Devil's Fruit (21+)

Penawar Palsu



Penawar Palsu

0Fruit 260: Penawar Palsu     

Suasana benar-benar gempar. Teriakan-teriakan liar terus berkumandang dari berbagai arah di aula bawah paviliun. Semua mendadak kembali bergairah untuk memperebutkan pil legendaris tersebut.     

Jazie memberikan harga awal seribu batu emas seperti sebelumnya. Harga dengan sangat cepat melonjak hingga sepuluh ribu batu emas.     

Andrea merasa tangannya mulai basah karena keringat akibat dari tadi ia meremas-remas tangannya sendiri. Membayangkan jika keenam Pil Jiwa Dewa berhasil terjual masing-masing seharga sepuluh ribu batu emas, maka dia akan mendapatkan enam puluh ribu batu emas!     

Oh, jangan lupa potongan sebesar dua puluh persen dari Paviliun Anggrek Putih, Nona...     

Sementara itu, harga masih saja meroket, belum menemukan pemenangnya.     

"Dua belas ribu!" Seseorang dari aula bawah tampak tidak mau menyerah.     

"Tiga belas ribu!" Suara lantang terdengar dari kamar VIP nomer 2, tempat Tuan Muda Regan yang arogan berada. Dia sudah menyuruh kekasihnya, Aiko, untuk keluar sebentar guna menghubungi pelayan dia dan mempersiapkan banyak batu emas untuk di bawa ke Paviliun Anggrek Putih.     

Rupanya Tuan Muda Regan serius ingin habis-habisan demi Pil Jiwa Dewa.     

"Empat belas ribu batu emas! Aku sudah tidak berani lebih dari itu." Rupanya orang yang menyeru dari aula bawah hanya sanggup berhenti di harga itu saja. Ia menatap dengan penuh putus asa ke arah lantai atas di mana Regan menyeringai merasa kemenangan sudah digenggaman tangan.     

"Empat belas ribu seratus batu emas," ucap Tuan Muda Regan dengan santai karena merasa dia sudah menjadi pemenang batch kali ini.     

Jazie sudah akan mengetukkan palu lelang ke mimbar, ketika terdengar suara tenang dari arah sebelah kamar Tuan Muda Regan. "Empat belas ribu dua ratus."     

Kerumunan mendadak riuh mendengar masih ada yang ingin menawar.     

Tuan Muda Regan menggertakkan gigi menoleh ke kamar sebelah. Ia merasa dilempar kotoran untuk kesekian kalinya oleh Andrea. Pertama, ketika dia tidak berhasil mendapatkan ruangan VIP nomer 1, lalu kalah ketika memperebutkan duo pedang. Dan kini juga harus kalah dengan Pil Jiwa Dewa?     

Mau ditaruh mana harga diri dari Tuan Muda Regan jika terus menerus dipermalukan oleh orang asing di sebelah? Bahkan, orang-orang yang duduk di aula bawah sudah mengetahui kamar VIP nomer 2 adalah tempat Tuan Muda Regan berada.     

Sambil menggigit bibir bawahnya, Tuan Muda Regan menyerukan harga, "Empat belas ribu lima ratus!" Ia kemudian melirik ke tembok yang menghubungkan kamar dia dengan ruang sebelah yang tentunya tak bisa dia ketahui dengan pasti siapa saja yang berada di dalamnya.     

Lalu, Tuan Muda Regan memeriksa peti kecil yang baru saja datang, dibawa oleh pelayan mansion Kepala Desa. Ada sekitar tujuh belas ribu batu emas tertata di dalamnya. Ia tersenyum lega. Ia merasa orang di kamar VIP nomer 1 takkan segila itu akan menaikkan penawaran hingga mencapai tujuh belas ribu.     

"Empat belas ribu delapan ratus batu emas." Suara jernih Andrea terdengar mengalun halus dan menentramkan. Namun tidak bagi Tuan Muda Regan.     

Regan justru semakin emosi dan sibuk mengumpat Andrea yang belum pernah dia temui. "Jalang sialan! Siapa dia sebenarnya? Apakah dia pelacur desa lain? Apakah dia simpanan Kepala Desa lain? Berani sekali dia bersaing denganku?!" Dia merasa hatinya mendidih karena disaingi beberapa kali, dan juga kalah.     

Aiko mengelus-elus dada Regan. "Tenang saja, sayank. Aku yakin dia takkan bisa mengungguli kamu. Ayo, berikan tamparan yang bagus untuknya! Teriakkan saja harga tertinggi yang kau bisa! Beri tau dia siapa dirimu, sayank!"     

Karena itu, Tuan Muda Regan yang makin panas pun berteriak, "Tujuh belas ribu batu emas!"     

Teriakan itu tentu saja membuat dengungan keras dari arah aula bawah. Mereka tidak menyangka anak Kepala Desa Awan Hijau sekaya itu! Benarkah itu uang pribadi dia? Mereka saling sibuk berkasak kusuk mengenai itu.     

"Kudengar bisnis anak kepala desa kita sangat maju di desa tetangga."     

"Oh, kau sudah tau? Bukankah dia berbisnis budak gelap?"     

"Ssstt! Jangan berani keras-keras suaramu itu jika masih ingin kepalamu menempel di leher!"     

"Hei, kudengar dia juga menjual gadis-gadis ke beberapa petinggi banyak desa!"     

"Benarkah?!"     

"Apakah karena itu dia bisa mendadak kaya begitu?"     

"Kau pikir bagaimana cara dia kaya dalam dua tahun ini?"     

"Tapi dia orang yang kejam! Kudengar banyak para pelayan perempuan di mansion dia mengeluh mengenai dia dan memilih keluar."     

"Tapi banyak juga yang mati secara misterius!"     

"Heh! Pelankan suaramu! Jangan sampai dia mendengar atau kau akan celaka tujuh keturunan!"     

Sementara itu, di kamar VIP nomer 1, Andrea masih duduk tenang sambil tersenyum misterius.     

"Mama! Kenapa kau malah ikut menawar? Bukankah..."     

Andrea lekas hentikan ucapan Kuro menggunakan isyarat jari yang ditempelkan di depan bibirnya. "Ini dinamakan... taktik." Senyumnya makin melebar sampai matanya nyaris menghilang.     

Kuro yang masih bingung pun hanya bisa miringkan kepala dengan mulut melongo. "Taktik? Kenapa bisa dikatakan taktik?"     

Raja Naga Iblis Heilong pun mulai menjelaskan pada sang anak perempuan. "Ini adalah taktik yang biasa ada di pelelangan, Nak. Seseorang sengaja ikut menawar harga untuk menaikkan harga. Penawar seperti Mama kamu tadi disebut penawar palsu."     

Kuro sedikit mulai paham. "Jadi... agar harga pil dari Mama bisa makin melonjak naik, begitukah, Yah?"     

"Tepat." Raja Naga Iblis Heilong mengangguk mantap.     

Seketika Kuro menatap sang mama dengan penuh bangga. "Mama memang cerdas!"     

"Apakah kau akan menawar lagi?" Dante tertarik ingin tau taktik dari Andrea. Dia melirik ke bawah dimana Feriz dan Jazie masih mencoba menarik peminat lainnya yang ingin menawar.     

Andrea menggeleng. "Gak. Aku dah cukup nawarnya. Toh kalo aku ikutan nawar lagi, dia bakalan stop."     

Dante kerutkan keningnya, heran dan bertanya, "Kok begitu? Kenapa kau bisa tau?"     

"Tawaran tadinya berkisar di empat belas ribu, aku sengaja naikkan dikit-dikit, dia terus imbangi, dan tau-tau dia kasi harga tujuh belas. Aku yakin itu udah semua duit yang dia punya saat ini. Makanya kalo aku nawar lagi, yang ada dia nyerah, dan aku yang rugi, kan?" Andrea menjelaskan.     

Semuanya pun mulai manggut-manggut paham akan pemikiran logis dari Andrea.     

Demikian juga Raja Naga Iblis Heilong sampai kagum dengan kecerdasan berpikir dan menganalis dari Andrea. "Tuan Putri ini sungguh cerdik tiada bandingnya. Putri bisa dengan tepat menebak uang terbanyak dia yang dia bawa saat ini."     

Saat ini palu lelang sudah diketukkan tiga kali, pertanda Pil Jiwa Dewa secara resmi dimenangkan oleh penawar terakhir, yaitu Tuan Muda Regan.     

Andrea kembali tersenyum kecil sambil menaikkan alis matanya secara cepat, memandang ke panggung lelang. "Untung banyak, nih!"     

Sedangkan di kamar VIP nomer 2, Regan berseru penuh suka cita kemenangan. Dia lega karena berhasil memenangkan pil legendaris yang dia perebutkan dengan pesaing berat yang kini sudah dia anggap sebagai musuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.