The Alchemists: Cinta Abadi

Pengakuan Caspar



Pengakuan Caspar

0

Finland merasa sangat terpukul...

Dugaannya benar, manusia itu tidak ada yang sempurna. Semakin banyak kelebihannya, maka kekurangannya juga akan semakin fatal.

Ia sudah mendengar dari Katia bahwa Caspar banyak mencampakkan wanita setelah satu bulan berkencan, dan Ben juga mengatakan bahwa tuannya itu memiliki banyak wanita...

Kenapa ia tidak mendengarkan mereka dan mengikuti kata hatinya yang jatuh cinta setengah mati kepada Caspar? Kenapa dia mencari penyakit dan masuk ke dalam hubungan yang tidak setara ini? Ia menangis saat mengingat Katia, dan nasibnya sekarang...

Ternyata Finland tidak ada bedanya dengan Katia di mata Caspar. Mereka bahkan belum sebulan resmi berhubungan... Kenapa ia bisa percaya saja kata-kata manis Caspar?

Ia mengeluarkan cincin pertunangannya yang ia simpan di dalam dompetnya dan menatapnya dengan pandangan marah. Selama ini ia sengaja tidak mengenakan cincinnya di kantor karena ingin menghindari pertanyaan orang-orang, dan hanya menyimpannya di dompet. Ia mengira dirinya istimewa karena Caspar melamarnya dengan cincin semahal ini...

Tetapi sekarang ia sadar, orang yang bisa dengan mudah membeli rumah mewah di Seattle, tentu dengan mudah juga membeli cincin untuk memikat hati seorang gadis.

Sungguh ia terlalu lugu dan berhasil jatuh ke dalam dekapan playboy seperti Caspar....

Suara isak tangisnya terdengar masuk ke dalam telepon dan perempuan di ujung sana tiba-tiba berseru kaget.

"Eh... ini bukan telemarketing?"

Kemudian terdengar suara Caspar memanggil-manggil nama Finland. Tetapi gadis itu sudah tidak mendengarkan. Ia menangis terisak-isak dengan membenamkan wajahnya di bantal. Sia-sia saja Caspar memanggil namanya lewat ponsel.

Telepon di meja samping tempat tidur tiba-tiba berdering.

Finland tersentak dan berusaha menduga-duga siapa yang menelepon ke penthouse ini. Ia tidak memberitahukan nomornya kepada siapa pun. Apakah ini panggilan dari resepsionis di bawah? Mungkin ada yang hal yang sangat penting...

Akhirnya pelan-pelan ia mengangkat telepon sambil berusaha menenangkan diri agar tidak terdengar histeris saat berbicara.

"Hallo, selamat malam."

"Sayang! Please jangan tutup teleponnya...!!" Terdengar suara Caspar memohon di ujung sana. "Aku tadi hanya bercanda. Aku senang melihatmu cemburu, jadi tadi aku bilang Famke bahwa ada telemarketing yang menggangguku pagi-pagi, makanya dia mau mengangkat teleponmu tadi... Dia tidak tahu itu dirimu, Kau masih ingat Famke salah satu pengawalku?"

Finland terdiam. Pantas saja suara perempuan tadi terdengar tidak ramah, ia mengira Finland adalah telemarketing yang mengganggu tidur bosnya.

"Pengawalmu seksi sekali," desis Finland.

Ia mendengar suara Caspar berkata kepada perempuan di sebelahnya, "Famke, istriku bilang kau seksi sekali."

"Oh, terima kasih, Nyonya. Aku merasa tersanjung," jawab Famke keras-keras.

Finland menggigit bibir, tidak tahu harus berkata apa.

"Apa benar itu Famke pengawalmu?" tanyanya kemudian. "Bukan salah satu perempuan yang kau kencani?"

"Famke adalah salah satu pengawalku yang paling setia, Dia juga seorang Alchemist, aku sudah menceritakan tentang dia kepadamu." jawab Caspar. Ia terdengar senang sekali karena Finland cemburu. "Nanti kalau aku pulang ke Singapura kau dapat bertemu dengannya."

"Kenapa dia ada di kamar hotelmu sepagi ini?" tanya Finland lagi, masih kurang puas.

"Begitu kau tulis bahwa Jean melihatku dengan wanita seksi, aku langsung memanggil Famke dari kamar sebelah. Aku tahu kau akan menelepon, jadi dia kupanggil dan bilang ada telemarketing yang menggangguku... hehehe... Maafkan aku, Sayang, tapi kau kalau cemburu rasanya menggemaskan sekali..."

Finland mengerucutkan bibirnya karena kesal. Ia tadi telah salah duga dan sampai menangis tersedu-sedu...

"Kenapa kau tega menipuku dan membuatku cemburu hingga menangis? Bukankah kau yang bilang bahwa air mataku terlalu mahal untuk mengalir sia-sia? Apa kau suka melihatku menangis?" kata Finland kemudian, "Apakah kepuasan yang kau peroleh dengan melihatku cemburu setengah mati dan sedih pantas ditukar dengan airmataku?"

Seketika Caspar terdiam.

Seperti anak anjing yang dimarahi karena mencuri tulang dari panci sop, ia menjawab terbata-bata,

"Ma...maafkan aku. Tadi aku egois dan hanya ingin melihatmu cemburu... Tadi kau itu kelihatan imut sekali... Aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf aku sudah membuatmu menangis."

Finland menutup telepon. Ia juga mengambil ponselnya yang terjatuh di lantai dan mematikan ponselnya. Ia tak suka dibohongi walaupun hanya untuk melihatnya cemburu.

Ia harus bersikap tegas kepada Caspar dan membuatnya sadar bahwa Finland tak suka dibuat menangis. Kalau tidak begitu, pemuda itu akan mengulangi perbuatannya hanya karena ia menganggap sikap cemburu Finland itu menggemaskan.

Finland akhirnya berhasil tidur saat waktu menunjukkan hampir tengah malam. Sementara nun jauh di Seattle sana, seorang laki-laki menjadi uring-uringan karena ia tak juga berhasil menelepon gadis yang ia cintai.

Nada panggilnya selalu sibuk atau mati.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.