The Alchemists: Cinta Abadi

Ini Bukan Grab Car!



Ini Bukan Grab Car!

0

Finland adalah anak yatim piatu. Ia dibesarkan oleh neneknya di pinggiran Jakarta hingga empat tahun lalu. Ibunya meninggal ketika ia berusia 10 tahun dan ia tidak pernah mengenal ayahnya.

Penampilannya yang cantik dan terlihat berdarah campuran justru membuatnya di-bully habis-habisan di sekolah, selain namanya yang aneh, juga karena Finland berasal dari keluarga tidak mampu. Seolah bertampang indo dan miskin adalah suatu kejahatan, ditambah lagi ia tidak punya orangtua.

Ketika Finland diterima kuliah di NTU (sebuah universitas negeri di Singapura) empat tahun lalu dengan beasiswa, ia pun pindah ke Singapura dan tinggal di asrama. Ia berusaha melupakan kehidupannya di Indonesia dan memulai lembaran baru. Ia hanya pulang beberapa kali untuk menjenguk nenek.

Minggu lalu neneknya meninggal dan Finland pun pulang untuk terakhir kalinya. Kini ia tidak memiliki siapa pun di dunia ini. Sungguh ia mengalami sepanjang minggu yang sangat berat dan Finland pulang malam ini masih dengan hati berduka. Ia membawa seluruh harta miliknya yang tersisa dari tempat tinggal nenek di kedua kopernya sekarang. Ia tidak tahu kapan ia akan kembali ke Indonesia.

Kalau tadi ia tidak terbang dengan membawa bagasi, mungkin ia sekarang sudah di MRT dan tidak perlu terlibat insiden malam ini.

Mengingat nasibnya yang malang, tak terasa air mata mengalir semakin deras dari sepasang mata Finland dan ia pun menangis tersedu-sedu.

Tiba-tiba bahunya disentuh pelan oleh tangan seseorang. Dari balik matanya yang basah, samar-samar ia melihat tangan itu menyodorkan sapu tangan.

"Aku tidak percaya dengan alamat yang kau tulis. Ayo, kau harus ikut aku ke Robertson untuk membuktikan kau memang tinggal di situ. Kalau tidak, aku akan menganggapmu sebagai pembohong."

Oh, pemuda itu lagi!

Finland menolak sapu tangannya, tetapi ketika mendengar bahwa pemuda itu tidak percaya alamat yang diberikannya dan menuntut agar Finland mengikutinya ke Robertson agar memastikan bahwa alamat itu tidak palsu - tiba-tiba terbetik harapan di kepala gadis itu. Ia tidak peduli jika pemuda itu tidak percaya alamatnya, asalkan Finland bisa pulang.

"OK, tapi aku tidak mau membayar taksinya. Bukan salahku kalau kau yang tidak percaya itu memang alamatku."

"OK."

Finland perlahan bangkit dan mengikuti laki-laki itu, mendorong trolinya keluar dari pintu bandara. Lelaki itu berhenti di depan Mercedes Maybach hitam dan menyerahkan kopernya kepada supir yang bergegas keluar dari mobil.

Oh, ternyata dia sudah memesan Grab car.

Finland sering mendengar bahwa penumpang yang beruntung di Singapura memang bisa mendapatkan mobil mewah ketika mereka memesan Grab car atau Gocar, tetapi seumur-umur menggunakan aplikasi ini, ia tidak pernah mendapat mobil mewah seperti itu.

"Dia ikut kita," kata pemuda itu kepada pengemudi sambil menunjuk ke Finland.

Supir itu menatap dengan pandangan heran, tetapi dia menurut dan membantu memasukkan koper-koper Finland ke bagasi.

Setelah mereka duduk dan siap untuk pergi, Finland baru menyadari bahwa mobil ini sebenarnya bukan mobil Grab.

"Tuan, kita mampir ke tempat biasa?" tanya supir sebelum menyalakan mobil.

Astaga!

Mana mungkin ini mobil Grab!

"Tidak sekarang. Kita mampir ke Robertson Road untuk mengantar dia pulang," jawab pemuda itu tanpa menoleh. Dia sibuk membersihkan luka di sikunya.

Oh ... rupanya dia ini adalah pemilik mobil dan itu supir pribadinya!

Kendaraan yang mereka naiki mewah sekali. Sayang Finland tidak mengerti tentang mobil, dia bisa sakit jantung kalau mendengar harganya. Singapura sangat ketat tentang kepemilikan mobil dan biaya untuk punya mobil biasa saja di sini sudah sangat mahal.

Finland tidak dapat membayangkan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk memiliki mobil semewah ini di Singapura. Orang ini pasti berasal dari keluarga yang sangat kaya.

Memikirkan itu tiba-tiba membuat hatinya tertekan. Ternyata ia baru saja menabrak dan melukai seorang pemuda dari keluarga kaya ... Rasanya nasib buruknya dalam hidup tidak pernah berakhir ..

Mereka tidak berbicara di sepanjang jalan. Finland baru mulai memperhatikan laki-laki yang duduk di sebelahnya ini. Karena frustrasinya barusan, tadi dia tidak memperhatikan sama sekali. Yang diingatnya hanyalah sepasang mata biru cemerlang. Dia tidak bisa mengingat apa pun dari wajahnya.

Ya, situasinya sudah demikian buruk, tidak mungkin menjadi lebih parah lagi kan? Akhirnya, Finland melirik ke samping dan sekarang mencoba memperhatikan wajah pemuda itu baik-baik.

Wajahnya terlihat internasional, mungkin dari Eropa, tetapi sulit dipastikan kebangsaannya. Rambutnya hitam legam membingkai wajahnya yang tampan dengan sempurna dan memberi kesan dingin dan misterius. Tingginya mungkin 180 cm dengan tubuh ramping dan berpakaian sangat modis.

Sebenarnya penampilannya mengingatkan Finland kepada Jean, sahabatnya. Jika dia tidak sekaya ini, mungkin Finland akan menebak bahwa dia juga seorang model.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.