Devil's Fruit (21+)

Tiga Hewan yang Mengenaskan



Tiga Hewan yang Mengenaskan

0Fruit 232: Tiga Hewan yang Mengenaskan     

Sesampainya di alam Cosmo, Andrea lekas menghampiri Sabrina dan Noir yang tergeletak lemah di depan pondok. Ada beberapa siluman kingkong yang merawat kedua kucing besar itu.     

Andrea berterima kasih pada para siluman kingkong yang mau membantu menjaga dan mengurus Sabrina serta Noir disaat Andrea tidak ada.     

Kemudian, Andrea mengeluarkan pasta obat yang biasa dia bawa di RingGo. Ia mengoleskan pasta salep obat itu ke luka koyak Noir yang parah di pahanya. Daging di sana terburai tak karuan. Andrea menahan tangisnya melihat itu.     

Jika kondisi Noir yang begini dibiarkan seharian, Noir pasti akan tidak sanggup bertahan lagi karena kekurangan darah dan cairan.     

Dengan mata berkaca-kaca, Andrea menepuk-nepuk pipi Noir sambil memaksakan diri untuk tersenyum meski hatinya teriris pedih. Dia benci karena dia tidak cukup kuat untuk melindungi siapapun yang dia sayangi.     

Lalu dia mulai beralih ke Sabrina yang juga sudah terbaring lemah di sebelah Noir. Napas Sabrina pendek-pendek. Memang, dibandingkan dengan suaminya, Noir, Sabrina masih lebih lemah.     

"Bree, terus bertahan dan berjuang, yah! Jangan menyerah, oke?!" Suara Andrea bergetar menahan isak tangis. Matanya sudah basah. Ia tidak suka anggota kelompoknya mengalami kejadian seperti itu. Harusnya dia tidak egois, melibatkan orang-orang demi kepentingan dia untuk membuka pintu keluar alam Pangeran Djanh. Harusnya dia saja yang maju ke alam itu sendiri jika memang dia ingin lekas keluar dari alam tersebut.     

"Nonaku..." Sabrina menjawab lemah dan lirih tanpa bisa mengangkat kepalanya. Ia hanya terdiam menahan perih ketika lukanya diolesi pasta obat milik Andrea.     

Setelah Sabrina selesai diobati, kini giliran Gazum. Salah satu sayap sang rajawali hampir putus terkoyak. Andrea menelan amarahnya. Rasanya dia ingin sekali bisa membangkitkan para hewan iblis itu dan kemudian membunuh mereka kembali sesudah menyiksa semuanya. Bahkan dia ingin bisa membangkitkan mereka, dan juga membunuh mereka berkali-kali sampai dia puas.     

Ternyata hasrat membalas dendam itu bisa menelan jiwa. Dia teringat betapa dia sok bijaksana ketika Kyuna dulu ingin menyiksa anak-anak siluman serigala dan dia mencegah dengan kalimat-kalimat hebat. Kini, rasanya dia harus memudarkan kalimat sok bijaksana itu dalam kamusnya.     

Siapa yang tidak sakit hati melihat orang yang kita sayang memiliki keadaan menyedihkan? Siapa yang tidak ingin membalas jika teman yang kita kasihi diperlakukan kejam oleh pihak lain? Kini Andrea sudah memahami itu.     

Setelah menyatukan sayap Gazum menggunakan perban usai mengolesi dengan pasta obat, Andrea bangun dari jongkoknya. Dia menatap ke Rogard. "Ro, ayok kita ke Kamar Alkimia. Kamu sanggup, kan bantuin aku bikin obat?"     

Rogard mengangguk. "Saya sanggup, Nona."     

Kemudian, Andrea menoleh ke sisa anggota kelompoknya yang lain. "Kalian, lekas makan buah roh dan buah kristal hingga tubuh kalian membaik. Tolong jaga Bree, Noir dan Gazum. Aku harus membuat obat, mungkin akan lama, sekitar beberapa hari."     

"Andrea, apa kau takkan keluar sama sekali selama periode pembuatan obat?" Dante mulai cemas, khawatir Andrea terlalu memaksakan dirinya.     

Sang gadis Cambion pun menggeleng sambil tersenyum. "Aku masih akan keluar beberapa kali untuk menengok Bree, Noir dan Gazum, untuk mengoleskan obat lagi dan mengganti perban mereka."     

"Jaga kondisimu, Andrea. Kalau kau lelah, kau tau kau bisa datang padaku." Dante lega karena Andrea masih bisa keluar meski akan membuat obat.     

Andrea makin melebarkan senyumnya akan kalimat akhir Dante. Itu sungguh sebuah makna yang amat tersirat dan jelas bagi Andrea. "Tenang aja. Aku tau apa yang harus aku lakuin, kok!" Lalu dia pun melangkah ke dalam pondok bersama Rogard mengikuti dia.     

Dalam keadaan begini, Dante sering merutuki dirinya kenapa dia tidak seperti Rogard yang bisa membantu Andrea dalam alkimia. Dante benci dirinya sendiri karena dia tidak mengetahui hal apapun yang berkaitan dengan obat dan ramuan. Ia hanya bisa menatap sayu punggung Andrea yang sudah menghilang ke pondok.     

Di Kamar Alkimia, begitu Andrea sudah memasukinya, ia langsung merosot ke lantai sambil berpegangan tepi meja alkimia-nya, kemudian menangis sesenggukan.     

Rogard tidak berbuat apa-apa dan hanya melihat orang terkasih tuannya terus menangis. Rogard sepertinya paham Andrea sudah menahan tangisnya sejak tadi dan ini adalah pelepasannya. Ia membiarkan Andrea puas menangis tanpa kata.     

Setelah selesai melampiaskan amarahnya dalam tangis, Andrea pun mulai mengusap semua air mata dan ingus yang menghiasi wajah ayunya, lalu bangkit berdiri. Ia bersyukur Rogard membiarkan dia begitu apa adanya.     

"Ro, aku akan ke alam luar." Andrea mengusap lagi pipinya yang masih basah.     

"Sekarang, Nona?" tanya sang pria jiwa pedang.     

Andrea mengangguk. "Iya, sekarang. Aku butuh tau ramuan obat paling hebat untuk menyembuhkan luka koyak yang parah."     

"Saya temani Nona, boleh?" Rogard akhirnya paham, Andrea ingin segera ke kamar ini hanya untuk menutupi dari yang lain bahwa dia ingin keluar ke dunia Pangeran Djanh untuk meminta ramuan pada sang empunya alam.     

Andrea tidak ingin yang lainnya cemas, makanya dia beralasan akan sibuk di kamar alkimia.     

"Gak usah. Cukup aku aja ke sana. Jangan khawatir, aku bakalan lari ke sini kalo nemu bahaya, kok! Kalo aku butuh cari bahan-bahan herbalnya, ntar aku ambil kamu dari Cosmo untuk temani aku nyari bahannya." Andrea sudah mulai bisa menguasai perasaannya.     

"Baiklah, Nona. Berhati-hatilah." Sang jiwa pedang mengangguk.     

Tak sampai detik berikutnya, Andrea sudah menghilang dari alam Cosmo menuju ke alam Pangeran Djanh. Di alam luar itu, Andrea berteriak ke langit. "Oiiii! Kasi ke aku ramuan obat untuk menyembuhin luka paling afdol! Obat penyembuh luka paling topcer! Paling mumpuni! Paling hebat! Kamu pasti udah liat sendiri, kan, gimana teman-teman aku pada luka? Buruan kasi!"     

Andrea harus menunggu beberapa menit. Ia terus mengaktifkan kekuatan Sniffer dia untuk mengantisipasi serangan makhluk apapun dalam radius ratusan kilometer.     

Setelah berjaga-jaga dan terus waspada pada sekitarnya, akhirnya ada jawaban dari langit. Sebuah Gulungan Kuno jatuh dan sigap dihindari Andrea sebelum mengenai dia. Lalu, dia lekas membukanya sambil dia kembali ke Kamar Alkimia. Ia merasa tidak tenang di alam itu sendirian.     

Begitu Andrea muncul di kamar alkimia, Rogard menghela napas lega karena gadis itu tidak kurang suatu apapun. "Ro, kita punya Rumput Jiwa Dewa, kagak?" Ia langsung menanya ke Rogard.     

"Akan saya carikan di kebun herbal Nona dulu." Rogard lekas keluar dari kamar alkimia untuk bergegas ke kebun di belakang pondok.     

Andrea tidak diam saja. Dia mengumpulkan bahan-bahan yang sudah dia miliki yang telah dia simpan di RingGo. Ia memurnikan bahan-bahan itu terlebih dahulu sembari menunggu Rogard.     

Bersamaan dengan Andrea selesai memurnikan salah satu bahan herbal, Rogard muncul. "Kita tidak punya, Nona."     

"Oh, PIIIIPPPP!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.