Devil's Fruit (21+)

Solusi Untuk Ivy



Solusi Untuk Ivy

0Fruit 742: Solusi Untuk Ivy     

King Zardakh memang jarang menidurkan seseorang sebelumnya. Kalaupun dia melakukan itu, dia tidak akan lekas membangunkan dan menidurkan dalam jangka waktu singkat.     

Oleh karena itu, Beliau memang tak tau bahwa ada batas waktu yang tidak bisa dipaksakan dalam pengerjaan itu.     

Anggota Tim Blanche yang mengetahui keganasan Ivy pada Hagemori Karin pun hanya bisa saling pandang begitu mereka mengetahui Ivy tidak bisa ditidurkan saat ini.      

Mereka belum memberitahu Andrea sama sekali mengenai Karin.      

"Trus, gimana dong ini?" Andrea juga galau.      

"Ini akibatnya kalau kau terlalu ngeyel, Andrea!" kesal ayahnya pada sang putri.     

Andrea tidak terima disalahkan. "Apaan, Beh! Gue kan cuma pengen nengok anak! Salah?"     

"Salah kalau akhirnya membuat susah begini!"     

"Enak aja! Gue ini orang tua bertanggung jawab, yah! Kagak kayak elu yang bisa seenaknya buang anak kayak buang ingus! Kagak diurus pula!"     

"Ehh?! Bisa-bisanya kamu kritik Ay—"     

"STOP!" teriak Myren. "Tidak akan selesai persoalan kalo cuma dibacotkan saja!" Ia tatap tajam ayah dan adiknya, bergantian.      

"Taruh Ivy di Schnee!" King Zardakh memutuskan.     

Andrea mendelik. "Schnee?! Mo bikin dia matek, hah?!"      

"Dia itu vampire! Di sana habitat yang tepat untuk dia!" King Zardakh juga melotot tak mau kalah dari anaknya.      

"Gak! Pokoknya awas aja kalo berani taruh Ivy di sono!" Andrea mendebat.     

"Astaga, kalian ini, yah!" Myren harus berteriak lagi. Sementara itu, orang yang menjadi bahan perdebatan malah duduk diam sambil memperhatikan mereka semua.      

"Pokoknya … Ivy kagak boleh ada di Schnee!" Andrea menegaskan itu.      

"Ndre, waktu kita sedikit dan mendesak. Kita gak bisa menunda ini ampe besok hanya untuk menidurkan Ivy. Toh yang sedang kita lakukan ini juga demi Ivy." Myren tatap tajam adiknya, berharap Andrea bisa mau mengerti situasi yang memang krusial ini.     

"Tapi, Kak …" Andrea menatap memelas ke kakaknya, mengiba agar Myren mau mengerti perasaannya. "Oke, kalo gitu, aku tetap di sini, deh! Aku tinggal di sini sehari untuk jagain Ivy, gimana? Kalian puas?"     

"Kau yakin?" Revka menyipitkan mata. Dia sudah dengar dari cerita Shona mengenai keberingasan Ivy pada Hagemori Karin.     

"Yakinlah, Mpok! Nah, kalian bisa mewakili aku menyerbu ke kastil aslinya si Dracula, oke! Ntar kalo dah waktunya Ivy tidur, aku bakalan ikutan kalian tempur." Andrea sunggingkan senyum sembari mengangguk ke mereka, menenangkan semua orang.     

"Di sini juga ada Zizi, Ndre." Myren mengingatkan.      

"Kenapa kalo ada Zizi di sini, Kak? Kan aku bisa sekalian jagain dia." Andrea belum paham.     

"Dengan kamu di sini, Zizi bakalan terus nempel ke kamu dan itu artinya, perhatian kamu ke Ivy bisa teralihkan. Paham, gak?" jelas Myren.      

Andrea terdiam sejenak, memikirkan ucapan sang kakak. Ada benarnya juga. Lalu dia menatap semua orang, dahinya segera berkerut. "Ehh, kenapa aku baru sadar, yah? Mana Mama Karin?"     

Orang-orang menghela napas.      

"Iya, kenapa aku baru sadar, yah, kalo Mama Karin dari kemarin nggak ada?" Andrea tatap mereka satu demi satu. "Mama Karin lagi pergi ke tempat lain, yah?"     

Myren segera memegang antingnya sambil ditekan. Menggunakan telepati, dia berkata ke Andrea, "Inilah yang membuat kita semua harus menidurkan Ivy dan kelabakan jika dia tidak bisa tidur sekarang, Ndre."     

Andrea turut menekan anting merahnya sambil menjawab secara telepati juga pada kakaknya. "Emangnya ada apa dengan Mama Karin, Kak?"     

"Udah dibunuh ama anakmu." Myren menjawab gamblang dalam telepatinya.      

Wajah Andrea mendadak terkesiap lalu menoleh ke Ivy yang bersikap apatis dan hanya sandarkan kepala ke lengan kakaknya. "Kak, apa maksudnya Mama Karin dibunuh Ivy?"     

"Kejadiannya hampir sama dengan yang dialami anaknya Sabrina.��� Myren menjawab.     

Tidak bisa menjawab, Andrea terdiam kaku, linglung. Dengan ini … seluruh keluarga Giorge musnah. Hanya Ivy saja keturunan satu-satunya dari garis darah mereka. Apakah ada yang lain? Andrea tak tau karena dia selama ini tidak pernah diberitahu Giorge apakah dia memiliki saudara lainnya.     

"Ivy …" desah Andrea sambil tatap bingung putrinya sekali lagi.     

Sesudah itu, diputuskan bahwa Andrea akan bersama Ivy di alam Schnee. Itu adalah permintaan Andrea sendiri. Ivy benar-benar berbahaya jika dibiarkan berkumpul dengan Shelly dan bocah lainnya yang tidak bisa bertempur.     

King Zardakh diminta untuk menyetel waktu di Alam Schnee sama dengan waktu di bumi manusia.      

"Sayank, kamu yakin?" Dante jadi khawatir. Karena sosok seperti Karin saja bisa dibunuh Ivy, maka kemungkinan Ivy bisa menaklukkan orang dewasa lainnya.      

Dengan tersenyum, Andrea menjawab, "Tenang aja. Aku ama Ivy pasti baik-baik aja di sana. Kan aku punya banyak baju hangat ama pil macem-macem."      

"Aku temani, yah Mom!" Jovano menawarkan diri.     

Putri Cambion menggeleng. "Gak usah."     

Tapi, tidak disangka, Ivy malah berteriak. "Kak Jo!"     

"Ada apa, Ivy?" tanya Andrea.     

"Aku mau Kak Jo!" seru Ivy tanpa ragu-ragu.      

"Ivy … ama Mama aja, ya," bujuk Andrea.     

"Nggak mau! Kak Jo! Pokoknya Kak Jo!" Ivy berteriak-teriak sambil taring kecilnya mulai muncul.     

Tiga werewolf langsung bersiaga di tempat mereka berdiri, siap menyerang Ivy jika memang harus.     

Ronh menepuk bahu Zahar, menggeleng ke Apha tersebut, mengisyaratkan agar Zahar dan anak buahnya tidak perlu melakukan apa-apa.     

Maka, keputusan berubah lagi karena ternyata Ivy lebih memilih untuk ditemani oleh sang kakak di Alam Schnee.      

King Zardakh sudah mengeluarkan mutiara berwarna putih yang memiliki kabut putih dingin. "Sudah aku setel waktunya sama dengan di Bumi."     

Mendesah karena gagal, Andrea pun menepuk bahu Jovano. "Awasi dan jaga baik-baik adikmu, yah Jo. Kamu juga hati-hati, oke?"      

"Jangan khawatir, Mom. Kami pasti baik-baik aja. Nanti aku ma Ivy bakalan nginap di Kastil Blanche." Jovano mengangguk mantap.     

Andrea pun ganti menoleh ke Ivy dan membelai rambut hitam bagai boneka sang putri. "Mama akan jemput Ivy sayank kalo dah kelarin urusan ama orang-orang yang mo jahatin Ivy-ku." Setelah itu, Andrea melambaikan tangannya dan gadis 9 tahun itu kini sudah memakai baju hangat dari bulu beast koleksi Andrea. "Bawa ini juga, yah!" Ia menyerahkan beberapa botol giok berisi pil penahan rasa dingin. "Dan ini." Ia juga menyerahkan beberapa kantong darah yang dimasukkan ke dalam tas cangklong yang dia pakaikan ke Ivy pula.     

Andrea juga memakaikan pakaian hangat ke Jovano sekaligus memberi botol giok berisi pil-pil penghangat tubuh.     

"Beh, beneran udah Babeh basmi semua penjahat yang waktu itu di Schnee?" tanya Andrea ingin memastikan. Dia memang sudah diberitau ayahnya bahwa Alam Schnee benar-benar tempat tanpa kehidupan karena sudah "dibersihkan" oleh sang raja.     

King Zardakh mengangguk. "Jangan khawatir mengenai itu." Lalu Beliau berkata lagi. "Sudah semua kah?" tanya King Zardakh.     

"Oke, Beh. Bisa diproses." Andrea mundur dan membiarkan hanya Jovano dan Ivy yang berdiri bersisian, siap dikirim ke Schnee.     

King Zardakh mulai munculkan tenaga magisnya, mengumpulkan di dua jarinya yang dia arahkan ke bocah yang akan dikirim ke Schnee.      

Zuuppp!     

Semua orang terkejut bukan kepalang.     

"Kenapa cuma Ivy yang dikirim ke Schnee?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.