The Alchemists: Cinta Abadi

Caspar di Seattle



Caspar di Seattle

0

Lima hari terasa seperti setahun bagi Finland. Ia tak pernah mengira konsep ruang dan waktu bisa menjadi begitu kacau saat manusia sedang jatuh cinta. Biasanya karena sibuk ia tak pernah peduli akan hari dan tanggal, tetapi kini ia sungguh-sungguh menghitung setiap hari dan jam hingga Caspar pulang... Dan tentu saja hari dan jam menuju ke pernikahan mereka.

3 hari dan 12 jam sebelum Caspar pulang...

27 hari dan 8 jam sebelum pernikahan mereka...

Ms Fang yang melihat Finland tidak bersemangat lalu memberinya tugas yang banyak untuk mengalihkan perhatiannya, tetapi tetapi gadis itu justru menjadi semakin tidak berkonsentrasi dan beberapa kali melakukan kesalahan.

"Kau itu seperti orang yang sedang jatuh cinta," kata Tran tiba-tiba. Ia mencubit bahu Finland sambil tertawa. "Apa kau sedang memikirkan Jean?"

Meilin yang mendengarnya dari sudut ruangan tampak mengernyitkan kening dan wajahnya berubah menjadi marah.

"Jean itu tidak punya kekasih!" serunya cepat. "Kemarin di internet dia digosipkan pacaran dengan Cara de Milne dan Jean membantah dengan mengatakan dia masih single."

Tran mengangkat sebelah alisnya, "Selebriti mana ada yang mengaku kalau mereka pacaran sama orang biasa, nanti bisa-bisa privasi mereka habis diganggu paparazzi."

Ah, Finland jadi ingat bahwa Jean juga berangkat ke Amerika untuk mengambil foto produk Atlas. Jadwal pemotretan dimajukan lebih cepat setelah Caspar membeli Atlas, sebagai salah satu persyaratan yang diajukan pemilik sebelumnya.

Finland curiga anak perempuan Sam Atlas yang menjadi penyebabnya. Ia ingat mendengar dari Noah bahwa putri Sam Atlas adalah penggemar Jean. Karena itulah Jean mengosongkan jadwalnya minggu ini dan bertolak ke Seattle.

Ia seketika menjadi iri karena Jean dan Caspar berada di kota yang sama sementara ia di Singapura merindukan keduanya, kekasih dan sahabatnya.

[Jean juga ke Seattle minggu ini untuk foto iklan Atlas. Apakah kau akan memberitahunya bahwa kau telah membeli perusahaan itu?] tanya Finland kepada Caspar.

[Tidak perlu. Sam Atlas masih memiliki sahamnya 20% dan putrinya benar-benar ingin bertemu Jean. Aku tidak perlu muncul ke permukaan. Urusanku hanya dengan Sam.] balas Caspar.

Finland menjadi penasaran apa kira-kira urusan Caspar dengan Sam Atlas. Setahunya Stanis mengurusi semua hal penting dalam kehidupan dan bisnis pemuda itu.

[Hi, Jean. Bagaimana kabarmu di Seattle? Sudah selesai pemotretan?] ia mengirim pesan Whatsapp kepada Jean.

[Besok. Sekarang aku sedang makan malam dengan anak pemilik perusahaan dan sang fotografer untuk proyek ini.]

Finland baru ingat bahwa Seattle berada 15 jam di belakang Singapura. Kalau sekarang jam 10 pagi, berarti di sana baru jam 7 malam, Pantas saja Jean sekarang sedang makan malam.

[Oh, aku tidak akan mengganggu makan malammu. TIdak sopan kan kalau main ponsel saat sedang makan dengan orang lain.]

[Tidak apa-apa, aku sudah bilang mereka kalau ini SMS penting. Kita ngobrol nanti ya.]

Finland yang hendak mengirim pesan kepada Caspar jadi mengurungkan niatnya karena sadar Caspar juga pasti sekarang sedang makan malam.

Setelah rasanya menunggu lamaaaaaa sekali, akhirnya tiba jam makan siang. Finland buru-buru pergi keluar kantor dan mencari taman terdekat untuk menelepon Caspar. Sekarang sudah jam 9 malam di Seattle. Kalau ia menunggu sampai pulang kantor jam 6 sore, di Seattle sudah jam 3 pagi dan ia takkan sampai hati menelepon Caspar dan mengganggu tidurnya.

"Hallo..."

"Hei, Sayang, aku baru saja akan meneleponmu," kata suara riang Caspar di ujung telepon. "Miss me?"

"Very much..." jawab Finland jujur.

Caspar tertawa kecil.

"Kalau begitu aku akan sering business trip, biar kau lebih rindu dan akhirnya memutuskan untuk berhenti kerja supaya bisa ikut aku kemana-mana..."

"Aduh... jangan begitu, kau kejam sekali..." kata Finland dengan suara hampir menangis. "Kau senang ya menyiksaku?"

Caspar sama sekali tidak mengira Finland akan menanggapinya dengan sungguh-sungguh.

"Eh, maafkan aku, Sweetheart, aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku cuma bercanda," katanya cepat-cepat. Dalam hati ia senang Finland merindukannya dan bersikap terbuka tentang itu. Sejak mereka tidur bersama dan ia melamar Finland, gadis itu benar-benar berubah. Ia tidak lagi dingin dan sulit mengungkapkan perasaan cinta seperti dulu.

Mengingat Finland dan wajahnya yang menggemaskan, Caspar menarik napas. Sesungguhnya ia pun akan sama menderitanya dengan Finland jika ia sering-sering business trip seperti ini dan jauh dari gadis itu. Ia pun sudah terbiasa sarapan, makan malam, dan tidur dengan gadis itu di sampingnya.

Ia bertekad tidak akan kemana-mana lagi sampai hari pernikahan mereka. Ia berusaha mengalihkan perhatian Finland dengan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkannya dari Seattle.

"Seandainya urusanku hanya dengan Sam Atlas, aku pasti sekarang sudah pulang. Tapi di Seattle banyak perusahaan yang sahamnya kumiliki seperti Amazon, Microsoft, Adobe, dan Starbucks. Aku perlu sekalian bertemu para direksinya. Sebentar, aku sedang mengirim satu gambar ke emailmu, coba lihat."

Finland menurunkan ponselnya dan memeriksa emailnya. Caspar mengirimnya foto sebuah rumah cantik dengan pintu gerbang dari tanaman rambat yang membuatnya terlihat indah sekali.

"Aku sudah menerima gambarnya. Itu foto sebuah rumah. Bagus sekali."

"Aku sedang jalan-jalan di sini untuk makan es krim langgananku - kau harus mencoba es krim lavender dan labu mereka suatu hari nanti - dan aku melihat rumah-rumah cantik di lingkungan sini, ada satu rumah yang bertanda dijual. Aku suka sekali melihatnya. Bagaimana menurutmu?"

"Bagaimana apanya?" tanya Finland tak mengerti.

"Aku tidak punya rumah di Seattle, tetapi aku cukup sering ke sini untuk business trip. Menurutku rumah tadi cantik sekali. Aku langsung teringat padamu. Apakah rumahnya kita beli saja?"

Deg...

Finland tak tahu bahwa membeli rumah bisa semudah ini.

Ia membuka ponselnya untuk mengamati rumah itu lagi. Memang cantik sekali. Untuk urusan rumah sepertinya selera Caspar dan dirinya cukup mirip. Finland jatuh cinta pada Rose Mansion sebelum tahu rumah itu adalah milik Caspar.

"Rumahnya bagus. Aku suka." jawab Finland jujur.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan membelinya. Kali berikutnya aku ke Seattle, kau ikut denganku dan kita akan sudah punya tempat tinggal di sini. Aku akan segera mengurusnya." Caspar mendeham, "Aku tidak bermaksud membuatmu kaget, tetapi aku memang hidup seperti ini. Apa yang aku suka pasti aku miliki. Kalau ada hal-hal yang kau sukai, jangan ragu untuk bilang kepadaku, apa pun yang sanggup aku berikan akan kupastikan kau memperolehnya."

Finland tidak tahu entah kapan ia akan dapat terbiasa dengan gaya hidup Caspar yang demikian mewah dan serba mudah. Saat ini tidak ada hal yang diinginkannya di dunia selain kehadiran pemuda itu di sampingnya, tetapi tentu ia tak dapat memintanya.

"Aku merindukanmu..." bisik Finland pelan. "Cepatlah pulang."

Caspar tersenyum selintas. Ia lalu membisikkan kata-kata cinta yang membuat wajah Finland memerah, lalu kemudian ikut tersenyum. Gadis itu akhirnya merasa lebih baik saat ia kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaannya.

Ketika Finland sampai kembali di penthouse Hotel Continental, ia mendapat pesan Whatsapp dari Jean yang sepertinya baru tiba kembali di hotel.

Astaga ini kan sudah hampir jam 4 pagi di Seattle, pikirnya.

[Aku bertemu Caspar di Seattle. Is that possible?] tanya Jean di pesannya.

[Uhm... Dia memang sedang di Seattle. Kau bertemu dia di mana?] tanya Finland penasaran.

[Dia di lobi hotel tadi dengan seorang perempuan cantik. Aku sempat foto diam-diam.]

Deg... perasaan Finland seketika menjadi kacau. Caspar sama sekali tidak menceritakan tentang perempuan yang ditemuinya di Seattle...

Siapa perempuan itu?

Ia menerima foto Caspar yang sedang berduaan dengan seorang perempuan berambut bob pendek dan mengenakan pakaian serba leather (kulit) yang seksi. Wajah perempuan itu cantik sekali dengan sikap yang serius. Seketika Finland merasa tengkuknya menjadi dingin... Ia merasa dadanya berdebar karena marah...

Ia belum pernah secemburu ini kepada seorang manusia. Sejak Caspar melamarnya ia memang sudah jatuh cinta setengah mati kepada pemuda itu, dan dalam pikirannya Finland hanya ingin bersama Caspar dan menghabiskan seluruh sisa hidupnya bersama pemuda itu, dan kini melihatnya berduaan saja dengan perempuan seseksi itu membuatnya merasa sangat cemburu. Ia bahkan tidak secemburu ini terhadap Katia.

[Maaf aku mengambil fotonya diam-diam dan memberitahumu tentang ini. Aku tidak rela sahabatku dipermainkan oleh lelaki hidung belang.]

Finland juga ingat bahwa Ben mengatakan Caspar memiliki banyak wanita...

Apakah perempuan ini salah satunya?

[Menurutmu apa yang sebaiknya kulakukan, Jean?] tanya Finland bingung, [Aku tidak mau terkesan sebagai pacar yang cemburuan, tetapi aku juga ingin tahu apakah mereka punya hubungan lain atau tidak.]

[Hmm... kau bisa tanyakan kepadanya siapa saja orang yang dia temui di Seattle, kalau di antaranya ada perempuan, kau tinggal tanyakan dengan lebih detail. Tanyakan dia menginap di hotel apa. dan bilang bahwa aku melihatnya di lobi. Kalau dia berbohong soal nama hotelnya, kemungkinan dia juga berbohong atas hal-hal lainnya.]

[Baiklah, besok akan kutanyakan. Sekarang di sana sudah jam 4 pagi. Kau sendiri kenapa belum tidur jam segini?]

[Ahahaha... sorry, aku tadi ketemu teman-teman lama dan kami clubbing sampai pagi. Aku baru mau tidur. Good night, F.]

[Good night, Jean. Jaga kesehatanmu, di sana sedang dingin sekali.]

[Thanks. You too.]

Finland kembali mengamati foto yang dikirim Jean dan dadanya terasa semakin sesak. Gadis yang sedang bersama Caspar itu seksi sekali... Apakah ia salah satu wanitanya Caspar? Apakah saat ini gadis itu sedang tidur bersama Caspar?

Ia tak bisa makan memikirkannya, dan membiarkan hidangan makan malam yang disiapkan dapur Hotel Continental menjadi dingin.

Sampai jam 11 malam ia tak juga dapat menenangkan pikirannya dan memejamkan mata.

Siapa perempuan itu? Apa hubungannya dengan Caspar? Sedang apa mereka sekarang?

Karena membayangkan hal-hal buruk, Finland akhirnya tak kuasa menahan tangis, dan ia menangis tersedu-sedu. Ughhh... jatuh cinta itu tidak selalu hanya hal-hal yang indah dan menyenangkan, jatuh cinta juga diikuti dengan perasaan rindu ketika berpisah dan rasa cemburu saat kekasih bersama orang lain yang mungkin memiliki hubungan istimewa dengannya...

Finland tak suka perasaan yang dimilikinya sekarang... Ia tak suka harus merasakan rindu kepada Caspar dan cemburu terhadap perempuan seksi itu...

Ini adalah perasaan tidak enak yang tak ada obatnya.

[Finland, kau sudah tidur?] Jam 23.00 lewat sedikit ada pesan masuk dari Caspar. Di Seattle sudah jam 8 pagi, berarti dia baru bangun.

[Belum tidur, aku menunggu kau bangun.] jawab Finland buru-buru. [Kau menginap di hotel mana?]

[Aku belum bilang, ya? Aku menginap di Westin.]

[Oh, Jean juga menginap di Westin. Apakah kalian tidak bertemu?]

[Aku melihat dia tadi keluar hotel bersama serombongan orang. Kenapa?]

[Oh... Jean bilang dia melihatmu bersama seorang wanita.] Finland mengutuki dirinya sendiri karena tidak mampu bersikap elegan dan langsung memberondong Caspar dengan berbagai pertanyaan. Ia sungguh tidak tahan lagi. [Wanita itu sangat seksi.]

Lama tidak ada balasan dari Caspar, membuat hati Finland tambah panas.

Apakah ini artinya Caspar merasa bersalah?

Kenapa ia tidak segera menyangkal ada hubungan istimewa dengan perempuan seksi itu??

Ia tak sabar lagi dan segera memencet tombol panggilan telpon.

TUT...

TUT...

Setelah 10 kali deringan akhirnya telepon Finland diangkat di ujung sana.

"Hallo?" Terdengar suara seorang wanita yang bernada agak marah menerima panggilan Finland. "Do you know what time is it - Kau tahu tidak sih sekarang jam berapa? Masih pagi sekali? Mau apa kau telpon-telepon?"

Finland sangat terkejut hingga tanpa sadar ponselnya jatuh dari pegangannya.

Kenapa perempuan itu yang mengangkat telepon Caspar? Mengapa perempuan itu ada di tempat Caspar sepagi ini? Apakah tadi malam mereka tidur bersama?

Kepala Finland seketika terasa memusing.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.