Devil's Fruit (21+)

Revka Melahirkan dengan Proses Unik



Revka Melahirkan dengan Proses Unik

0Fruit 763: Revka Melahirkan dengan Proses Unik     

Meski dirinya kesal karena sang adik memerintah dia tanpa memanggil kakak padanya, Zevo tetap menghubungi ayahnya menggunakan mutiara khusus yang berfungsi seperti telepon biasa.      

Sementara itu, mobil Andrea dan yang lainnya mengikuti mobil Revka.      

Setelah sampai di rumah sakit, masuk di bagian IGD, Revka keluar sambil dipapah Zevo dan Shona, kemudian perawat dan penjaga di sana bergerak cepat memberikan kursi roda untuk membawa Revka ke ruang bersalin.      

Andrea dan rombongannya lekas turun dari mobil mereka dan meninggalkan para bapak yang memarkir mobil dulu. Malam itu jadi terasa heboh karena kedatangan Revka yang mengaduh kesakitan dan rombongan Andrea yang datang.     

Suster terpaksa tidak memperbolehkan adanya anak-anak di bawah 10 tahun ikut masuk.      

Akhirnya … yang di bawah 10 tahun seperti Zivena, Kiran, Xavea, Vicario, dan kedua anak Kyuna, tetap di luar rumah sakit bersama dengan para bapak.      

Sementara itu, para ibu serta bocah lainnya akan masuk mengikuti Revka ke daerah ruang bersalin dan menunggu di depan ruangan.      

Tak lama, muncul sebuah distorsi dimensi ruang di sekitar ruang tunggu. Andrea dan Jovano yang peka, langsung menoleh ke pusat distorsi dan tak lama, muncul portal ruang yang berisi Pangeran Djanh.      

"Dia sudah masuk? Aku merasakan aura dia di sini." Pangeran Djanh pun muncul.     

"Udah, Djanh. Sono buruan." Andrea menyahut.      

Selesai mengatakan itu, perawat keluar dan bertanya, "Ada suami Nyonya Revka?"     

Pangeran Djanh segera saja maju. "Saya."     

"Mari ikut saya, Pak." Perawat pun membimbing Pangeran Djanh masuk dan memakaikan baju steril padanya.      

Dengan santai, Pangeran Djanh menghipnotis perawat itu dan seluruh orang di sana, lalu menyambangi sang istri yang ada di kursi bersalin. "Halo, sayank." Ia mengecup kening Revka.     

"Jangan sayank-sayank dulu, sialan!" sembur Revka galak. "Ini sakit, tau!" raung Revka. "Dasar kamu! Taunya bikin-bikin doang, gak tau rasanya kayak gini!"      

"Iya, iya, sayank … aku tau … maaf, yah … habisnya, kamu nikmat banget, sih! He he …" Pangeran Djanh pun keluar ruangan sebentar untuk memanggil putrinya, Shona, agar masuk ke dalam.     

Shona paham dan ia berdiri di samping ibunya yang kesakitan untuk alirkan tenaga healer pada perut sang ibu.      

Dan karena semua perawat dan dokter di sana sudah dihipnotis oleh Pangeran Djanh, Shona bisa santai mengeluarkan kemampuan healer dia.      

Setelah itu, dokter mulai membimbing Revka untuk mengejan sambil bersiap menerima datangnya bayi. Sedangkan Pangeran Djanh berdiri di dekat kepala istrinya untuk menggenggam tangan Revka.     

Karena tenaga healer Shona itu, Revka jadi lumayan merasa nyaman dan ia bisa lebih fokus untuk mengejan. Dulu ketika kelahiran Xavea juga Shona membantu dengan healer.     

Pangeran Djanh juga menyalurkan tenaga dia melalui genggaman tangan ke Revka sekaligus mendorong sang anak melalui tenaga itu.      

Dalam kurun waktu tidak ada setengah jam, keluarlah bayi tersebut. Laki-laki dan cukup besar.      

Revka terengah-engah ketika menyelesaikan semua prosesnya. Bayi laki-laki tampan itu pun dibersihkan oleh perawat dan Revka juga diurus lagi untuk mengeluarkan ari-arinya.      

Setelah semua selesai dan bayi di susukan ke Revka, Pangeran Djanh membuka portal angkasa dan memasukkan Revka ke sana beserta bayi di gendongan sang istri.      

Portal itu membawa Pangeran Djanh dan Revka dalam keadaan melayang, langsung ke mansion mereka sendiri dan sudah ada ruangan khusus seperti kamar VIP rumah sakit untuk Revka dan sang bayi.      

Sedangkan Shona yang sudah paham pun keluar dari ruang bersalin dan meminta semua orang di sana keluar dari rumah sakit.      

Karena sihir Pangeran Djanh, semua perawat, dokter, penjaga dan petugas rumah sakit yang tadi melihat Revka dan rombongan, dihapus memorinya seolah tidak pernah ada kejadian wanita melahirkan malam itu.      

Meski pun begitu, Pangeran Djanh tetap memberikan uang pada masing-masing rekening semua petugas medis dan penjaga malam itu. Dia bukan orang pelit atau yang kabur begitu saja.     

Uang manusia? Itu hal sangat remeh bagi seorang Pangeran Djanh.     

Karena Pangeran Djanh sedang mengurus Revka, Shona memberitau rombongan Andrea untuk pulang saja.      

"Udah lairannya, yah Shosho?" tanya Andrea.     

"Sudah, aunty. Bayinya laki-laki." Shona menjawab.      

"Oke, ayo kita ke parkiran dulu." Andrea memimpin rombongan ke parkiran dan bertemu para bocah cilik dan para bapak.      

"Kalau begitu, aku dan Zevo pamit dulu, aunty." Shona meminta ijin.      

"Oke, Shosho … salam untuk mamak dan adik barumu. Besok kami akan ke sana nengokin dia." Andrea menepuk lembut pipi Shona.      

Shona mengangguk dan masuk ke mobil bersama Zevo dan Xavea, lalu sopir pun mulai mengucap mantra dan mobil tersebut menghilang dari parkiran setelah yakin di sana tidak ada CCTV dan orang lain selain rombongan Andrea.      

"Jam berapa ini?" tanya Andrea sambil melirik ke jam di pergelangan tangan kirinya. "Hampir jam 10."      

"Pulang?" tanya Dante, masih menggendong si kecil Zivena.      

"Mampir makan dulu, yuk!" ajak Andrea.      

"Kemana, Ma?" Kuro bertanya.      

"Gimana kalo ke kafe Sanrio di Shinjuku?" Mata Andrea mengerling jenaka.     

"Mau!" Ivy tiba-tiba berseru. Ini sangat langka dia bisa merespon seantusias itu.      

Andrea girang bukan main. Baru kali ini dia melihat putri sulungnya mau merespon ucapan dia dengan nada antusias. "Okei! Yok ke sana!"     

"Kami ikut lagi, yah Aunty!" seru Voindra.     

"Woiya, dong! Harus ikut! Ayo!" Andrea dan semuanya mulai masuk ke mobil dan seketika, semua mobil pun menghilang misterius, lalu muncul di sudut gelap tanpa CCTV jalan dan lekas memarkir di depan Kafe Sanrio di Shinjuku yang masih akan buka sampai jam setengah 12 malam jika holiday atau weekend.     

Karena ini masih setengah 10 lebih, maka mereka yakin tidak akan ditolak pihak kafe. Kalaupun ditolak, dukun bertindak. Ehh, maksudnya … Andrea dan yang lain bertindak … dengan tenaga magis mereka, tentunya.     

Di kafe itu, Ivy terlihat lebih ceria dan menikmati suasana kafe yang segala sudut didesain menggunakan tokoh-tokoh di Sanrio, seperti Hello Kitty, My Melody, Gudetama, Kero Kero Keroppi, Aggretsuko, Little Twin Stars, dan banyak lagi.      

"Ehh, ada namaku di sini, Ma!" Kuro menunjuk salah satu gambar di dinding kafe yang bertuliskan Kuro Usa dengan gambar kelinci. karena kata Usa dimaksudkan pada Usagi atau kelinci, maka gambarnya memang kelinci berwarna hitam. "Shiro juga ada!"     

Jari Kuro menunjuk ke gambar di sebelah Kuro Usa, yaitu Shiro Usa.      

"Tentu aja, mereka kan kembar." Voindra banyak paham mengenai beberapa karakter di Sanrio yang sangat banyak.      

"Berarti Mama beri nama ke kami, seperti yang ini, yah!" Kuro menoleh ke Andrea. "Mama memang hebat!" Matanya berbinar penuh memuja pada sang ibu angkat.     

Andrea acungkan jempolnya pada Kuro lalu menoleh bahagia ke Ivy yang tampak menikmati kafe ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.