The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan Caspar



Keputusan Caspar

0

Finland ingin bertanya, apakah Katia adalah mantan tunangan Caspar, tetapi ia merasa bukan pada tempatnya untuk mencampuri urusan pribadi orang lain. Namun ia ingin tahu... apa yang menyebabkan kegagalan hubungan mereka. Kalau Katia bilang Caspar tidak membalas cintanya, tentu itu bukan alasan yang tepat mengingat mereka bertunangan selama puluhan tahun.

"Kalau dia tidak mencintaimu, kenapa kau meninggalkan keluargamu demi dia?" tanya Finland pelan. "Bukankah sudah jelas kalau itu sama saja dengan menyakiti diri sendiri?"

"Uhmm... situasinya waktu itu cukup pelik dan kami harus memutuskan cepat-cepat," jawab Katia. "Aku kan tidak muda terus, jadi aku harus mengambil keputusan untuk ikut dia atau tidak."

Katia menyesap tehnya pelan-pelan dan memejamkan mata. Ia teringat peristiwa puluhan tahun lalu seperti baru kemarin. Saat Caspar memberitahunya bahwa ia adalah seorang Alchemist yang bisa hidup abadi. Semula ia mengira Caspar bercanda. Tetapi kemudian semua bukti yang diberikan membuat Katia percaya bahwa pemuda itu memang mengatakan yang sebenarnya.

"Ke... kenapa kau memberitahuku semua ini?" tanya Katia saat itu, dan ia masih ingat jawaban Caspar, kata demi kata:

"Karena... kurasa... aku mencintaimu." Caspar menatap sepasang mata Katia lekat-lekat. "Setelah orangtuaku meninggal, kaulah orang yang paling dekat denganku. Aku tidak tahu apakah aku ingin bersamamu selamanya, tetapi kalau aku tidak cepat-cepat mengambil keputusan, beberapa tahun lagi kau akan menua dan meninggal.. dan aku tidak bisa mengambil risiko itu. Aku ingin memberimu obat rahasia keluargaku, supaya kau bisa tetap muda seperti ini, selama yang kau inginkan. Kau tidak akan menua, sama seperti kami. Dan sambil jalan, kita bisa menilai perasaan cinta kita terhadap satu sama lain..."

Peristiwa itu terjadi 50 tahun lalu, ketika Katia memilih Caspar dan meninggalkan keluarganya. Katia menjadi muda selamanya agar bisa bersama pemuda itu, tetapi akhirnya dengan pahit Katia menyadari bahwa hingga setengah abad berlalu, Caspar masih tetap belum yakin apakah ia memang ingin bersama Katia selamanya dan menikah dengannya, dan hal itu sangat melukai hati Katia, hingga akhirnya ia tak ingin menunggu lagi dan memutuskan pergi.

Katia membuka matanya yang sedih dan menemukan Finland yang menatapnya penuh pertanyaan. Ia lalu tersenyum tipis, "Jangan membuat kesalahan seperti aku. Sekarang aku tidak punya siapa-siapa. Jangan pernah menyerahkan hati dan hidupmu kepada seorang laki-laki sepenuhnya. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan."

Finland mengangguk.

Ia pulang ke rumahnya dengan sejuta pikiran. Ia kasihan kepada Katia. Saat masuk ke paviliunnya ia seketika ingat perkataan Ms. Law bahwa dulu paviliun ini adalah tempat Katia melukis. Dulu Katia tinggal di rumah ini bersama Caspar... Kalau Caspar tidak menggantung hubungan mereka selama puluhan tahun, mungkin Katia sudah menjadi istrinya sekarang.

Finland tiba-tiba merasa bersalah karena tinggal di tempat seindah itu di atas penderitaan perempuan lain. Ia tidak melihat Maybach hitam yang diparkir di halaman karena pikirannya yang kalut dan langsung menuju paviliunnya.

"Finland..."

Finland mengangkat wajahnya ke arah suara panggilan dan terkejut melihat Caspar di teras paviliunnya. Wajahnya tampak tenang dan emosinya tertata.

"Mau apa kau di sini?"

"Ini rumahku..." jawab Caspar tenang.

"Oh... kau mau kembali tinggal di sini?"

"Benar."

"Kalau begitu aku harus pindah..."

"Kenapa kau harus pindah?"

"Karena..." Finland tak dapat menemukan jawabannya. "Aku pikir kau mau aku keluar dari sini..."

Caspar menggeleng. Ia mendekati Finland dan tanpa diduga-duga ia memeluk gadis itu erat sekali, tapi seketika ia sadar dan melonggarkan pelukannya agar Finland tidak sesak nafas.

"Aku tidak mau kau keluar dari sini. Aku mau pindah ke sini supaya aku bisa melihatmu setiap hari. Supaya kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama-sama. Supaya kau bisa melihat bahwa kau tidak perlu takut kepadaku... Aku tidak terburu-buru. Aku mau menunggu sampai kau percaya dan siap menerimaku."

"Aku bertemu Katia," kata Finland pelan. "Aku takut kau juga nanti akan berubah pikiran dan meninggalkanku seperti yang kau lakukan kepadanya."

"Aku tidak meninggalkan Katia, Finland. Dia yang memilih pergi. Aku berusaha melakukan yang terbaik dan bertanggung jawab atas kehidupannya, karena aku yang membawanya masuk ke dalam kaumku. Tetapi hatiku tidak bisa berbohong dan aku tidak bisa memaksa diriku untuk mencintainya... Aku yang salah karena waktu itu terburu-buru, aku takut ia akan menua dan mati dan aku kehilangan kesempatan untuk bersama wanita yang kucintai... Tetapi kemudian aku sadar, yang kurasakan itu bukan cinta."

Caspar menatap mata Finland yang mulai basah oleh airmata, "Perasaanku kepadamu, tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Aku mencintaimu, dan aku sangat yakin ingin menghabiskan sepanjang hidupku bersamamu, tapi pada saat yang sama, aku tidak mau terburu-buru dan membuatmu menyesal. Aku mau menunggu. Biarpun kau bertambah tua, aku tidak perduli... aku akan tetap menunggumu, sampai kau bisa menerimaku."

Finland tertunduk, berusaha menyembunyikan tetesan airmatanya yang mulai mengalir deras.

"Caspar... I am a broken person, deep inside. Aku tidak pernah merasakan dicintai. Pelukan, kata-kata ramah dan menghibur, dorongan semangat, pujian, penerimaan, dan dukungan... semua itu hal asing dalam hidupku. Hanya Jean yang mengerti, dan aku baru merasakan cinta dan dukungan dari dia saja. Kemarin Jean bilang bahwa aku perlu waktu untuk bisa membuka hati... Aku perlu waktu untuk membiasakan diri menerima kebaikan, kata-kata manis, pelukan, dan curahan cinta dari orang lain.. Mungkin sesudah beberapa lama, hatiku yang rusak bisa pelan-pelan dipulihkan." Finland terisak-isak di dada Caspar.

"I know. Jean bilang kepadaku untuk menunggumu dan memberimu waktu untuk sembuh."

Finland mendongak heran mendengar perkataan Caspar, "Kau bertemu Jean?"

Caspar mengangguk. "He knows you more than anyone. Aku sekarang mengerti kenapa sulit sekali bagimu untuk menerima cintaku. Kau tidak biasa diperlakukan baik sama orang, karena itu hatimu selalu defensif dan tidak mau membuka diri untuk menerima cinta. Aku berjanji, Finland, aku akan memperlakukanmu dengan baik, dan menebus semua luka dan kesedihan yang kau alami di masa lalu. Dan aku akan menunggu sampai hatimu sembuh dan siap menerimaku..."

"Are you sure? Aku tidak tahu berapa lama aku akan bisa pulih..." kata Finland lirih, "Kalau kau menunggu bertahun-tahun... umurku akan bertambah dan aku akan segera kelihatan lebih tua darimu."

"Aku tidak keberatan. Walaupun aku harus menunggu sampai kau nenek-nenek, aku bersedia. Aku tidak mau memaksamu mengambil keputusan terburu-buru... Walaupun aku yakin dengan perasaanku dan ingin menikahimu, aku menghormati keputusanmu untuk menentukan waktu yang tepat bagimu untuk dapat menerimaku. Aku hanya minta, beri aku kesempatan untuk selalu di dekatmu, dan memperlakukanmu dengan baik... memberimu dukungan, cinta, kata-kata semangat, pujian, dan semua hal-hal baik yang tidak pernah kau peroleh sebelumnya... supaya hatimu sembuh dan bisa menerima cinta."

Finland memejamkan matanya dan mengangguk. Airmatanya mengalir kembali dan Caspar dengan lembut menyekanya.

"Aku tidak pernah sesabar ini dengan siapa pun," kata Caspar. "Only you are worth the wait."

Ia mencium lembut bibir Finland dan mendekap gadis itu lama sekali.

Finland merasakan kepalanya yang selama beberapa hari ini digayuti awan kelabu seketika terasa ringan. Ia menikmati dekapan pemuda itu. Jean benar waktu mengatakan bahwa hati Finland terlalu keras dan sulit ditembus karena ia tidak pernah mengalami kasih sayang dalam hidupnya. Jiwanya haus cinta dan pelukan yang tidak ia dapatkan dari orangtua maupun teman-teman sebaya. Seumur hidupnya Finland hanya fokus pada bekerja untuk bertahan hidup, dan tidak ada ruang untuk cinta.

Ketika akhirnya Caspar melepaskan pelukannya. Ia menatap Finland dalam-dalam, "Aku akan sering memelukmu, aku akan selalu memegang tanganmu, aku akan melindungimu, aku akan menjagamu, aku akan memujimu, aku akan mendukung apa pun yang kau lakukan, aku akan membuatmu terbiasa dengan cintaku. Dan aku akan menunggu sampai kau siap menerimaku."

Caspar tersenyum tipis lalu masuk ke dalam rumah utama, meninggalkan Finland yang masih tertegun di tempatnya.

Gadis itu memegang dadanya dan merasakan kehangatan tubuh Caspar yang tadi memeluknya masih ada di sana. Dadanya terasa ringan sekali.

Caspar sangat sabar... ia bersedia menunggu sampai kapan pun...


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.