The Alchemists: Cinta Abadi

Caspar Sibuk Di Rumah



Caspar Sibuk Di Rumah

0

"Ada yang mengganggu Nyonya?" tanya Ben ketika Finland masuk mobil dengan wajah agak masam.

"Tidak apa-apa, Pak Ben. Semua baik-baik saja." Finland menggeleng sambil tersenyum, "Caspar masih di rumah?"

"Iya, beliau sibuk sekali hari ini di rumah," jawab Ben sambil tersenyum penuh arti.

"Oh, dia bekerja dari rumah?" tanya Finland keheranan.

"Beliau hari ini membatalkan semua meeting dan pekerjaannya, karena beliau sibuk di rumah."

Finland tidak mengerti kira-kira apa yang membuat Caspar tidak bekerja tetapi sibuk.

Apakah Caspar memasak untuknya? Tapi Finland sudah bilang bahwa ia akan makan malam bersama orang-orang LTX di De Lune.

Hmm.. aneh.

Mereka tiba di Rose Mansion pukul 21.00 kurang sedikit. Seperti biasa suasananya sepi dan agak gelap di pelataran. Finland mengucap terima kasih kepada Ben lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju paviliunnya untuk menaruh barang-barangnya sebelum mencari Caspar di rumah utama.

Ketika ia berjalan melintasi kebun mawar, tiba-tiba ia mendengar bunyi musik mulai bermain. Ia berhenti sejenak dan menegakkan kepala untuk mendengar arah datangnya musik.

Hmm... musik klasik.

Siapa yang memutar musik jam segini? Apakah tetangga sebelah? Jangan-jangan nanti Caspar akan membeli rumah sebelah karena mereka memainkan musik keras-keras di jam segini, pikirnya.

Tiba-tiba beberapa lampu menyala di depan Finland. Gadis itu terkejut melihatnya. Ia tidak ingat di sini ada lampu sebelumnya. Ia berjalan mendekat ke depan untuk memeriksa lebih lanjut dan tiba-tiba menyala lagi beberapa lampu di depannya.

Ia terkesima. Pelan-pelan Finland maju, dan beberapa lampu menyala lagi...

Suasananya mulai terang dan ia bisa melihat bahwa lampu-lampu itu sebenarnya diletakkan di antara pohon-pohon mawar, seperti gemerlap lampu di pohon natal.

Ia bergerak maju dan lampu-lampu di depannya menyala lebih banyak. Karena penasaran ia akhirnya meneruskan perjalanan menuju paviliunnya dan di sepanjang jalan lampu-lampu mulai menyala menerangi jalannya dan tetap menyala setelah ia lewat, membuat Finland merasa seperti di wahana negeri dongeng, atau taman cahaya di suatu acara festival...

Dan anehnya bunyi alunan musik klasik yang tadi didengarnya kini menjadi semakin jelas terdengar.

Jangan-jangan musiknya berasal dari....

Ketika ia tiba di depan paviliunnya Finland telah melihat serombongan mini orkestra tengah bermain musik di pelataran. Ada konduktor yang mengarahkan mereka, ada pemain piano, cello, biola, dan flute, bahkan harpa. Apa-apaan ini?

Dan sekelilingnya dipenuhi oleh gemerlap lampu kecil-kecil yang membuat suasana menjadi sangat romantis.

Finland membekap mulutnya karena terkejut... Ini sangat tidak diduganya...

Apakah ini yang membuat Caspar sibuk seharian?

Ia segera mencari-cari keberadaan pemuda itu. Saat ia bergegas masuk ke paviliunnya untuk mencari Caspar, konduktor tampak menganggukkan kepala kepadanya, diikuti para pemain musik. Mereka semua memberi hormat saat ia lewat. Ini rasanya berlebihan sekali.

"Finland..." tiba-tiba terdengar suara Caspar dari belakangnya. Pemuda itu ternyata dari tadi ada di belakang Finland sejak ia memasuki taman mawar dan berjalan menuju paviliunnya. Caspar sudah berusaha menahan tawanya ketika melihat Finland maju perlahan-lahan untuk melihat lampu yang menyala di depannya.

Gadis itu menoleh dan melihat Caspar dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya. Ia memakai kemeja sutra lengan panjang dengan sedikit rumbai di kerahnya, seperti model kemeja pangeran di Eropa zaman dulu, dengan celana panjang dan sepatu kulit sangat mahal.

Caspar sehari-hari sudah tampak sangat tampan dan sempurna, dan Finland tidak tahu bahwa ia bahkan bisa terlihat lebih indah lagi, kalau ia sedikit berusaha. Seperti malam ini...

"Apakah aku mengagetkanmu?" tanya Caspar sambil merentangkan tangannya memberi tanda bahwa ia ingin memeluk Finland.

Gadis itu tersipu karena ia sempat terpaku melihat ketampanan Caspar lalu berjalan mendekat ke dekapannya.

"Iya, aku sedikit terkejut... Ini untuk apa?" tanya Finland sambil membenamkan kepalanya di dada Caspar.

"Kau suka?"

"Ini agak berlebihan sih... Tapi ya, aku suka," Finland mengangguk sambil tersenyum. "Ada acara apa?"

Caspar melepaskan pelukannya dan ia menggenggam sepasang tangan Finland sambil menatapnya dengan pandangan seperti anak anjing yang baru bertemu tuannya setelah ditinggal ke luar negeri selama berbulan-bulan.

"Aku mencintaimu," katanya dengan suara pelan. "Aku tak pernah bertemu perempuan yang bisa menarik hatiku sebegini kuat, sepertimu. Aku tak bisa berhenti memikirkanmu... Aku mau menikah denganmu dan punya banyak anak darimu."

Finland terkesiap.

"Eh.. sebentar... apa ini.." ia menelan ludah, "Apakah kau sedang melamarku?"

"Finland, sayang... menikahlah denganku. Aku tak bisa hidup tanpamu."

Finland tak begitu ingat apa yang terjadi persisnya. Pikirannya seketika kosong. Ia sayup-sayup mendengar suara musik klasik yang dimainkan orkestra, lalu Caspar yang bertumpu dengan satu lutut dan mengangkat sebuah cincin dengan berlian paling besar yang pernah dilihatnya. Berlian itu berwarna merah muda yang sangat jarang ada.

Finland tidak ingat apa jawabannya, tetapi tahu-tahu cincin itu sudah dimasukkan Caspar ke jari manisnya. Pemuda itu mencium tangannya lalu bangkit berdiri dan mencium bibirnya dengan haru.

Mereka berciuman cukup lama, diiringi musik klasik yang memainkan lagu paling romantis yang pernah didengar Finland, dikelilingi ribuan lampu yang menghiasi pohon-pohon mawar di sekitar paviliun Finland.

Saat Caspar menggendongnya masuk ke paviliun, barulah pikiran Finland tersadar.

Rupanya tadi ia telah menerima lamaran Caspar dan menjawab ya dengan air mata menetes di pipinya. Ia merasa sangat terharu... Ia merasa sangat dicintai.. Ia merasa berharga.

Saat Caspar dan Finland masuk ke dalam paviliun, kelompok orkestra segera membereskan peralatan mereka dan pergi, untuk memberi keduanya privasi.

Dalam waktu lima menit saja, tempat itu telah menjadi sunyi. Finland hanya bisa mendengar suara serangga di luar, dan desah napas mereka berdua.

"Aku tak sabar menjadikanmu istriku...." bisik Caspar. "Kita menikah di Jerman pada akhir tahun ini ya... Mumpung semua kaum Alchemist datang untuk menghadiri acara ulang tahun Aldebar yang ke-200. Aku akan memperkenalkanmu kepada semua orang."

Ia membaringkan Finland di tempat tidur dan duduk di tepian ranjang sambil mengusap-usap kepala gadis itu.

"Apa itu tidak terlalu cepat?" tanya Finland.

"Sebenarnya saat kau menerima lamaranku tadi, aku sudah menganggapmu sebagai istriku. Komitmen kita berdua lebih penting daripada upacara pernikahan. Tetapi aku tetap ingin menunjukkanmu kepada semua orang. Dan kau juga harus minum ramuan abadi dari Aldebar."

Eh...

"Tentang ramuan abadi itu...." Finland tampak agak bingung menjelaskan maksudnya, "Aku belum tahu apakah aku sudah siap untuk hidup abadi. Itu komitmen yang lebih besar daripada sekadar menikah denganmu."

"Apa maksudmu itu komitmen yang lebih besar?" tanya Caspar keheranan. "Semua orang ingin menjadi abadi."

"Aku tidak." jawab Finland. "Aku tidak tahu apakah aku siap untuk hidup selamanya seperti kalian. Aku adalah manusia biasa yang terbiasa dengan hal-hal normal. Kau sejak lahir sudah terbiasa dengan hal-hal ajaib, dan mungkin sulit bagimu untuk mengerti maksudku..."

Caspar menatap Finland lama sekali. Bibirnya mengerucut sedih dan membuat Finland menjadi tidak tega.

"Tapi kau tetap mau menikah denganku, kan?" tanya Caspar kemudian.

Finland mengangguk. "Iya."

"Baiklah. Sambil jalan aku akan meyakinkanmu bahwa hidup sebagai manusia abadi itu menyenangkan. Saat anak-anak kita lahir, kau pasti ingin hidup selamanya agar bisa selalu merawat dan menjaga mereka." Pelan-pelan senyum terukir di wajah Caspar saat ia menundukkan wajah dan mencium Finland.

Ciumannya sangat antusias dan Finland ikut terbawa suasana, balas menciumnya. Pelan-pelan Caspar mengalihkan ciumannya ke bagian-bagian tubuh Finland yang lain dan menyingkirkan pakaian yang menghalangi, dan sebentar saja dengan bibir dan tangannya ia sudah menjelajahi seluruh tubuh Finland seperti tadi malam dan membuat gadis itu menggeliat kegelian sambil menahan desah.

Kini Finland tidak lagi merasa malu. Wajahnya bersemu merah karena ia menginginkan Caspar. Pemuda itu malam ini tampak lebih tampan dari biasanya dan Finland pun tergoda untuk menciumnya, menyentuhnya dan menunjukkan cintanya. Apalagi Caspar tadi sudah melamarnya...

Ia tersenyum memikirkan bahwa berarti pemuda itu memang tulus mencintainya dan ingin hidup bersamanya. Caspar tidak menjadikan Finland sebagai taklukan seperti yang sempat diduganya.

Caspar tidak berniat menaklukkan gadis yang tidak membalas cintanya, ia memang jatuh cinta sepenuhnya kepada Finland... Ia bahkan rela menunggu lagi, hingga Finland yakin mau hidup abadi bersamanya...

"Aku... ingin punya anak banyak darimu...." bisik Caspar dengan suara parau, "Aku akan meyakinkanmu untuk hidup selama-lamanya denganku dan menyaksikan anak-anak kita tumbuh. Tidak ada sakit penyakit dan kelemahan. Kita akan menjadi keluarga paling bahagia di dunia. Aku berjanji akan membahagiakanmu, karena kau satu-satunya perempuan yang kucintai di dunia ini..."

Air mata menetes di pipi Finland saat mendengar pernyataan cinta yang kesekian kalinya. Ia tak pernah bosan mendengar Caspar mengungkapkan cinta.

Ia pun sangat mencintai pemuda ini....

Caspar tidak hanya mengucapkan cinta, ia juga menunjukkan cintanya dengan perbuatan. Dengan keahlian dan pengetahuan Caspar tentang tubuh wanita selama ratusan tahun, malam itu Finland kembali hanyut dalam puncak kenikmatan berkali-kali yang bahkan jauh lebih indah dari malam sebelumnya. Ia tak pernah menyangka hal seperti ini ada di dunia...

Mereka baru tidur saat jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Untunglah besok hari Sabtu dan Finland tidak perlu berangkat ke kantor.

"Aku mencintaimu..." bisik Caspar sebelum memejamkan mata untuk tidur.

"Aku juga mencintaimu..." balas Finland sambil membelai pipi Caspar yang berbaring menghadap ke arahnya.

Mereka saling berpelukan lalu tidur dengan tersenyum.

***


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.