The Alchemists: Cinta Abadi

Gaun Pengantin Rosa Wang



Gaun Pengantin Rosa Wang

0

Finland yang terlalu bersemangat dengan pernikahannya membeli majalah Urban Girl edisi Desember di kios majalah dalam perjalanan ke kantor. Edisi Bulan Desember ini menarik perhatiannya karena membahas pernak-pernik pernikahan dan musim liburan.

Ia melihat nama Rosa Wang di sampulnya dan Finland tertarik untuk mencari tahu gaun-gaun karya desainer terkenal itu. Rosa Wang telah mendandani puluhan pengantin selebriti dunia dan putri dari keluarga super kaya, dan Finland merasa sangat beruntung bisa mengenakan gaun buatannya dalam acara pernikahannya nanti.

"Hey... kenapa kau melihat-lihat gaun pernikahan?" tanya Lily yang duduk di sampingnya, penasaran. "Apakah kau akan menikah?"

Finland hanya mengangkat bahu, tidak menjawab.

"Jadi benar? Dengan siapa??"

Gadis-gadis di LTX segera mengerubungi Finland dan majalahnya, antusias. Mereka tidak pernah tahu jika Finland memiliki kekasih, dan kini tiba-tiba saja ia akan menikah. Banyak gadis yang iri melihatnya.

Finland memutuskan lebih baik tidak memberi tahu kepada siapa pun bahwa ia akan menikah, karena nanti ia harus menjelaskan panjang lebar dan ia tak punya waktu untuk itu. Saat ini pekerjaannya menumpuk dan ia ingin semuanya beres sebelum ia dapat mengajukan cuti cukup lama.

Saat ia ke pantry untuk mencuci kotak bekalnya, tiba-tiba Tony masuk dan meminta Finland untuk mengikutinya ke kantornya. Dengan hati bertanya-tanya akhirnya Finland ikut.

"Finland... aku sudah mendengar banyak gosip tidak enak tentangmu sejak aku kembali ke Singapura," kata Tony tanpa berbasa-basi. "Aku tahu sebagian gosip itu disebarkan oleh sepupuku sendiri yang usil, Meilin. Tapi banyak hal yang membuat orang menjadi yakin bahwa gosip itu benar..."

Finland mengangkat kedua alisnya tanda tidak mengerti maksud pembicaraan Tony.

"Aku tak mengerti maksudnya..."

Tony tampak menghela napas panjang sekali.

"Apakah kau memiliki utang yang harus dibayar? Mungkin kau meminjam uang sangat besar untuk biaya pengobatan nenekmu dan kini kau harus membayarnya dengan menjadi perempuan... err... simpanan...?" Tony tampak sangat tidak nyaman saat mengucapkan kalimat terakhirnya, "Kalau memang itu yang terjadi, aku bersedia menolongmu. Aku akan membayarkan berapa pun utang yang kau miliki, tanpa pamrih, tanpa embel-embel. Kau bisa membayarku kapan saja kalau kau sudah ada uang. Tapi untuk sekarang... kumohon tinggalkan kehidupan yang seperti itu..."

Walaupun sebenarnya Finland tersinggung dengan kata-kata Tony, dalam hatinya ia tahu Tony memang bermaksud baik dan hanya ingin menolong.

Ada apa dengan semua laki-laki yang ditemuinya? Finland bukan perempuan lemah, mengapa semua lelaki ini ingin sekali menolongnya? Finland merasa agak sebal dengan dirinya sendiri.

"Aku tidak perlu ditolong, Tony. Terima kasih karena kau sudah peduli. Aku baik-baik saja." Finland menampakkan senyum penuh terima kasih, lalu menganggukkan kepalanya dan keluar ruangan.

Tony memandang Finland dengan wajah bingung. Tadi ia yakin sekali Finland memang kesulitan keuangan karena gadis itu memang terkenal sejak zaman kuliah sebagai pekerja keras dan ia miskin. Tetapi kini penampilannya sudah berubah. Ia mengenakan baju-baju berkelas dan bahkan minggu lalu pulang dijemput sebuah mobil sangat mewah. Apakah Finland menyerah dari kehidupan miskin menjadi gadis simpanan seorang pengusaha kaya seperti kata Meilin...? Ia tak tega membayangkannya.

[Nanti pulang kerja kita ke Hotel Continental, Rosa Wang menunggu di sana.] Finland menerima SMS dari Caspar setelah jam makan siang.

Oh... cepat sekali, pikir Finland. Ia belum sempat melihat-lihat gambar gaun karya Rosa untuk mencari inspirasi. Karena itu ketika Jadeith menjemputnya, Finland buru-buru membuka majalahnya di dalam mobil dan membaca sedikit informasi tambahan tentang Rosa agar ia tidak terlihat awam sekali.

"Oh ya, Jadeith... Caspar bilang kau adalah keponakannya," cetus Finland tiba-tiba, "Apakah itu benar?"

"Benar, Nyonya."

Finland jadi merasa tak enak dipanggil dengan penuh hormat oleh laki-laki yang jauuuuuh lebih tua darinya ini. Ia ingat Jadeith berumur 120 tahun.

"Apakah kau bisa memanggilku dengan nama saja? Kau lebih tua... jauh lebih tua daripada nenekku malah..."

Jadeith tersenyum saat menatap Finland dari kaca spion.

"Saya bisa memanggil Anda Bibi."

"Ufff... lupakan kalau begitu."

Jadeith mengantar Finland ke penthouse, diiringi pandangan penuh hormat dari staf hotel. Wajah mereka tampak penuh terima kasih kepada Finland. Mereka tahu ia penyebab gaji mereka naik 5% dua minggu yang lalu.

Setelah pintu lift terbuka, Finland segera mengetuk pintu penthouse dan Caspar membukakan pintu dengan wajah sumringah. Jadeith lalu minta diri kembali ke bawah.

"Selamat datang," kata Caspar sambil mencium kening Finland. "Rosa sudah tiba tadi pagi. Ia sedang beristirahat dan sebentar lagi naik ke atas."

Ia lalu mengeluarkan sebotol sampanye dari kabinet dan menuangkan dua gelas untuk mereka.

"Terima kasih," kata Finland sambil menerima gelasnya. Mereka minum sambil mengobrolkan tentang pekerjaan hari ini.

"Aku akan bertemu Rosa sebentar menemanimu, dan setelah itu mesti ke Amerika untuk bertemu Sam Atlas. Ada hal yang harus diurus. Sekalian menemui para direksi perusahaanku di Amerika, karena ini sudah mau akhir tahun. Kau silakan bersenang-senang dengan Rosa. Aku akan kembali dalam 5 hari."

"Oh..." Finland memandang Caspar dengan wajah sedih. Dulu ia biasa saja kalau Caspar pergi untuk waktu yang lama, tetapi kini setelah ia terbiasa bersama pemuda itu setiap hari, ditinggalkan selama 5 hari rasanya menderita sekali. Tanpa sadar ia bergumam sedih, "Lama ya..."

"Kau boleh ikut kalau mau..." jawab Caspar sambil tersenyum simpul.

"Tapi aku tidak bisa mengambil cuti..."

"Kau bisa berhenti bekerja."

Finland tahu ia takkan mau langsung berhenti bekerja, tidak sekarang. Ia masih ingin menikmati rasanya hidup seperti orang normal sebelum saatnya tiba di mana ia harus hidup seperti Caspar.

"Telepon setiap hari ya..." Akhirnya Finland hanya bisa membenamkan kepalanya di dada Caspar dengan sedih. "Aku akan sangat merindukanmu."

Caspar membelai kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang. Ia melihat betapa banyak Finland berubah selama beberapa bulan ini. Kini Finland sudah dapat mengungkapkan perasaan cintanya kepada Caspar dengan lebih terbuka, dan sepertinya kini hatinya tidak lagi keras dan menolak jatuh cinta, seperti dulu saat mereka baru bertemu

Diam-diam Caspar bangga pada dirinya sendiri yang mampu bersikap sabar dan tekun selama lebih dari 4 bulan dalam mendapatkan hati gadis yang telah mencuri hatinya ini.

Mereka berciuman hangat dan duduk di sofa menunggu kedatangan Rosa Wang sambil menghabiskan sampanyenya.

Sepuluh menit kemudian pintu diketuk dan Manajer Park datang mengantarkan seorang wanita berusia 50an yang sangat anggun. Beberapa staf datang membawa gantungan beroda dengan berbagai bahan, aksesori dan contoh gaun pengantin, mengikuti di belakang mereka.

"Selamat sore, Miss Wang," Caspar bangkit menyalaminya dan Finland memeluk desainer tersebut.

"Selamat sore, saya merasa terhormat diminta khusus oleh Tuan Stanis Van der Ven untuk tugas istimewa ini." Rosa tersenyum senang, "Biasanya gaun saya memerlukan waktu minimal 3 bulan untuk dibuat, tetapi beliau bilang ini adalah pasangan yang sangat istimewa, dan saya akan bekerja lembur dengan semua staf di New York untuk menyelesaikannya tepat waktu."

Caspar menemani Finland ngobrol sebentar dengan Rosa hanya agar desainer tersebut dapat mengenal kedua mempelai dan memasukkan kesannya tentang Caspar ke dalam desain agar sesuai dengan image pasangan tersebut, kemudian ia undur diri untuk business trip ke Amerika selama lima hari. Saat Finland mengantarnya keluar pintu penthouse, mereka berpelukan lama sekali, seakan sangat berat untuk berpisah.

"Aku akan telepon dari pesawat. Beri tahu saja kalau acara dengan Rosa sudah selesai." Caspar mencium kening Finland lalu berangkat.

Gadis itu hanya mengangguk pelan, tidak menjawab. Ia tiba-tiba merasa sedih sekali melihat Caspar pergi. Ia merasa heran kepada dirinya sendiri, sebelumnya ia tak pernah merasa begini kehilangan saat ditinggalkan seseorang. Ia sering sedih bila mengantar Jean pergi ke bandara, tetapi perasaan yang dimilikinya sekarang berbeda dengan perasaan kehilangan saat Jean, sahabatnya, pergi...

Inikah rasanya mencintai seorang laki-laki sebagai kekasih?

Rosa Wang memperhatikan mereka sambil tersenyum simpul. Ia bisa melihat betapa keduanya saling sangat mencintai. Ia hanya bisa menduga-duga kenapa pernikahannya diadakan demikian mendadak.

"Baiklah Miss... mari kita membicarakan tentang jenis gaun yang Anda sukai." Ia menghampiri Finland yang masih termangu melihat ke arah pintu dan menggenggam tangannya dengan lembut, membawanya ke sofa.

Finland kemudian berbincang-bincang dengan Rosa tentang gaun yang menjadi impiannya dan apa yang disukai Finland dari dirinya sendiri. Rosa mengeluarkan berbagai jenis bahan sutra dan satin yang cantik sekali dan meminta Finland memilih mana yang 'menyentuh hatinya'.

Ada terlalu banyak pilihan, tetapi akhirnya Finland jatuh cinta pada bahan kain satin dengan corak yang unik, dan hiasan renda yang elegan. Rosa segera mengeluarkan buku sketsanya dan membuat beberapa sketsa dengan cepat dan memasukkan unsur-unsur yang disukai Finland ke dalam desainnya. Dua jam kemudian, Finland sudah melihat gambar sebuah gaun pengantin paling cantik yang pernah dilihatnya.

Ia hampir menahan napas karena gaun itu indah sekali, melampaui imajinasinya...

"Anda punya selera yang bagus," komentar Rosa Wang sambil tersenyum. Ia lalu membereskan peralatannya dengan dibantu staf hotel dan kemudian ia pamit. "Saya harus segera kembali ke New York untuk menyiapkan gaun ini. Nanti kalau sudah selesai, akan saya kirim langsung ke Jerman."

"Terima kasih, Ms Wang." Finland mengantar Rosa keluar penthouse dan menunggu sampai pintu lift menutup, lalu mengirim SMS kepada Caspar.

[Sudah selesai. Rosa Wang baru saja mendesain gaun paling indah yang pernah kulihat.]

[Aku senang mendengarnya. Kau menginap saja di Penthouse, tidak usah pulang ke Rose Mansion.] balas Caspar. [Aku suka melihat Singapura dari jendela besar itu karena memberiku perasaan damai. Tentu lebih baik tinggal di situ selama lima hari daripada merindukanku setiap malam di Rose Mansion.]

Caspar selalu bisa membaca isi hati Finland. Gadis itu memang akan merindukan kehadiran Caspar di Rose Mansion yang biasa sarapan, makan malam, dan tidur di sampingnya. Mereka sudah sangat terbiasa melakukan hal-hal itu bersama, dan kini ia merasa kehilangan.

[Baiklah. Aku akan mampir ke Rose Mansion dulu dan mengambil barang-barang.] jawab Finland akhirnya.

[Tidak usah. Ms. Law sudah mengirim sebagian barang-barangmu ke Continental tadi siang. Kau bisa lihat di walk in closet kamar utama.]

Oh... Finland sungguh merasa dimanjakan. Ia hampir tak perlu melakukan apa pun, Caspar sudah menyiapkan semuanya untuk Finland.

'


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.