu dalam keadaan siap berperang dan mempertahankan diri.

Hatinya mungkin sudah luluh dan jatuh cinta kepada Caspar sejak pertama bertemu, tetapi otaknya tidak membiarkan Finland menyerahkan diri, dan saat ini hatinya yang hancur sedang berusaha menjustifikasi semua alasan mengapa ia tidak dapat bersama orang yang ia cintai.

Keesokan harinya Finland tidak juga merasa baikan. Akhirnya Jean yang datang ke LTX International untuk memberi tahu perusahaan bahwa Finland sakit dan tidak dapat masuk kerja, sekaligus bertemu dengan Direktur Marketing dan Brand Manager Bartz yang ingin mengontraknya.

"Aku akan ada di Singapura sebulan, karena sahabatku sedang membutuhkan kehadiranku. Urusan kontrak, nanti kalian bisa langsung urus dengan manajerku di Paris, aku akan mulai kembali bekerja bulan depan," kata Jean dalam pertemuan itu. Klien hanya bisa mengikuti permintaannya, karena mereka tahu sulit sekali mendapatkan kontrak dengan Jean, apalagi kompetitor mereka sudah sejak bulan lalu melobi Jean untuk produk yang sama.

Saat Jean keluar dari ruang meeting, belasan karyawan perempuan LTX International yang heboh karena kedatangannya seketika berkerumun dan meminta foto bersama.

"Jean, apakah kau memang temannya Finland?" tanya Lily dengan semangat, "Kalian kenal di mana?"

"Kami bersahabat sejak kuliah di NTU," jawab Jean ramah, "Finland mengalami hidup yang sangat keras sejak kecil. Dia adalah orang paling tabah dan paling baik hati yang pernah aku kenal. Tolong kalian perlakukan dia dengan baik. Aku akan sangat berterima kasih..."

Gadis-gadis itu saling pandang. Mereka sadar bahwa selama ini tidak satu pun dari mereka mau berteman dengan Finland karena mendengar gosip-gosip buruk tentang gadis itu, walaupun sebenarnya tidak ada satu pun gosipnya yang terbukti.

Apalagi gosip tentang dia menjadi simpanan bandot tua pemilik hotel Continental, mereka sudah melihat sendiri ternyata Heinrich Schneider masih sangat muda dan tampan, dan Finland bahkan tak pernah pamer hubungannya dengan orang seberpengaruh itu.

Kini ternyata ia juga bersahabat dengan salah satu supermodel paling terkenal saat ini, Jean, dan Finland pun tak pernah menceritakannya, ia bisa pamer ini itu kalau mau. Tetapi seperti biasa, gadis itu hanya bekerja dengan baik dan tidak menyusahkan orang lain, juga tidak bersikap arogan walaupun ia kenal orang-orang penting seperti Tn Schneider dan Jean.

Mereka sekarang sadar bahwa Finland adalah gadis yang baik dan pekerja keras, dan pelan-pelan menyesali perbuatan mereka.

"Kami akan bersikap baik kepadanya," kata Tran kemudian.

Jean tersenyum senang. "Bagus."

Ia lalu pamit pergi.

Finland merasa baikan setelah tiga hari dan memaksa pulang ke rumahnya sendiri walaupun Jean menyarankannya tetap tinggal di apartemennya.

"Aku harus kerja. Sudah tiga hari aku cuti sakit, nanti tugasku menumpuk. Masa percobaanku hampir selesai, setelah mendapatkan rekomendasi aku akan melamar pekerjaan baru," kata Finland saat meninggalkan apartemen Jean, barulah Jean melepasnya pulang.

***

Keesokan harinya Finland kembali bekerja dan Tony menugaskannya untuk membuat proposal instalasi pameran karya-karya seni klien mereka, Katia Sorrenson, yang ditemuinya bulan lalu. Uang tidak menjadi masalah. 

Rupanya Katia ini adalah seorang bangsawan dari Swedia dan ia mewarisi kekayaan yang besar. Hidupnya didedikasikan kepada seni, dan sebagai seniman sendiri, ia ingin membuka sebuah tempat yang dapat dijadikan sebagai legacy-nya.

Mereka bertemu di apartemen mewah yang disewa Katia dan membahas tentang desain yang diajukan Finland. Katia tampak sangat menyukai ide-ide gadis itu.

"Kau seorang desainer yang berbakat," pujinya. "Aku suka saran-saranmu."

Keduanya banyak berbincang tentang desain dan seni dan tanpa terasa Finland dan Katia dengan cepat menjadi akrab. Saat Katia mendengar bahwa Finland yatim piatu, ia sangat bersimpati.

"Aku turut berduka. Aku mengerti rasanya, karena aku juga sudah tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Semua keluargaku sudah meninggal." Katia tersenyum sedih, "Aku dulu mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka demi seorang laki-laki, dan sekarang aku tidak bisa kembali karena mereka sudah tidak ada. Life happens."

Katia menunjuk beberapa lukisan yang tergantung di dinding ruang tamunya. "Itu ayahku... dan itu ibuku. Aku ini anak tunggal, jadi waktu aku pergi mereka benar-benar terpukul."

Finland seketika ingat situasinya sendiri. Katia pernah mengalami apa yang ia alami sekarang, dan gadis itu akhirnya kehilangan orang-orang yang dia cintai.

"Apakah hubunganmu tidak berhasil dengan laki-laki itu?" tanya Finland dengan hati-hati, ia tidak ingin mengungkit luka lama, tetapi ia ingin tahu apa yang terjadi kepada Katia.

"Cintaku bertepuk sebelah tangan." jawab Katia lirih. "Dia orang yang sangat sempurna dan aku jatuh cinta setengah mati kepadanya. Aku menunggunya untuk membalas cintaku... lamaaa sekali. Tapi akhirnya aku menyerah."

Finland terpaku mendengarnya. Ini benar-benar mirip dengan apa yang ia alami.

Seketika pikirannya terbuka dan ia ingat nama Katia yang berulang-ulang ia dengar dari berbagai orang. Katia tunangan Caspar...

Apakah ini Katia yang sama?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.