Devil's Fruit (21+)

Pakai Boxer Biar Lebih Gampang



Pakai Boxer Biar Lebih Gampang

0Fruit 220: Pakai Boxer Biar Lebih Gampang     

Tak berapa lama kemudian, Andrea sudah mulai masuk ke pondok bersama duo bocah hybrid dan Kyuna. Andrea sengaja berendam di kolam misterius hanya selama satu jam saja karena dia harus lekas mengontrol kondisi Dante,      

Begitu Andrea tiba di kamar mandi, ada Rogard yang berdiri di ambang pintu. "Gimana kondisi dia?" tanyanya pada pria jiwa pedang di depannya.      

"Saya sudah hampir keluar untuk mencari Anda, Nona Andrea," sahut Rogard. Dia memang sudah akan keluar dari pondok demi mencari Andrea, tapi ternyata gadis itu justru yang datang sendiri ke kamar Dante untuk memeriksa.      

"Oh, haha, aku emang sengaja berendam di kolam luar satu jam doang biar pas ama waktu berendam Dante di sini. Gimana? Ada perubahan?" Andrea menoleh ke Dante yang masih duduk di dalam bathtub.      

Tadinya Rogard bimbang, akan membawa keluar Dante dari bathtub dan didudukkan di toilet? Atau biar saja dulu di dalam bathtub dan dia akan mencari Andrea secepatnya. Untung saja si Nona Cambion sudah mendatangi dulu.      

"Air untuk berendam yang tadinya berwarna hijau jernih sekarang menjadi hitam dan berbau busuk, Nona. Apakah sekarang air itu kita buang saja?" Rogard tidak mau salah dalam penanganan untuk sang tuan.      

Andrea mengangguk yakin. "Iya, buang aja." Andrea lega karena ternyata ramuan perendam tubuh itu sangat berefek bagus bagi Dante. Ia bersiap keluar. Kalau menunggu Rogard membuang air dalam bathtub, maka ia akan melihat tubuh telanjang Dante nantinya. Dia tidak yakin akan kuat menatap hal demikian.      

"Ah, Nona Andrea." Rogard menahan lengan Andrea. Gadis itu berjengkit kecil karena terkadang sentuhan Rogard masih bermuatan listrik meski itu hanya sangat kecil, tapi itu cukup mengagetkan. Mengetahui sentuhan listriknya tidak sengaja diderita Andrea, dia lekas minta maaf. "Ah, maafkan saya yang kurang cepat mengendalikan listrik di tubuh saya, Nona."     

Andrea secara otomatis mengusap-usap cepat lengan yang baru saja disentuh Rogard. "Iya, gak apa, Ro. Ada apa lagi?" Ia menunggu pertanyaan dari Rogard.     

"Apakah setelah air di bak dibuang, Tuan Dante harus dibilas terlebih dahulu dengan air biasa? Atau biarkan apa adanya?" tanya Rogard.      

Andrea kedutkan alisnya sambil menjawab, "Langsung keringkan dia pake handuk gak apa, kok! Toh nanti racun yang ada di air rendaman langsung ilang kalo di-flush. Tubuh Dante saat ini masih berselubung bahan ramuan, kok! Jangan kuatir."     

"Baik kalau memang begitu penanganannya, Nona. Akan saya laksanakan." Rogard menunduk hormat pada Andrea.      

"Oke, kalo udah kelar gantiin baju dia, kasi tau aku, yah! Nanti pakein celana boxer aja ke dia biar lebih gampang." Andrea mulai melangkah pergi keluar dari kamar Dante, yang sebenarnya sekarang sudah menjadi kamar dia pula.      

"Baik, Nona." Rogard menjawab meski agak bingung dengan kalimat terakhir dari orang terkasih dari tuannya. Pakaikan celana boxer supaya lebih gampang? Lebih gampang untuk apa? Rogard menghela napas singkat membayangkan sesuatu yang biasa dilakukan pria dan wanita.      

Menggeleng kecil sepeninggal Andrea, Rogard mulai mengerjakan apa yang diperintahkan Andrea. Setelah hampir setengah jam, dia selesai mengurus tuannya yang kini sudah dia baringkan di atas tempat tidur dan dia selimuti dengan selimut kulit bulu buatan Andrea.      

Andrea dan yang lain sedang bercengkerama di ruang makan ketika Rogard keluar dari kamar Dante dan menghampiri Andrea. "Nona Andrea, saya sudah laksanakan semua perintah Nona."     

Si Cambion pun lekas teguk jus wortel-tomat di gelasnya sampai tuntas, dan mengangguk ke Rogard.      

"Aku ikut!" Kuro melesat ingin ikut.     

"Aku ingin lihat keadaan Papa," sambung Shiro yang mengekor saudaranya.      

Akhirnya, mereka pun datang ke kamar Dante. Andrea, Kyuna, duo bocah hybrid, bahkan Sabrina dan Noir juga. Kamar itu jadi terasa sesak. Tapi mereka semua mencemaskan Dante dan ingin mengetahui kondisi terbaru dari Tuan Nephilim.      

"Belum sadar juga dia, yah?" Andrea duduk di tepi ranjang. "Gakpapa, deh! Mungkin hari pertama perawatan emang kayak gitu." Ia mengulum senyum sambil menatap wajah damai lelaki tampan di atas tempat tidur.      

Andrea menyibak selimut di kaki Dante dan mencari bekas sayatan yang dia buat sore tadi di paha si lelaki Nephilim agar bisa mengeluarkan racun di tubuh bagian bawah.      

Luka bekas sayatan itu masih sedikit mengeluarkan darah merah, bukan lagi darah hitam racun. Andrea lega, itu tandanya Dante sudah mulai bisa sembuh. Ia merogoh ke dalam ruang di RingGo dan mengambil sebuah botol kecil dan mengoleskan isi dari botol itu ke luka sayatan Dante.      

Isi dari botol keramik itu adalah pasta obat yang bisa menyembuhkan luka tersayat atau luka terpotong yang tidak terlalu parah. Pasta yang seperti lotion itu berwarna hijau terang dan berbau obat namun tidak menusuk hidung. Pastanya dibuat dari dedaunan herbal yang khusus untuk menyembuhkan luka yang ditumbuk dan dimurnikan api milik Andrea sehingga menjadi pasta lotion.     

Andrea sengaja membuat itu sebagai obat praktis jikalau mereka terluka gores. Untuk luka sayat yang lebih parah, dia sudah siap menggunakan tumbukan daun-daun herbal yang bisa dia pupukkan di atas luka sayat berat dan dia ikat dengan perban.      

Itu manjur. Noir pernah merasakan kemanjuran dari tumbukan daun herbal itu sebelumnya ketika bahunya tersayat oleh cakar salah satu siluman pada awal-awal mereka di negeri siluman.      

Beruntung saja ruang di RingGo tidak mengenal efek waktu, sehingga barang apapun yang di simpan sana tidak akan terkena basi atau usang. Barang di dalam RingGo seakan berhenti membeku sendiri tanpa tergerus waktu.      

Setelah Andrea mengoleskan pasta obat di paha Dante, ia menutupinya dengan kain perban yang sudah dia buat sebelumnya menggunakan kulit hewan yang sudah dia murnikan dulu dan membuang semua bulunya, menipiskannya, lalu melubangi sekujur kulit tersebut menggunakan duri kecil agar bisa berfungsi seperti kain kasa.      

Andrea kerap melakukan hal-hal ajaib disela-sela waktu hanya untuk membuat benda-benda yang biasanya mudah didapat di alam manusia, namun tak ada di alam milik Pangeran Djanh.      

Setelah selesai mengurus luka di paha Dante, Andrea pun menghela napas lega. Ia mengusap keningnya yang sebenarnya tidak ada keringat sama sekali. Dasar drama queen sedang kambuh.     

Kini Rogard memahami makna ucapan Andrea sebelumnya yang membuat dia berpikiran macam-macam. Ternyata Andrea meminta agar Dante memakai boxer, agar supaya Andrea mudah merawat luka sayat di pahanya.       

"Mama, apakah Papa sudah sembuh?" Akhirnya keheningan di kamar itu dipecah oleh ucapan Kuro. Tadi mereka semua terdiam sambil mengamati Andrea, sama sekali tidak berani bersuara saat Andrea sedang bekerja.      

Sang mama mengangguk ke anak hybrid hitamnya. "Udah, kok sayank. Papa kamu udah mulai sembuh. Tapi mungkin dia besok baru bisa bangun. Ini obatnya lagi kerja di dalam tubuh papamu."     

Kuro lekas menyusut sekecil mungkin dan turun ke sebelah kepala Dante, mengusap-usapkan wajahnya ke pipi Dante. Shiro juga melakukan hal yang sama di pipi lainnya. Tampak jelas mereka berdua sangat menyayangi Dante bagai ayah mereka sendiri.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.