Devil's Fruit (21+)

Keceplosan



Keceplosan

0Fruit 1008: Keceplosan     

Ketika Pangeran Zaghar mengungkap akan keputusan dia untuk menjadikan Shona calon istri, secara lugas dan gamblang, Kuro malah dengan lugunya bertanya secara heran kenapa Shona dengan si pangeran, padahal Shona dia ketahui menyukai Jovano.     

Tidak itu saja yang membuat mereka kaget, bahkan statement itu dipertegas oleh ucapan Vargana yagn menyiratkan bahwa apa yang dikatakan oleh Kuro adalah betul, bukan gosip.     

Shona rasanya ingin amblas menghilang ke tanah saja. Dia tidak menyangka dua teman perempuan dia yang cukup dekat malah membuka rahasia dia. Yah, selama ini memang dua perempuan itu sering memergoki Shona menatap Jovano secara diam-diam.     

Dan kecurigaan Kuro serta Vargana makin kuat ketika Shona merona setiap diajak bicara oleh Jovano. Keduanya segera mendesak Shona ketika mereka di alam Schnee, dan Shona pun mengakui karena sudah tidak bisa mengelak lagi. Dia meminta dua perempuan muda itu untuk merahasiakannya.     

Namun, apa daya ... Kuro adalah makhluk yang kadang bisa terlalu polos, terlalu lugu dalam mengucapkan apa yang ada di hatinya tanpa disaring terlebih dahulu.      

Nah, kini, dengan ucapan apa adanya Kuro dan disertai penegasan secara tidak langsung dari Vargana, orang-orang di kebun belakang itu pun memicingkan mata ke Shona, lalu ke Jovano.      

"He-heiii ... aku tak ada sangkut pautnya dengan ini!" Jovano lekas menjelaskan sebelum semua orang salah paham padanya. Bahkan dia melirik ke Pangeran Zaghar, berharap sang pangeran tidak termakan cemburu. "Aku aja baru tau soal itu, woi! Please!"      

"Ternyata Shosho naksir anakku, astaga ... kenapa aku sampai gak tau, yah?" Andrea menepuk pelan dadanya.      

"Kau mana mungkin tau, Cambion tolol!" rutuk Revka. "Kau ini kan spesies bodoh yang tidak punya kepekaan!"      

"Mpok, jangan ampe sepatuku bakal jadi lalapan elu, yee ..." ancam Andrea yang hanya mendapat respon juluran lidah Revka.      

"Sumpah, aku nggak pernah ngerti soal ini, loh!" Jovano masih saja merasa tak enak. Apalagi jika ini sampai mempengaruhi hubungan Shona dengan Pangeran Zaghar. "Lagian, aku punya pacar, sumpah! Aku punya pacar!"     

Kini yang lain beralih menatap kaget ke Jovano. Si putra sulung Andrea pun tersadar bahwa tidak banyak orang di situ yang tau kalau dia sudah berpacaran dengan Nadin.      

"Kau punya pacar, Jo?" Vargana yang pertama bertanya lagi sebagai konfirmasi.      

Jovano terpaksa mengangguk daripada Shona yang susah. "Punya, Va. Sumpah, aku punya! Di Jepang!"     

"Kok kamu gak pernah kasi tau kami?" Kuro berkacak pinggang sembari mendelik tak percaya adik angkatnya bisa merahasiakan sesuatu sepenting ini darinya.      

"Huft, Kak ... kan gak semua harus aku kasi tau ke kalian, ya kan? Lagian, cuma sekedar pacaran, itu kan hal lumrah."     

"Tapi kan ini tetap saja hal mengejutkan, Jo." Kuro tak mau berhenti. "Kau adalah anggota kami yang penting, maka siapa yang dekat denganmu pun kami harus tau untuk melihat apakah orang itu aman atau tidak."     

"Haiihh, Kak Kuro ... dia cuma manusia biasa, kok! Mom dan Daddy tau, kok!" Jovano tak ingin menanggung sendirian.      

Kuro dan yang lain menoleh ke Andrea dan Dante.      

"He he ... he he ... yah, begitulah!" Andrea secara canggung menjawab. "Aman, tenang aja. Pokoknya aman terkendali!"     

"Ohh, makanya Jo sekarang jadi sering berangkat kuliah pagi, yah!" Shelly jadi ingat hal itu. "Kau tak mungkin terus ada kuliah saban pagi, kan Jo? Apalagi sepagi itu!"     

"He he ... maafkan aku, Aunty Shel." Jovano menggaruk pipinya yang tak begitu gatal, tertawa canggung karena ketahuan. "Aku tiap pagi dan siang mengantar jemput dia ke sekolah."     

"Jangan katakan kau setiap hari pulang malam, itu karena berkencan dengan pacarmu, Jo?" Kenzo tak mau kalah mengemukakan apa yang dia curiga dari kemarin-kemarin.      

"He he ..." Jovano terkekeh sembari mengangguk. Lalu dia menatap ke Pangeran Zaghar. "Maka dari itu, Pangeran ehh Kak Za, jangan menyerah dan terus kejar Sho. Aku percaya Sho sekarang udah suka ke Kak Za, kok! Ya kan, Sho?" Ia ganti melirik Shona yang tertunduk malu.      

Ada sedikit rasa pedih ketika mengetahui ternyata Jovano sudah memiliki pacar. Tapi rasanya jika dibandingkan dengan dia kehilangan Pangeran Zaghar, rasanya lebih menyakitkan yang itu, kehilangan Pangeran Zaghar.      

Baiklah, sepertinya Shona memang harus mengubur sangat dalam pada cinta pertamanya yang kandas. Mungkin memang dia tidak berjodoh dengan Jovano. Dia harus lekas move on dan mencari kebahagiaan dia sendiri. Dan yang dia ketahui, ada lelaki yang menawarkan kebahagiaan itu padanya.      

"Aku ... ya, aku menyukai Pangeran Zaghar." Shona pun menyahut sambil mengangkat wajahnya. Pipi merona ketika menatap Pangeran Zaghar. Sedangkan sang pangeran negeri Isvax menatap lembut ke Shona, memeluk gadis itu lagi.      

"Terima kasih untuk pengakuanmu itu, Sho sayank ..." ujar Pangeran Zaghar sambil mengecup kening Shona.     

"Nah, lihat, mereka sangat serasi." Jovano menyeru riang. Yang lainnya juga ikut mengiyakan dalam hati dan tersenyum melihat sepasang muda-mudi saling mengucapkan kata cinta mereka.      

"Selamat, Kak!" Pangeran Abvru tampil ke depan untuk menepuk lengan kakaknya. Si kakak mengangguk sembari tersenyum lebar.     

Bagi Pangeran Zaghar, mungkin Shona pernah menyukai pria lain, siapapun itu, tidak masalah, asalkan sekarang pria itu sudah tidak ada lagi di hati Shona dan tergantikan oleh sosok dia saja. Tak mengapa. Pangeran Zaghar tidak mungkin marah hanya karena Shona pernah menyukai pria lain, meskipun itu adalah Jovano, orang yang dijadikan adik angkat olehnya beberapa waktu lalu.     

Yah, cinta yang indah itu memang membutuhkan dua orang untuk saling menyahut pada resonansi hati mereka berdua.      

"Nah, sekarang kan udah ada dua pasangan baru, nih!" Andrea berkata keras-keras. "Bagaimana kalo kita rayakan ini. Setuju, gak?"     

"Adakan pesta pernikahan dobel!" teriak Kuro penuh semangat.      

"Errr ... jangan dulu, Kuro sayank ... mereka masih pada ABG, masih remaja bau bawang, belom boleh nikah." Andrea menggeleng ke putri hybrid-nya.      

"Yaahh ... memangnya kenapa kalau masih remaja, Ma?" Kuro kecewa. "Yang penting kan mereka sudah saling suka."     

"Tidak, tidak, tidak boleh ada pernikahan dulu kalo belum pada lulus SMA, oke!" Revka berkomentar sembari goyang-goyangkan jari telunjuknya tanda penolakan.      

"Setuju!" Myren juga bersuara. "Tidak boleh menikah, dan kalau bisa sih tidak boleh ada intim-intim dulu, yah! Aku tak mau mereka hamil dan punya anak di usia sangat muda. Nanti saja punya anaknya umur seratus!"     

"Ya ampun, umur seratus tahun!" Andrea berteriak kaget. "Keburu berlumut, Kak!"     

"Kau kira dirimu, heh?!" Revka menyahut. "Yang udah melendung aja waktu masih remaja bau bawang!"      

"E-eehh! Itu gegara ulah sepupu elo, yah Mpok meong! Dia yang maksa, kok! Bukan aku yang mau!" Andrea tak mau kalah.      

"Bisakah kalian saling cakar dan jambak di atas ranjang? Aku akan dengan senang hati menontonnya." Pangeran Djanh terkekeh nakal.      

DHUAKK!     

Revka sudah menghadiahi sekepal tinju super keras ke suaminya yang langsung terbang hingga tak terlihat lagi. Pangeran Zaghar kaget melihat ulah calon mertuanya. Revka yang mengetahui keterkejutan si pengeran, segera bicara, "Tenang saja, Pangeran, dia biasa aku begitukan kalau ngaco. Makanya, kau juga harus siap-siap dapat seperti itu kalau ngaco pada anakku. Mengerti, Pangeran?"     

"Me-mengerti, Nyonya!" Pangeran Zaghar menjawab sebelum dia menelan ludahnya secara canggung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.