Devil's Fruit (21+)

Ivy Dibangunkan



Ivy Dibangunkan

0Fruit 739: Ivy Dibangunkan     

"Zizi!!!" seru Andrea langsung terbang ke anaknya yang sedang ada di gendongan Shelly. Ibu yang sangat merindukan anak-anaknya.      

Sudah bisa dibayangkan bagaimana Andrea menuntaskan kangennya ke si kecil yang bawel menggemaskan. Diusap, diciumi, dipeluk-peluk erat.      

Zivena juga senang sekali sampai banyak bahasa antah berantah terburaikan lepas tanpa saringan dari mulutnya sambil dia tergelak dengan tawa imutnya.      

"Dih, Mommy gitu amat kalo kangen ma anak …" sindir Jovano ke ibunya.      

"Woiya, dong! Namanya mamak ke anak itu gini kalo lama gak ketemu!" Andrea membela diri.     

"Mom! Kamu kenapa gak lakukan itu waktu ketemu aku di halaman kastil?" Jovano cemberut.      

Andrea malah tertawa sambil meraih Jovano yang dijepit lengan kanannya sembari Jovano berjuang melepaskan diri. "Sini, dong! Sini! Katanya pengen dikangenin! Ha ha ha!"     

Tiga werewolf itu terpana. Hingga karena tidak kuat menahan penasaran, Benn pun berbisik tanya ke Myren di dekatnya, "Apakah … mereka itu ibu dan anak?" tanyanya sambil menunjuk diam-diam ke Andrea, Jovano dan Zivena.     

Myren mengangguk dan berkata, "Yeah … Andrea itu ibu 3 orang anak, Jovano yang itu, dia yang tertua, dan yang digendong, itu termuda."     

"Lalu yang anak tengah, di mana?" tanya Enric yang ternyata juga ikut penasaran.      

"Yang tengah …" Myren tak tau harus bagaimana.     

"Yang tengah harus diamankan karena sedang diburu kaum vampire." King Zardakh yang menjawab.     

"Diburu vampire?"     

"Diamankan?"     

Dua werewolf, Benn dan Enric pun sampai terheran-heran.      

"Apakah anak tengah itu yang mengakibatkan adanya tragedi Kutub Selatan?" Zahar mulai menyimpulkan.     

"Benar." Sang raja menyahut kembali.      

"Lalu, di mana anak tengah itu?" Benn ternyata gampang penasaran dan haus akan rasa ingin tau.     

"Di sini."     

"Mana dia?"     

"Beh, Ivy mana?" tanya Andrea seketika setelah selesai menggoda Jovano.     

"Ayo ikut aku." King Zardakh pun mengajak semua orang untuk masuk ke sebuah ruangan.      

Mata Andrea segera tertuju ke sebuah ranjang dengan Ivy ada di atasnya, tertidur damai. "Ivy!" seru Nyonya Cambion sambil memburu ke arah putri pertamanya. Lalu menoleh ke ayahnya sambil menyeru, "Beh! Kenapa dia dibeginikan?!"     

"Tentu saja agar dia tidak membahayakan anakmu dan yang lainnya." King Zardakh enteng menjawab.      

"Bangunkan dia!" Andrea teringat Ivy memang pernah menyerang anak dari Sabrina yang masih kecil, dan ia bisa memaklumi jika Ivy harus ditidurkan begini agar keselamatan Shelly dan bocah cilik lainnya di sini terjamin.     

King Zardakh menggeleng.      

Tapi, Andrea terus memaksa. "Pokoknya bangunin dia dulu! Ntar gampang kalo kita berangkat lagi, keluar dari sini, Babeh bisa tidurkan dia lagi!"     

Untuk anggota Tim Blanche lainnya yang mengetahui tragedi Hagemori Karin, mereka paham kenapa King Zardakh menolak membangunkan Ivy.      

"Ayo, Beh!" desak Andrea terus menerus.     

Mendesah berat, King Zardakh pun merapalkan mantra sambil dua tangannya terulur ke depan. Tak lama, mata merah Ivy pun terbuka dan dia mengerang lirih.     

"Aku … di mana?" tanya Ivy agak linglung atas perubahan suasana sekitarnya.      

Begitu Ivy bangun membuka mata dan terduduk di ranjangnya, 3 werewolf di sana bersikap waspada. Bahkan Benn dan Enric menggeram keras sembari pamerkan moncong mereka sambil menatap sengit ke Ivy.     

Semua yang di sana terkejut, menatap 3 werewolf itu. Andrea lekas peluk anaknya sambil tatap tajam Zahar dan 2 bawahannya. "Jangan nekat sentuh anakku, yah! Walau kita sekutu, tapi kalo kalian berani nyakitin anakku, aku gak akan segan-segan lagi ke kalian."      

Myren lekas berdiri di antara 3 werewolf dan Andrea yang memeluk Ivy yang sedang duduk di ranjang. "Tenang dulu, kawan. Jangan terburu-buru memamerkan taring dia ke Ivy."      

"Dia harus mati!" Benn memunculkan mata tajam kuningnya dan setengah wajahnya menjelma bagai wajah serigala.     

"Wow, wow … santai dulu, bro." Ronh ikut membentengi Ivy dengan berdiri bersisian dengan sang istri.      

Zahar yang tadinya bersikap sengit pun mulai surut dan ia pegang bahu dua anak buahnya, menyuruh mereka redakan geraman dan bersikap normal kembali.     

"Tapi, Za!" Benn ingin protes.     

Zahar menggeleng ke Benn. Mereka hanya bertiga saja di sini, sementara ada begitu banyak iblis mengelilingi mereka, ini situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi para werewolf itu.     

Enric pun sepertinya paham apa yang dipikirkan sang Alpha dan dia juga mulai kembali normal sambil tepuk bahu Benn. "Sudahlah, Benn." Ia menggeleng pula ke rekannya.     

Benn menatap Zahar dan Enric yang memandangi dia, memohon kerja samanya untuk bersikap normal, atau mereka bisa-bisa tidak akan keluar dari alam milik iblis ini hidup-hidup.      

Ronh berinisiatif maju dan merangkul Zahar untuk keluar dari ruangan tersebut. Dengan begitu, situasi kembali terkendali dan segala bentuk pertarungan bisa terhindarkan.      

Zahar mengikuti giringan Ronh ke arah luar, diikuti oleh Benn dan Enric. Sementara di ruangan itu, Andrea dan yang lainnya lega.      

Sementara Andrea dan Jovano sedang berbincang dengan Ivy, para werewolf dan Ronh berjalan ke taman hijau yang ada di sisi sungai kecil yang mengalirkan air jernih.     

"Tuan, kami minta maaf atas kelakuan kami tadi di dalam sana." Zahar terpaksa meminta maaf. Nyawa mereka bertiga tergantung akan sikap mereka di sini. Mereka tidak boleh mati konyol di alam antah berantah ini.     

"Ohh, santai saja." Ronh bersikap tenang sambil mereka berhenti di tepi sungai. Bunyi gemericik air sungai sangat meredakan segala emosi buruk. "Kami bisa paham kalau kalian mendadak begitu jika melihat Ivy, karena vampire memang musuh alami kalian."     

"Tapi, Tuan … kami tadi menggeram dan sengit pada gadis itu bukan hanya sekedar karena dia vampire yang merupakan musuh bebuyutan kami saja." Zahar menyuara dengan nada lembut. Meski dia adalah Alpha di kelompoknya, namun dia tetaplah serigala yang masuk akal, tidak gegabah bersikap.     

Kening Ronh berkerut. "Lalu, ada apa lagi selain itu? Apa alasan lainnya?"     

"Kami mencium bahaya besar dari aura dia!" Benn yang menjawab, tentu dengan nada sengit.      

"Bahaya besar?" Ronh tambah heran.     

"Benar, Tuan." Zahar yang tenang, menyahut. "Dari aura gadis tadi … terpancar hawa aneh yang membuat perasaan kami seperti tersedak dan amat sangat tidak nyaman."     

"Kami jarang merasa begitu jika bertemu vampire manapun." Enric menyambung.      

"Ada sesuatu yang buruk memancar dari gadis itu! Benar-benar buruk dan busuk!" Benn menambahkan dengan nada sengit.     

Ronh terpana, tak tau harus menjawab apa mengenai ucapan ketiga werewolf tersebut.     

.     

.     

Setelah itu, tiga werewolf itu tidak diijinkan mendekati ruangan tempat Ivy berada.      

Saat ini, Andrea dan Jovano sedang berbincang dengan Ivy. Namun, seperti biasa … Ivy lebih banyak menjawab pertanyaan dari sang kakak, dan agak mengabaikan ibunya sendiri.      

Andrea tau ini akan terjadi dan menyebalkan baginya, tapi dia sebagai ibu tetap harus menunjukkan perhatian dia pada Ivy.     

Sementara, di luar … King Zardakh sedang berdebat dengan Zivena dengan menggunakan bahasa mereka masing-masing. Bisa dibayangkan apa yang dipikirkan Tim Blanche yang menontonnya, kan?     

Kira-kira apa yang diperdebatkan King Zardakh dengan Zivena? Kalian tau?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.