The Alchemists: Cinta Abadi

Damn You, Karma!



Damn You, Karma!

0

Di dalam mobil Caspar terus memegang tangan Finland, seolah takut gadis itu akan kabur meninggalkannya jika ia tidak menjaganya baik-baik. Ia masih ingat percakapan terakhir mereka di telepon yang membuatnya merasa ia sedang kena karma karena jatuh cinta pada gadis yang sangat sulit membalas cintanya.

Ia kini dapat sedikit membayangkan apa yang dirasakan gadis-gadis yang pernah bersamanya, dan rasa penyesalan pelan-pelan hinggap di dadanya. Ugh... setelah 400 tahun, baru ia mengerti kenapa orang bilang 'karma is a bitch'.

Karena perempuan tidak pernah lupa...

"Kau sudah makan malam?" tanya Caspar.

"Belum sempat," kata Finland.

"Kita mampir ke Continental dulu untuk makan malam," kata Caspar kepada Jadeith yang sedang mengemudi.

"Baik, Tuan."

Mereka pun mampir ke Hotel Continental. Begitu mobil Rolls Royce itu masuk ke area lobi, manager on-duty dan beberapa staf segera keluar menyambut Caspar turun dari mobilnya. Mereka berbaris dan membungkuk hormat.

Jadeith membuka pintu untuk Caspar dan Ben membuka pintu untuk Finland. Saat itu Finland merasa seperti putri bangsawan di film-film. Caspar berjalan ke sisinya dan menggandeng Finland masuk.

"Kami tidak tahu Tuan akan datang, jadi tidak sempat menutup restoran Moon. Apakah Anda mau ke restoran yang lain atau makan di penthouse Anda?" tanya Manajer Park.

"Tidak usah," kata Caspar. "Kami bisa makan bersama tamu-tamu yang lain."

Ia menoleh kepada Finland dan berbisik, "Aku bisa kok hidup seperti manusia normal."

Finland mengerti maksudnya, walaupun tetap saja dalam pandangannya... makan di Restoran Moon Hotel Continental begitu saja, tanpa reservasi, masih belum termasuk normal.

Orang normal harus reservasi minimal sebulan sebelumnya.

Hotel Continental adalah hotel paling megah dan mewah di Singapura, dan Restoran utamanya yang terletak di lantai dasar adalah restoran berbintang 3 Michelin yang sangat populer dan terkenal dengan hidangan terbaik di dunia. Orang biasa harus melakukan reservasi minimal satu bulan sebelumnya.

Tentu saja, seperti di restoran-restoran VIP lainnya, selalu ada satu meja khusus yang dikosongkan dari reservasi, untuk menerima tamu VIP yang datang tiba-tiba. Selebriti dunia, politikus, dan orang-orang super kaya dapat menerima layanan VIP ini dengan datang tiba-tiba tanpa reservasi.

Mereka berdua berjalan mengikuti Manajer Park masuk ke dalam Restoran Moon yang penuh oleh tamu, dan duduk di meja terbaik yang dekat dengan taman dan air terjun buatan. Saat mereka lewat, wajah-wajah tamu yang sedang menikmati makan malam mereka, terangkat dan menoleh mengikuti keduanya. Tentu saja penampilan Caspar sangat menarik perhatian, terutama para wanita yang sedang ada di sana. Wajahnya yang tampan dengan penampilan modis dan cara jalannya yang sedikit angkuh -seolah ia yang memiliki tempat itu- membuat mereka terpesona. Suara bisik-bisik mulai terdengar saat mereka akhirnya duduk.

Finland juga terlihat sangat cantik, tetapi hari ini ia tidak berdandan untuk acara makan malam di restoran mewah. Ia langsung mengantar Jean ke bandara dari kantor, maka ia hanya mengenakan pakaian kerja dan tas laptop. Ia sadar ada begitu banyak pasang mata yang menilai penampilannya dan menganggap ia tidak pantas berjalan bersama pemuda sempurna di sampingnya.

Ugh... sekarang ia mengerti kenapa Caspar lebih menyukai makan dalam privasi dan menutup restoran.

Finland mengambil menu dan berusaha memahami isinya. Caspar menggeleng-geleng dan memanggil Manajer Park yang berdiri di sampingnya.

"Tolong buat terjemahan menu dalam bahasa Inggris, biar nanti kalau Nona Finland makan di sini tanpa saya, dia bisa memesan sendiri makanan yang disukainya."

"Baik, Tuan." Manajer Park mencatat sesuatu dalam tabletnya. "Saya akan meminta staf untuk menerima pesanan Tuan dan Nona. Saya kembali ke kantor untuk mengurus ini."

Ia lalu pergi meninggalkan mereka. Caspar kemudian membacakan menu berbahasa Prancis itu ke dalam bahasa Inggris yang dimengerti Finland, agar gadis itu dapat mengetahui apa hidangan yang ingin dipesannya. Finland terharu karena Caspar ingat bahwa 4 bulan yang lalu saat mereka pertama kali makan di sini ia telah memfoto menunya dan berusaha meminta Jean membantunya memilih makanan karena ia tak mengerti bahasa Prancis.

"Terima kasih... aku mau pesan yang ini, dan yang ini," kata Finland akhirnya.

Pelayan mencatat pesanan mereka dan permisi.

"Kau masih ingat bahwa aku tidak mengerti menunya karena dalam bahasa Prancis..." Finland tersenyum kepada Caspar setelah pelayan itu pergi, "Terima kasih."

"You're welcome," kata Caspar, membalas senyum Finland, memamerkan lesung pipinya yang membuat Finland ingin sekali menciumnya. "Kau bisa membalas kebaikanku dengan menciumku."

Ugh... apakah sekarang Caspar juga bisa membaca pikiran? tanya Finland dalam hati.

Ia melihat ke sekeliling dan setelah memastikan tidak banyak orang yang memperhatikan mereka, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Caspar dan menciumnya dengan cepat.

Wajah Caspar berbinar-binar saat Finland menciumnya. Mood-nya menjadi sangat bagus dan ia tiba-tiba menelepon Stanis.

"Stanis, aku sedang senang sekarang. Naikkan gaji semua staf di Hotel Continental sebanyak 5%."

Finland terkesiap. Caspar memang orang yang murah hati. Kalau ia sedang senang, dengan mudah ia menghujani stafnya dengan bonus atau kenaikan gaji. Tapi kalau sedang sebal, Finland ingat ia pernah hampir memotong bonus tahunan Ben.

"Kau boleh datang ke sini kapan saja, aku akan memberi tahu semua staf di Hotel Continental bahwa kaulah yang membuat mereka naik gaji," kata Caspar, "Semoga waktu kau ke sini lagi menunya sudah ada terjemahan Inggrisnya."

"Wah... terima kasih," kata Finland dengan penuh semangat. Memiliki akses ke Restoran Moon adalah suatu privilege buat seorang marketing seperti dirinya. Selama ini mereka hanya bisa membawa klien ke restoran lain seperti Restoran De Lune yang tidak memerlukan reservasi sebulan di muka, karena lebih praktis. Tetapi, kalau lain kali ia bisa menjamu klien di Restoran Moon, mereka akan sangat terkejut dan merasa terhormat, dan image LTX International akan menjadi semakin bersinar.

Mereka lalu makan sambil ngobrol tentang kabar terbaru keduanya. Caspar bertanya tentang Jean dan Katia kepada Finland. Ia memegang janjinya kepada Finland dan sama sekali tidak mencari tahu informasi tentang gadis itu menggunakan akses luar biasanya, sehingga ia harus bertanya langsung untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Jean sudah pulang ke Paris, Katia juga," kata Finland. "Sebenarnya Katia sempat mengajakku makan malam dan berbicara sedikit tentang kalian... Ia mengaku masih mencintaimu."

"Itu urusannya," Caspar menanggapi. "Aku tidak mencintai Katia. Aku salah karena aku mengira yang kurasakan untuknya 50 tahun yang lalu adalah cinta. Tetapi sejak ia pergi aku menjadi semakin yakin dengan perasaanku, dan itu bukanlah cinta. Apalagi kemudian aku bertemu denganmu... Aku tahu pasti bahwa hanya kau, satu-satunya perempuan yang pernah kucintai."

Finland menyesap wine-nya pelan-pelan mendengar untuk kesekian kalinya Caspar menyatakan cinta kepadanya.

"Kenapa kau bisa yakin?" tanya Finland kemudian.

"Aku yakin, karena untuk pertama kalinya dalam hidup aku tidak pernah memikirkan perempuan lain selain engkau. Aku telah bertemu ribuan wanita seumur hidupku yang panjang ini dan tidak ada satu pun yang membuatku menderita sepertimu... "kata Caspar. "Sejak aku bertemu denganmu, aku tak pernah bersama perempuan lain. Sekarang aku melihat perempuan lain secara berbeda, seperti melihat pohon atau kursi, atau mobil."

"Kenapa aku membuatmu menderita?" tanya Finland tak mengerti.

"Kau membuatku menderita karena kau selalu memenuhi pikiranku, sementara kau tidak membalas pernyataan cintaku," jawab Caspar dengan nada sedikit protes.

"Mungkin itu yang terjadi... kau sebenarnya belum pernah ditolak perempuan. Semua perempuan yang kau temui, jatuh cinta padamu dan ingin menikah denganmu... Jadi ketika untuk pertama kalinya kau bertemu perempuan yang tidak seperti itu, hatimu merasa tertarik dan ingin menaklukkan satu-satunya orang yang tidak jatuh cinta setengah mati kepadamu dan ingin menjadi istrimu..." kata Finland lagi. "Itu juga bukan cinta. Kalau memang itu yang terjadi, maka begitu aku membalas cintamu, hatimu akan merasa puas, karena berhasil menaklukkan aku seperti perempuan-perempuan lain, dan perasaan yang kau miliki sekarang kemudian akan hilang..."

Caspar menatap Finland lama sekali. Ia tidak menyangkal omongan gadis itu. Ia memang belum pernah bertemu perempuan yang tidak jatuh cinta kepadanya. Finland adalah gadis pertama yang tidak melihatnya dengan pandangan penuh cinta dan ingin menjadi istrinya...

Tetapi ia yakin sekali, perasaannya sekarang bagi Finland adalah cinta, bukan hanya sekadar nafsu ingin menaklukkan.

Sayangnya ia tak tahu bagaimana meyakinkan gadis itu...

"Aku tidak tahu bagaimana aku dapat meyakinkanmu..." katanya kemudian dengan helaan nafas panjang.

Damn you, Karma! pikirnya sebal.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.