The Alchemists: Cinta Abadi

Pesawat Pribadi



Pesawat Pribadi

0

"Kantor kita akan kedatangan beberapa tamu dari Amerika yang akan menjual jet pribadi kepada pelanggan dari Asia. Selama ini mereka diwakili oleh perusahaan lain, tetapi mereka tidak puas dengan kinerjanya, karena itu mereka mau pindah menggunakan layanan perusahaan kita."

Tony Wu pagi itu membuka rapat departemen Marketing dan segera disambut sorakan para staf yang bersemangat. Ini merupakan industri yang baru mereka tangani dan nilainya pasti akan fantastis mengingat harga produk yang luar biasa mahal. Tony meredakan kegaduhan itu dengan mengangkat tangannya lalu melanjutkan bicara.

"Aku akan memilih dua orang staf yang akan mendampingiku untuk menerima klien ini makan malam nanti malam di De Lune Restaurant. Finland, dan Lily. Ini kesempatan kalian untuk belajar menjamu klien."

Kedua gadis itu berdiri dan mengangguk. Finland senang bisa makan gratis, karena dia tahu makanan di De Lune enak sekali. Ia masih ingat bahwa minggu lalu ia makan di sana bersama Jean dan Katia.

"Oh ya.. Finland... kalau bisa, tolong kau beli baju baru," kata Tony kemudian saat ia hendak meninggalkan ruang rapat. Ia menyerahkan kartu kreditnya kepada gadis itu, "Ini klien penting, penampilan juga penting."

Teman-teman satu departemennya tampak saling pandang dan Finland tiba-tiba merasakan aura permusuhan kembali. Ia cepat-cepat mengejar Tony dan mengembalikan kartunya.

"Tidak usah... aku punya baju baru. Nanti malam akan kupakai."

"Tidak apa-apa, ini masuk dalam budget marketing," kata Tony. "Aku tahu kau tidak punya banyak pakaian mahal. Tetapi mulai sekarang, kalau bisa kau harus punya beberapa baju yang keren dan merepresentasikan LTX sebagai brand marketing yang bonafide."

"Kalau begitu, gajiku saja yang dinaikkan. Kalau aku diberikan kartu kredit perusahaan untuk belanja, tetapi teman-teman tidak, aku akan dicemooh rekan sekerjaku."

Tony mengerti, akhirnya ia mengambil kembali kartunya dan mengangguk.

"Baik, kalau begitu aku akan bicarakan dengan HRD. Sekarang kau sudah menjadi karyawan tetap. Kita bisa menambahkan bonus di atas gaji untuk budget pakaian dan penampilan."

"Terima kasih, Bos." Finland membungkuk hormat. Ia kembali kepada teman-teman satu departemennya yang kini tidak lagi tampak mencibir. Mereka semua mengerti bahwa Finland yang miskin memang tidak punya banyak baju bagus. Mungkin pria yang dikabarkan dekat dengannya, Heinrich Schneider itu, sebenarnya bukan kekasihnya, sebab jika demikian, mengapa sampai sekarang Finland masih menggunakan pakaian yang sederhana? Pasti mereka tidak ada hubungan apa-apa, dan waktu itu Finland kebetulan bisa meminta agar Hotel Continental memberikan ballroom untuk acara mereka, karena suatu hal yang mereka tidak ketahui sebabnya,

[Aku mesti belanja baju lagi. Direktur marketing kami bilang aku kurang mewakili brand kami karena pakaianku terlalu sederhana. Jadi hari ini aku mesti pulang lebih cepat untuk belanja baju. Nanti malam ada acara jamuan dengan klien dan aku harus tampil mahal. Ughhhhh....]

Finland mengirim pesan Whatsapp ke Jean dan Caspar sebelum makan siang.

Jean membalas pesannya 5 menit kemudian.

[Kau perempuan aneh. Semua perempuan lain yang kukenal dengan senang hati akan belanja pakaian kalau disuruh oleh bosnya.]

[Kau baru tahu aku perempuan aneh?] balas Finland.

Caspar membalas pesannya 10 menit kemudian.

[Tidak usah belanja. Seharusnya Lauren mengirim pakaian ke rumah siang ini. Coba cek di rumah.]

[Lho, kau bukannya sedang terbang? Kok bisa balas Whatsapp?] tanya Finland keheranan.

[WiFi di pesawat.] jawab Caspar. Ia menambahkan pesan berikutnya [Jangan lupa foto dengan baju baru dan kirim nanti ya.]

Finland ingat kemarin di butik Lauren bilang bahwa ia harus memilih satu pakaian dan sisanya akan dikirim ke rumah. Apakah itu yang dimaksud Caspar barusan?

Ahhh... ia tidak sabar untuk segera pulang dan melihat baju apa saja yang dikirim Lauren untuknya.

[Terima kasihh!!]

Suasana hati Finland membaik. Ia sudah menyelesaikan desain pameran untuk Katia dan mengirim hasilnya lewat email. Katia sangat menyukainya dan akan membahas detailnya pada hari Sabtu ini ketika mereka berjalan-jalan di Universal Studios.

Beberapa presentasi program untuk klien LTX juga sudah diselesaikannya. Ia kini membaca company profile perusahaan Atlas yang akan mereka temui nanti malam. Atlas adalah perusahaan aviasi yang masih cukup baru, tetapi mereka berkembang dengan sangat cepat karena berbagai inovasi canggih yang mereka miliki. Saat ini dua lini yang akan mereka pasarkan ke konsumen super kaya di Asia adalah pesawat pribadi biasa dengan kapasitas 12 orang dan helikopter tunggal yang menurut mereka akan segera menggantikan fungsi mobil bagi para kalangan super kaya.

Finland sangat tertarik melihat produk-produk mereka.

[Boleh minta foto dari pesawat pribadimu?] tanyanya kemudian kepada Caspar.

[Maaf, aku tidak suka difoto.] balas Caspar.

[Aku minta foto dari pesawatmu... aku ingin tahu kapasitasnya berapa kursi. Aku tidak meminta fotomu.] kata Finland sambil mengerucutkan bibirnya. Kenapa Caspar ini geer sekali, pikirnya. Ia hanya ingin membandingkan pesawat pribadi yang dipakai pemuda itu dan produk dari calon klien LTX.

[Jadi kau lebih suka pesawatku daripada aku? Begitu? Kau hanya mau foto pesawat dan tidak mau fotoku?] datang balasan dari Caspar.

Ugh....

Finland memijit keningnya dan memutar matanya. Ia tidak melanjutkan pesannya dan menyimpan ponsel.

Beberapa menit kemudian ia mendengar bunyi pesan masuk. Ketika ia membuka ponselnya Finland melihat Caspar mengirimnya 5 buah foto. Empat foto suasana dari dalam kabin pesawat pribadinya dan satu foto Caspar sedang duduk di kursi mewah di pinggir jendela sambil memegang laptop.

Finland tak dapat menahan tawanya, ia terpingkal-pingkal membayangkan wajah Ben ketika tiba-tiba Caspar memintanya untuk mengambilkan foto dirinya di pesawat. Finland tahu Caspar sangat tidak suka difoto, tetapi karena Finland tegas hanya meminta foto pesawat dan bukan foto dirinya, harga diri pemuda itu terusik, dan secara sukarela ia mengirimkan foto dirinya bersama foto kabin pesawat yang diminta Finland.

"Kenapa kau tertawa? Apa yang lucu?" tanya Tran yang duduk di sebelah Finland.

"Tidak apa-apa.... hahahah... tidak.. tidak ada yang lucu..." Finland sampai menghapus airmatanya karena ia tertawa terpingkal-pingkal. Caspar ini ternyata menggemaskan juga. Kasihan Ben, pasti ia kebingungan menghadapi tingkah tuannya yang seperti anak kecil begini.

Setelah tawanya reda, Finland mengirim balasan pesan Caspar dengan emoticon hati. [:red_heart::red_heart:Terima kasih!]

[Pesawatku bagus?]

[Iya, bagus sekali. Aku hanya sedang membandingkan dengan produk dari klien baru kami. Nanti malam kami akan bertemu orang dari Atlas, mereka memproduksi pesawat pribadi.]

[Oh. Atlas punya produk bagus. Mungkin aku akan beli beberapa dari mereka. Helikopter tunggal mereka belum mendapat izin kendaraan, tapi aku tertarik untuk menaruh beberapa di rumah untuk hiburan.]

[Really??]

Dalam hati Finland mengomel karena Caspar bicara tentang membeli pesawat seperti membeli baju. Ia tak tahu kapan ia bisa membiasakan diri dengan gaya bicara seperti itu.

[Kau bisa menyetir mobil?]

[Belum.]

[Nanti sekalian minta Jadeith mengajarimu menyetir. Menyetir itu life skills, sama seperti berenang, memasak, dan naik sepeda, kau pasti akan membutuhkannya.]

[Baiklah.]

[Jangan lupa foto begitu sampai di rumah dan mencoba pakaian baru.]

[Iya.]

[Aku kerja dulu. Talk later.]

Finland menyimpan ponselnya dan kembali membaca company profile Atlas. Ia membandingkan gambar-gambar di pesawat Caspar dan produk pesawat pribadi baru dari Atlas. Milik Caspar jauh lebih besar, kemungkinan ini untuk kapasitas 20 orang. Ia memandang foto-foto yang dikirim Caspar dan entah kenapa ia tak bisa melepaskan pandangannya dari foto kelima. Caspar terlihat tampan sekali duduk di kursi mewahnya sambil bekerja di laptop dengan bahu sedikit bersandar ke jendela pesawat. Di sekitarnya ada beberapa staf yang juga tampak sedang sibuk.

Mereka baru berpisah beberapa jam tetapi Finland sudah merasa rindu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.