Devil's Fruit (21+)

Jovano Penerjemah Zivena



Jovano Penerjemah Zivena

0Fruit 705: Jovano Penerjemah Zivena     

"Veve sayank!" Dante pun akhirnya muncul paling akhir dari semua orang yang masuk ke mansion. Wajahnya ditampilkan senyum lebar nan jenaka ke putri bungsunya.      

"Kyahaa!" Zivena melonjak sambil terbahak lucu, dia makin hype di pangkuan Andrea sampai ibunya kewalahan.      

"Ya ampun bocah ini!" Andrea pun membiarkan suaminya mengambil Zivena dari dirinya.      

Dante mengangkat tinggi-tinggi Zivena dan bayi itu akan tertawa riang, terbahak-bahak dengan suara lucu, apalagi jika Dante menggosokkan wajahnya ke perut sang bocah, tawa Zivena makin menjadi-jadi.      

Andrea hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan dua orang beda usia itu. "Gih, sana buruan mandi, jangan ampe Zizi terkontaminasi kuman jelekmu." Ia menepuk lengan suaminya.      

Tuan Nephilim menoleh ke istrinya dan terkekeh ketika menyahut, "Yang jelek hanya kumannya, kan? Akunya tetap ganteng, iya kan?"      

"Dih, pedenya kok nyundul langit!" Andrea mencibir.      

"Tapi hati kamu mengiyakan, iya kan sayank?" Dante berbisik di dekat telinga sang Cambion sambil mendekap Zivena.     

"Sumpah, deh! Sejak kapan sih kamu narsis akut gini?" Andrea mencubit perut suaminya.      

Dante mendekat ke wajah sang istri dan berbisik, "Sejak kamu sering bikin aku merasa nikmat."     

"Dante!"      

"Kyaahaaa!"      

Andrea dan Dante pun terbahak bersama karena Zivena ikut berteriak dengan riang usai ibunya berseru karena malu.      

"Lihat, yank… sepertinya Veve butuh dibuatkan adik baru…"     

"Gak! Sono kau aja yang hamil!" Andrea pun mengambil bungsunya dari gendongan Dante.      

Dante pun naik ke lantai atas untuk mandi.      

Andrea membawa Zivena ke ruang makan, mendudukkan bocah bungsunya di kursi makan untuk bayi, lalu dia bisa menyiapkan makan malam untuk Zivena, bubur kasar dari cincangan daging dan nasi merah.      

Satu hal yang jadi tanda tanya untuk Andrea. Untuk ukuran bayi normal, harusnya Zivena sudah bisa menapak atau bahkan berjalan. Apalagi dia adalah keturunan spesial, bukan dari gen manusia biasa, harusnya lebih cepat ketimbang bayi manusia.     

Nyatanya, hampir setahun, bocah itu belum juga ada tanda-tanda bisa menapak sambil berpegangan untuk membantunya berjalan. Bahkan, tubuhnya juga masih tampak seperti bayi berumur 7 atau 8 bulan.      

Meski pertumbuhan Zivena seakan lambat, namun mereka semua tidak memedulikan itu. Asalkan Zivena sehat dan riang, itu sudah patut disyukuri.      

Walau begitu, terkadang King Zardakh terus saja kerutkan dahi melihat perkembangan pertumbuhan Zivena. Baru ini keturunan dia ada yang begitu lambat.      

"Andrea, kau waktu hamil dulu tidak sempat stress, kan?" tanya King Zardakh pada Andrea suatu hari ketika heran melihat cucunya yang ini.      

"Beh, udah deh, bodo amat lah Zizi mo jalan di umur berapa, atau bakalan segede apa, yang penting dia kagak punya penyakit apapun dan mentalnya juga bagus, bocahnya lucu, ceria tralala. Banyakin bersyukur, Beh. Bisa, gak bersyukur?" Andrea sering mengatakan begini setiap ayahnya mempertanyakan Zivena.      

Bahkan, jika King Zardakh mendatangkan Druana, si iblis medis pun, Druana juga menyatakan bahwa tidak ada masalah pada tubuh Zivena.      

"Mungkin memang belum waktunya dia tumbuh, Tuan Raja," ungkap Druana. "Percayalah, tidak ada penyakit apapun di tubuh bungsu dari Tuan Putri Andrea."     

Ini semakin menguatkan ucapan Andrea sehingga akhirnya King Zardakh pun berhenti meributkan pertumbuhan Zivena. Hanya kadang jika Beliau berkunjung ke rumah Andrea, dia masih susah menerima keadaan Zivena.     

Seperti malam ini, King Zardakh muncul di rumah Andrea, tepat di ruang makan saat Andrea masih menyuapi Zivena.      

Zivena terlihat bersemangat sambil tangannya menjulur ke King Zardakh begitu kakeknya datang. Ia sibuk berceloteh tak jelas pada sang raja.      

"Minta apa dia, Andrea? Aku tidak paham." King Zardakh hanya menatap Zivena saja tanpa melakukan apa-apa meskipun cucunya sudah heboh berceloteh sambil ulurkan dua tangannya ke Beliau.      

Andrea memutar bola matanya mendengar ucapan konyol sang ayah. "Sono, gih pulang aja! Gak ada receh di sini!"     

"Anakku sayank, tega sekali pada ayah tampanmu ini…" keluh King Zardakh sambil berlagak merana.      

"Tatatataaa… dududuu… nyanyanyaaa… bhuufff… lhaaa… unyanyaa…" Zivena berteriak sambil matanya terus memandangi sang kakek. Dua tangannya sudah menangkup di depan dada, seolah kecewa karena kakeknya tidak menjangkau dia.      

"Bocah, kau ini bicara apa, sih? Bisa diperjelas?" King Zardakh secara konyol malah taruh dua tangan di belakang dan condongkan tubuh ke Zivena.      

"Awuwuuuffhh… umaatatata… huffthh… lhanyayaa…" jawab Zivena dengan terus menatap lekat kakeknya.      

"Itu Zizi bilang kenapa Opa enggak mau gendong dia." Tiba-tiba muncul Jovano dari ruang tengah ke ruang makan. Dia baru saja pulang.      

"Hah?" King Zardakh tertegun mendengar ucapan Jovano. "Hei, Jo… memangnya kau bisa paham omongan adikmu ini?"     

"Jelas bisa, dong." Jovano mengambil jus buah di lemari es. "Aku ini kan jenius super, Opa."      

King Zardakh tidak yakin tapi dia mengakui Jovano memang super jenius dalam banyak hal.      

"Awufh wwuurfhh… anyanyanyaa… wuffhh…" Zivena berujar lagi.      

"Dia bilang apa, Jo?" tanya King Zardakh dengan raut penasaran.      

Jovano tidak langsung menjawab karena dia sedang meneguk jusnya. Setelah menurunkan gelas, ia pun berkata, "Kata Zizi, Opa sombong sekali."     

"Jadi… awufwuf anyanya wuf itu artinya Opa sombong sekali?" King Zardakh makin takjub. "Opa sombong di mana, Zi?" Sang raja bertanya sambil menatap lekat Zivena.     

"Amumuwaa… wuffhhaa… umbruuuww…" jawab Zivena sambil secara spontan menyemburkan sedikit bubur di mulutnya karena ucapan paling akhirnya tadi.      

Andrea dan Jovano terkikik geli melihat King Zardakh mengusap wajahnya yang terkena semprotan bubur Zivena.      

"Zizi bilang, itu akibat kalau sombong padanya." Jovano berlagak bagai penerjemah bayi.      

"Tidak mungkin! Opa selalu menyapa dia setiap ke sini, kok!"     

"Ruuffhh… lhamwamwa… hurrfhh…"     

"Zizi bilang, Opa sok keren sampai tak mau menggendong dia."     

"Memangnya harus ada kewajiban menggendong cucu kah?"     

"Auuwfhh… awuuff… lhalhalhaa…"     

"Zizi bilang, Opa kalah ganteng dibandingkan Daddy."     

"Hei, hei… Zi, jangan keterlaluan, yah… Begini-begini, Opa kamu ini dinobatkan sebagai raja incubus tertampan nomor 2 di Underworld. Bahkan istri dan selir Opa saja sampai jutaan! Sedangkan istri Daddy kamu berapa? Selirnya berapa? Itu tandanya dia tidak tampan."     

"Heh, Beh! Jangan ngajak ribut, yak!"     

"Wuurrhh… anyanyanya… ummrrhhf."     

"Zizi bilang, istri dan selir Opa pasti kena pelet makanya mau ama Opa."     

"Hah? Hei… gadis cilik… jangan durhaka pada kakekmu sendiri, oke… ayo, katakan bahwa Opa lebih ganteng ketimbang Papamu." Wajah King Zardakh sok-sok galak.      

Tapi, Zivena malah tergelak, tidak takut dan malah menjawab, "Amumumuuulhaa… uffhh… ahakk!" Lalu dia bertepuk tangan.      

"Ahh, lebih baik yang ini tidak aku terjemahkan, Opa." Jovano menggeleng.      

King Zardakh tentu saja penasaran maksimal. "Jo, katakan, Jo… apa yang dibilang adikmu!"     

"Ha ha ha… lebih baik tidak perlu tau, Opa." Jovano hendak melarikan diri dari sana.      

"Kau tidak boleh pergi sebelum mengatakan apa yang dibilang dia, Jo!'      

"Ha ha ha! Opa cari saja di kamus bahasa bayi! Bye!" Jovano lekas menghilang dari ruang makan demi menghindari didesak kakeknya.      

Di kamarnya, Jovano tertawa terpingkal-pingkal hingga Gavin heran. Padahal dia hanya mengarang saja tadi, berlagak paham ucapan Zivena, padahal tidak.      

Ternyata memang asik kalau mengerjai kakeknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.