The Alchemists: Cinta Abadi

Pulau F



Pulau F

0

Hari senin, Finland merasakan sikap Tony kepadanya agak berubah. Ia tak bisa menebak apakah itu pandangan kasihan atau benci... Setiap kali mereka berpapasan atau beradu pandang, Tony akan mendesah.

Mungkin Tony masih mengira Finland adalah benar-benar simpanan pengusaha tua yang kaya saat melihat gadis itu menolak cintanya dan pulang dijemput mobil mewah sekali.

Finland ingat bahwa setelah acara makan malam di De Lune hari Jumat yang lalu Tony menyatakan cinta kepadanya, sekaligus meminta kesediaan Finland untuk pindah ke Amerika dengannya saat Tony membuka perusahaan baru di sana.

Seandainya Finland tidak memiliki Caspar di sisinya, tawaran untuk pindah akan diterimanya, asalkan Tony membayarkan biaya karena ia tak menyelesaikan tanggung jawab bekerja di Singapura penuh selama tiga tahun. Finland sangat ingin melihat dunia dan Amerika merupakan tempat yang penuh dengan kemungkinan. Bila Jean jadi merambah dunia akting, suatu hari nanti ia juga pasti akan pindah ke Amerika.

Namun demikian Finland tak akan pernah membalas cinta Tony. Walaupun dulu sewaktu masih kuliah Finland pernah menyukai Tony, perasaannya sudah terkikis sama sekali ketika menyadari bahwa Tony membiarkannya digoda oleh Noah dengan bertubi-tubi saat makan malam hingga Finland merasa dilecehkan, namun Tony tidak berbuat apa-apa.

Bagi Finland ini adalah kesalahan fatal yang tidak bisa diterimanya dari seorang laki-laki.

Ia sangat bahagia karena Caspar tidak seperti itu. Ia selalu siap sedia melindungi dan membela Finland. Sebagai gadis yatim piatu yang harus bekerja keras dan selalu harus mempertahankan diri sendiri, untuk pertama kalinya Finland bisa merasa tenang dan tidak harus setiap saat bersikap waspada. Ia bisa tenang karena akhirnya ia memiliki pelindung.

Pelindungnya ini sangat berkuasa, namun sangat tertutup, yang menjadi kombinasi sempurna karena orang-orang tak akan bersikap hati-hati saat ada di dekatnya. Seperti halnya Noah waktu itu. Seandainya saat itu ia tahu siapa pemuda yang sedang makan malam bersama Finland di Restoran Moon, sampai tujuh turunan pun ia tak kan berani sama sekali mengganggu Finland di hadapannya. Caspar jauh lebih berkuasa daripada bosnya, Sam Atlas, pemilik Atlas Corp.

Setelah makan siang, Finland mengajukan cuti kepada HRD selama dua hari. Karena performa kerjanya yang baik dan mereka tidak memiliki event maupun pameran dalam waktu dekat ia diizinkan cuti oleh Ms. Song. Dengan waktu cuti dua hari ditambah weekend, Finland dan Caspar bisa menikmati liburan bersama selama empat hari.

"Sebaiknya kau banyak membawa summer dress saja ya, kita hanya akan berjemur seharian di pantai sambil membaca buku," kata Caspar sambil memasukkan beberapa pakaian dan peralatan renang dan snorkeling ke duffel bag Louis Vuitton-nya.

"Kita mau ke Bali?" tanya Finland penuh semangat. Ia baru ke Bali satu kali seumur hidup, waktu SMA-nya mewajibkan semua siswa untuk karyawisata ke Bali saat kenaikan kelas 3. Ia tidak harus membayar biaya wisata karena termasuk sebagai siswa tidak mampu, tetapi duh... cercaan dan hinaan yang ditanggungnya dari geng Meilin saat itu sungguh tak dapat dilupakannya.

"No... this is better than Bali," kata Caspar sambil tersenyum penuh rahasia. "Kalau kau mau, kita bisa mampir di Bali satu malam. Sepulang dari tempat istimewa ini."

Finland sangat bersemangat mendengarnya. Better than Bali? Apakah itu mungkin? Bali sudah berkali-kali memenangkan penghargaan sebagai pulau terbaik di dunia dan merupakan tempat tujuan wisata nomor satu.

Setelah selesai packing mereka segera menuju ke mobil Maybach yang sudah menunggu di halaman.

"Kita naik pesawat jam berapa?" tanya Finland.

"Kita tidak naik pesawat," jawab Caspar.

Oh... berarti mereka akan ke Sentosa atau East Coast, daerah pantai di Singapura.. Finland sedikit kecewa, karena ternyata tempat yang kata Caspar lebih bagus dari Bali itu ada di Singapura, sebab mereka tidak naik pesawat.

Ia sudah 4,5 tahun tinggal di Singapura dan menurutnya pantai-pantai di Singapura biasa saja.

Mobil melaju dan 10 menit kemudian berhenti di area lobi Hotel Continental. Ketika Ben membuka mobil untuk Finland dan Caspar lalu mengeluarkan tas mereka, Finland tak dapat menyembunyikan kekecewaannya.

Ternyata tempat istimewa yang dimaksud Caspar adalah hotelnya sendiri....

Mereka naik lift ke lantai 40, namun ketika lift terbuka, ternyata di depan pintu sudah menunggu Jadeith dan seorang laki-laki lainnya yang berpakaian hitam-hitam.

Uhm, pengawal pribadi Caspar? Finland ingat mereka berdualah yang dulu menghalau orang-orang yang hendak mengambil foto Caspar saat mereka mengantri nasi ayam Liao Fan.

Keduanya membungkuk sedikit lalu memimpin rombongan kecil itu ke ujung lorong, lalu membuka pintu yang menuju ke atap. Mereka tidak masuk ke penthouse.

Astaga... Finland baru sadar bahwa mereka belum sampai tujuan, ketika ia menaiki tangga dan naik ke atap gedung, dan ia melihat sebuah helikopter berukuran sedang terparkir di sana.

"Kemarikan tanganmu," Caspar menggenggam tangannya dan membantunya naik ke helikopter yang ternyata akan membawa mereka ke tempat liburan istimewa yang ia maksudkan... Ia tertawa saat melihat mulut Finland yang ternganga. "Kita tidak naik pesawat, kuharap kau tidak kecewa."

Finland hanya bisa menggeleng tanpa suara.

Seumur hidup ia tak pernah membayangkan akan naik helikopter seperti ini. Caspar duduk di bangku pilot dan memasangkan noise cancelling headset di kepala Finland sebelum memasang headsetnya sendiri.

"Pakai headset ya, Sayang. Kelebihan helikopter adalah kita bisa bebas pergi ke mana saja tanpa harus mencari landasan udara, tetapi berisiknya minta ampun. Aku sudah memesan helikopter siluman tanpa suara tapi banyak sekali dokumen yang harus dipenuhi karena itu termasuk helikopter grade militer. Untuk sementara ini masih bisa dipakai kok."

Bukan hanya fakta bahwa Caspar memiliki helikopter yang mengejutkan Finland, tetapi juga bahwa pemuda itu bisa mengemudikannya. Tadinya Finland mengira mereka berdua akan menjadi penumpang, dan Jadeith atau pengawal yang satu lagi yang akan mengendarai heli tersebut...

Ternyata dugaannya salah.,,

"Are you ready?" tanya Caspar sambil tersenyum. Ia puas melihat kejutannya berhasil. Finland mengangguk masih tanpa suara. "Here we go!"

Dengan penuh konsentrasi Caspar mulai menyalakan mesin dan melakukan semua persiapan untuk menerbangkan helikopter, dan lima menit kemudian mereka sudah berada di udara di atas Singapura.

Finland hanya bisa menatapnya penuh kekaguman. Ia berganti-ganti melihat Caspar dan pemandangan Singapura di bawah mereka...

Ini indah sekali..

"Aku tidak tahu kau bisa menerbangkan helikopter," katanya lirih.

"Aku kenal Wright bersaudara* dan membantu sedikit dalam penelitian mereka." jawab Caspar, "Aku sudah menerbangkan segala pesawat yang pernah diciptakan di dunia sejak awal abad ke-20."

"Benarkah?"

"Ya, jadi kalau sampai kita naik pesawat komersial dan pilotnya tiba-tiba kena serangan jantung dan tidak ada yang mengemudikan pesawat, aku akan bisa menyelamatkan kita dan mendaratkan pesawatnya secara darurat." Caspar tersenyum agak sombong, "Kekasihmu ini sangat mengagumkan, ya?"

Finland tersenyum saat mendengar Caspar lagi-lagi memuji diri sendiri, "Iya, kau sangat mengagumkan, dan aku sangat mencintaimu."

Caspar mengunjukkan pipinya dan Finland pun mendaratkan ciumannya. Keduanya lalu tertawa.

Mereka terbang selama 20 menit dan Finland tak habis-habisnya mendecak kagum saat melihat pemandangan di bawah mereka.

"Wahh... lihat di bawah itu cantik sekali... ada pulau kecil yang unik sekali..." seru Finland tiba-tiba... "Lucu ya, bentuknya seperti huruf F."

"Mana?" Caspar menoleh ke arah yang ditunjukkan Finland, "Eh, kau benar. Aku akan mencoba mendaratkan heli ini di sana,"

"Eh, jangan.... siapa tahu itu ada yang punya, nanti kita dianggap 'trespassing' (menerobos) milik orang..." kata Finland buru-buru. "Lihat ada rumahnya di tengah pulau. Sebaiknya kita lanjutkan saja perjalanan kita. Memangnya kita mau ke mana? Bali kan?"

Untuk pertama kalinya Caspar tidak menuruti perkataan Finland, ia malah mendaratkan helikopternya pelan-pelan ke pulau kecil yang memang dari udara terlihat seperti berbentuk huruf F itu.

Sia-sia saja Finland membujuknya.

"Tidak apa-apa, pulau ini unik, seperti huruf F dari nama Finland." kata Caspar keras kepala. "Kalau ada yang punya, akan kubeli pulau ini darinya dan kuberikan kepadamu sebagai hadiah pernikahan..."

"Aduh.. kau ini bisa tidak sih bersikap agak normal sedikit," desis Finland, "Ini berlebihan sekali..."

Kata-katanya rupanya tidak berarti, karena ketika mereka sudah mendarat di lapangan kecil di belakang satu-satunya villa yang ada di pulau itu, Caspar segera membukakan seat belt dan headset mereka dan membuka pintu agar Finland turun mengikutinya.

Seorang laki-laki separuh baya tiba-tiba keluar dari pintu villa, diikuti beberapa orang staf. Mereka semua segera menghampiri Caspar yang menggenggam tangan Finland dan berjalan ke arah villa.

"Selamat siang Tuan dan Nyonya, apakah penerbangannya tadi menyenangkan?" sapa lelaki tua itu sambil tersenyum lebar, "Villanya sudah disiapkan, apakah Nyonya mau langsung beristirahat? Beliau kelihatannya lelah."

Finland menoleh heran pada Caspar yang menatapnya dengan senyum nakal.

"Aku menemukan pulau ini 3 bulan yang lalu dan langsung membelinya untukmu," katanya sambil batuk-batuk kecil. "Ini hadiah pernikahan."

.

*Wright bersaudara = adalah penemu pesawat pertama kali pada tahun 1908


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.