Devil's Fruit (21+)

Merasa Bersalah



Merasa Bersalah

2Fruit 994: Merasa Bersalah     

JLEBB!     

Pandangan Vargana langsung saja tertuju ke bawah, dimana perutnya baru saja ditembus oleh kekuatan lain dari belakang. Perut itu kini berlubang.      

Wajah Vargana pias seketika dan ia pun merosot turun dari udara, menghujam bagai apel dijatuhkan dari langit.      

Tepp!      

"Hei! Hei, Vargana!" seru Pangeran Abvru usai dia berhasil menangkap tubuh jatuh Vargana sebelum badan si gadis hancur terbanting di tanah.      

Jovano yang baru saja melihat kejadian itu, dia langsung saja menghubungi Shona melalui anting komunikasi dan melesat ke Vargana. "Ada apa? Kenapa-ohh, SHIT! Perutnya!" Jovano kembali menekan antingnya dan berseru. "Sho, cepat! Vava gawat!"     

Bersama Pangeran Abvru, Jovano menepi lebih dulu ke tempat yang aman. Sementara itu, darah hitam sudah bermunculan dari mulut Vargana. "Jo! Jo!" Suaranya serak disertai engah napas pendek-pendek sembari menatap nanar dengan wajah pucat pasi ke Jovano.     

"Va, terus sadar, yah! Jangan tidur! Jangan merem!" seru Jovano secara panik. Lalu dia berpikir hendak memberikan buah energi roh atau inti kristal pada Vargana, namun sepertinya mustahil bagi gadis itu untuk menelan.      

Shona pun datang, kali ini dibarengi dengan Andrea juga. Detik berikutnya, Myren.      

"Varga! Varga!" Myren mengambil putrinya dari pelukan Pangeran Abvru.      

"Ma-Mama ..." Vargana menjawab lemah.      

"Masuk aja ke alam pribadiku, yah!" Jovano berkata lalu memasukkan Shona, Vargana, Myren dan Andrea ke dalam alam pribadi dia.      

Setelah menghisap masuk para wanita tadi, Jovano menatap ke Pangeran Abvru yang memandang linglung ke arahnya. "Pangeran, sebenarnya apa yang terjadi sampai Vava bisa seperti itu?"      

Bagaimana cara Pangeran Abvru menjawab itu. Dia malah bingung mencari kata-kata yang tepat untuk diberikan ke Jovano. "Aku ..." Dia belum juga menemukan kalimat yang pas. "Um, bisakah aku ikut masuk ke sana, ke alammu tadi? Kumohon."     

Jovano yang sedari tadi merasa ada yang tidak beres dengan Vargana dan Pangeran Abvru, mulai kerutkan kening.      

"Kumohon, Pangeran Muda ..." pinta Pangeran Abvru, lengkap dengan mimik wajah memelas yang jarang dia perlihatkan pada siapapun.      

"Hghh ..." Mendesah pelan, Jovano pun mengangguk. "baiklah, Pangeran, semoga Vava tidak kenapa-kenapa di dalam sana." Lalu, Jovano pun mengirim masuk Pangeran Abvru ke alam pribadi dia.      

Setelah masuk ke alam pribadi Jovano, Pangeran Abvru langsung melihat Vargana sedang disandarkan pada dada ibunya, sembari Shona mengerahkan cahaya berwarna hijau kebiruan di perut berlubang Vargana, sedangkan Andrea memegangi pergelangan tangan keponakannya. Sedangkan Vargana bernapas kepayahan dan tak bertenaga seraya bermata sayu.      

Saat Pangeran Abvru mendekat, mata sayu Vargana meliriknya, tapi tidak mengatakan apapun, menyebabkan sang pangeran incubus semakin merasa bersalah.      

Ini memang kesalahan dia, Pangeran Abvru mengakuinya dalam hati. Jika dia tidak tersulut emosi dan menganggap Vargana hanyalah bocah perempuan cilik yang hanya senang bermain-main menggodanya, kejadian ini tidak akan ada.      

Kini, apa yang bisa diperbuat Pangeran Abvru dalam keadaan kritis si gadis itu? Menyesal juga sudah percuma. Harusnya dia bisa lebih menahan amarah seperti yang kerap dinasehatkan oleh sang kakak, menyuruh dia untuk belajar sabar dan menahan emosi.      

Dan sekarang, dia sudah memetik buah dari sikap kerasnya. Vargana menjadi korbannya. Lihatlah gadis itu sekarang, tergolek lemah, darah hitam berceceran di mulut dan sekitar perut bawah hingga pahanya. Sungguh bertolak belakang dari sikap Vargana sebelumnya yang ceria penuh tawa.      

Pangeran Abvru tak suka Vargana yang seperti ini. Bahkan, dia berharap menemui lagi Vargana yang seperti tadinya, yang penuh tawa mengejek dia, lalu mengganggu dia. Sungguh, dia tidak keberatan jika gadis itu melakukan hal demikian mulai sekarang.      

Menatap Vargana yang sekarat begitu sangatlah bukan hal yang yang membuat nyaman, namun dia memaksakan diri ingin tetap di dekat gadis itu.      

"Pangeran," sapa Andrea ketika sadar bahwa ada Pangeran Abvru ada di alam itu. Secara telepati, dia bertanya ke putranya kenapa memasukkan Pangeran Abvru ke alam tersebut. Jovano menjawab bahwa si pangeran kembar itu sendiri yang berkeinginan kuat ikut masuk ke sana.      

"Tuan Putri ..." Pangeran Abvru menunduk sekali tanda hormat pada Andrea, lalu mengangguk hormat juga pada Myren yang menatapnya, kemudian pada Shona.      

"Ada apa Pangeran ikut ke sini?" tanya Myren sambil menatap tajam pada Pangeran Abvru.      

Pangeran Abvru merasa sedang dikuliti oleh Myren. Padahal sang jenderal menatap seperti biasa saja, hanya karena ada tumpukan rasa bersalah di benak sang pangeran, makanya tatapan Myren dan Andrea rasanya tajam sedang menghakimi dia.      

"Aku ... aku minta maaf ..." Pangeran Abvru melontarkan itu sambil terus mendekat dan berlutut di depan Vargana, sedangkan Shona dan Andrea ada di sisi kanan dan kiri sang gadis yang sedang duduk lemas ditopang ibunya.     

"Minta maaf kenapa, Pangeran?" Myren dan Andrea nyaris berucap bersamaan.      

"Amm ... itu ..." Pangeran Abvru melirik Vargana yang sepertinya ingin menggeleng agar dia tidak menyebutkan kejadian tadi. "Aku ... aku kurang menjaga Vargana. Padahal dia ada di dekatku." Memang faktanya demikian, bukan? Maka ini baginya tidak bisa dikategorikan sebuah kebohongan.     

"Ohh, yah, ini namanya saja kecelakaan. Mungkin anakku kurang waspada dan lengah, makanya dia bisa terluka begini." Myren memaksakan diri untuk tersenyum.     

"Iya, Pangeran, jangan merasa bersalah gitu. Namanya juga di medan perang, pasti kan kacau di sana sini. Chill out, Pangeran." Andrea menyambung.     

Myren kemudian beralih ke adiknya untuk bertanya, "Apakah pil yang kau berikan tadi ke Varga berkhasiat bagus?"     

"Iya, Kak," jawab Andrea. "itu tadi pil dewa, Kak. Biasanya sih jaminan mutu." Dia bukannya sedang berkelakar menirukan jargon sebuah iklan di Indonesia, tapi memang begitulah adanya mengenai pil dewa yang Andrea sebutkan.      

"Kenapa belum menutup lukanya?" Myren melirik ke perut Vargana.      

"Sabar, Kak ... pilnya lagi berproses pastinya, apalagi Shosho juga udah kerahin healing dia besar-besaran tuh." Andrea menepuk bahu sang kakak untuk menenangkan. Wajar jika seorang ibu merasa cemas berlebihan jika berkaitan dengan buah hatinya. Dia juga pasti akan seperti itu jika salah satu anaknya terluka.     

"Maafkan aku yang kurang kuat ini, Jenderal." Shona sedikit tertunduk sembari terus menyemburkan tenaga healer dia ke perut Vargana yang belum juga menutup, padahal dia sudah sekuat-kuatnya berikan healing dia.     

Myren jadi tak enak sendiri sudah bersikap mendesak begini. "Maaf, Sho, aku malah jadi tak sabaran gini. Maaf, yah ... iya, ini mungkin butuh proses." Ia berusaha terus optimis bahwa putri sulungnya akan baik-baik saja.      

"Kak, coba nanti kasi lagi pil dewa ini kalo udah setengah jam, yah! Aku mau balik dulu ke medan perang. Nanti aku ke sini lagi, deh!" Andrea mulai berdiri.     

"Oke, Ndre. Kamu juga harus ati-ati, yah!" Myren tak lupa menasehati adiknya yang biasanya ceroboh, berharap tidak ada lagi yang terluka dari pihak mereka.      

Andrea mengangguk dan menoleh ke Pangeran Abvru untuk berkata, "Pangeran, gih duduk sini aja. Jangan khawatir, Vava pasti bakalan baik-baik aja, kok!" Ia munculkan senyum singkat ke Pangeran Abvru.     

Si pangeran incubus itu pun mengangguk dan mulai duduk menggantikan Andrea di sisi Vargana. Lalu, Andrea pun meminta Jovano untuk mengeluarkannya. Detik berikutnya, ia sudah lenyap dari tempatnya berdiri.      

Vargana menyapukan mata sayunya sebentar untuk menatap Pangeran Abvru. Sang incubus pun merasa kian bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.