Devil's Fruit (21+)

Ambisi Balas Dendam



Ambisi Balas Dendam

0Fruit 197: Ambisi Balas Dendam     

"Andrea!!!" Dante berseru tak mempercayai bahwa Andrea malah ingin merekrut Siluman Rubah Ekor Sembilan untuk masuk menjadi kelompoknya.     

Andrea mengerutkan matanya dan menutupi telinga mendengar teriakan Dante. "Ssshh... gak usah heboh gitu napa, sih? Ini kan cuma nawarin dia masuk ke kelompok kita. Apa salahnya kasi dia kesempatan."     

"Tapi dia kan-"     

"Kyuna, kau beneran pengin bales dendam, ya kan?" Andrea kembali bertanya ke Kyuna.     

"Ya! Aku ingin balaskan dendam untuk semua anggota klan aku!" jawab Kyuna mantap.     

"Kau mau kubantu balas dendam?"     

Kyuna agak linglung mendengar pertanyaan Andrea baru saja. "Membantuku? Kenapa? Bukankah aku sudah melukaimu dan teman-teman kamu? Bahkan aku berbuat tidak pantas pada lelakimu."     

"Tsk!" Andrea mendecih, agak malu ketika Kyuna menyebutkan Dante adalah lelakinya. Wajahnya merona tipis. "Aku orangnya pemaaf, kok. Dan aku percaya kau bisa aku percaya. Nah, mau kubantu atau tidak?"     

Kyuna ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk sambil menatap penuh harap ke Andrea. "Ya, aku mau! Apapun asalkan aku bisa membalas dendam!"     

"Oke, kalo begitu, syarat yang aku kasi ke kamu cuma... ikuti aku, jadi anggota kelompokku. Itu aja, sih! Bersedia?"     

Kyuna mengangguk makin mantap dengan sorot mata penuh semangat. Baginya, balas dendam adalah hal paling utama yang berada di daftar keinginan Kyuna. Lainnya tidak penting lagi. Bahkan dia rela menjual diri dan jiwanya pada siapapun yang bisa membantu dia membalas dendam.     

Andrea bisa membaca pikiran Kyuna saat itu, dan dia mengangguk lega. Pembacaan pikiran itu sesuatu hal yang menelan banyak energi. Seketika energi dia terkuras nyaris habis. Kemudian, ia pun melepaskan belenggu kekuatan Razum dari pikiran Kyuna.     

Siluman rubah itu terengah-engah selepas energi Razum meninggalkan dirinya. Lalu dia menatap ke Andrea yang masih dipeluk Dante. Ia tau apa saja pembicaraan antara dia dan Andrea. Meski dia sadar percakapan itu terjadi, namun dia sama sekali tidak bisa berbohong meski dia ingin.     

Dari situ, Kyuna mengerti betapa besar kekuatan Andrea meski dia berdarah manusia.     

"Ro, lepasin Kyuna." Andrea meminta pada Rogard untuk mengurai belitan energi petir di sekujur tubuh Kyuna.     

Rogard tidak serta merta mematuhinya. Dia melirik ke arah tuannya untuk mendapatkan kepastian. Setelah Dante mengangguk, barulah Rogard melepaskan Kyuna.     

Seketika tubuh Kyuna ambruk ke tanah. Dia duduk lemas di atas tanah sambil masih terengah-engah dan peluh masih membanjir di seluruh tubuh.     

Wuusss!     

Kuro sudah melesat menghampiri Andrea dan bergelung di pergelangan tangan nona Cambion. "Mama, kau serius ingin masukkan dia ke kelompok kita?"     

Andrea mengangguk. "Iya, sayank. Tenang aja. Mama yakin Kyuna gak akan macam-macam lagi, kok! Nanti kita bantuin Kyuna balas dendam untuk klan dan adik-adik dia, yah! Kuro sayank mau, kan?" Dia mengusap lembut puncak kepala Kuro.     

"Umm... kalau Mama percaya padanya, Kuro juga akan percaya dia." Kuro tersenyum riang, kemudian dia menoleh ke Kyuna, menghardik ke siluman rubah yang sudah tak berdaya itu. "Kau! Jangan sampai kau mengkhianati kami! Jangan sampai kau menyakiti Mama dan Papa! Awas saja kalau kau berani bersikap licik lagi!"     

Kyuna mengangkat wajahnya memandang Kuro dengan tatapan lemah. "Tidak. Aku... meski aku adalah siluman rubah yang terkenal licik dan penuh tipu daya, tapi aku juga mengenal apa namanya membalas budi kebaikan siapapun yang menolongku."     

Kuro mendengus senang mendengar ucapan Kyuna. "Ingat, kau berhutang nyawa pada Mama. Jangan kecewakan Mama."     

Kyuna mengangguk.     

"Ro, bawa Kyuna ke kolam darah. Biarkan dia berendam di sana untuk memulihkan tenaga. Kyuna, apa kau sanggup berendam saat ini?" tanya Andrea ke Kyuna sambil meminta Rogard untuk memapah Kyuna.     

"Aku... sepertinya sanggup. Ini bukan pertama kalinya aku berendam di kolam seperti itu." Kyuna mulai berdiri dibantu Rogard.     

"Oh." Andrea naikkan keningnya. "Ini emangnya udah yang keberapa untuk kamu?"     

"Aku sudah pernah berendam di kolam darah sebanyak empat kali sebelum ini. Jadi... ini adalah kali kelima untukku," jawab Kyuna dengan pasti.     

Sekali dalam hidup, memang lebih baik mengalami berendam di kolam darah sebanyak (maksimal) tujuh kali dengan waktu yang tidak dibatasi. Hanya, jika bisa berendam selama tujuh kali berturut-turut, itu akan lebih baik daripada diberi interval waktu.     

Andrea mengangguk dan melambaikan tangan ke Rogard, memberi kode ke pria pedang itu untuk lekas bawa Kyuna ke kolam darah. Karena ini adalah ritual berendam kelima Kyuna, tentunya sudah tidak akan sesakit seperti berendam untuk pertama kali.     

Setelah Rogard dan Kyuna berlalu, masuk ke dalam gua, Dante memapah Andrea ke sebuah batu setinggi pinggang dan mendudukkan Andrea di sana.     

"Kau butuh sesuatu?" tanya Dante sambil mengawasi Andrea.     

Andrea mendongak ke Dante yang masih berdiri. "Iya, butuh dipijat, huhuhu..."     

Dante langsung mendecih sebal. "Tsk! Tidak bisakah kau ini serius?"     

"Gyehehee..." Andrea meringis dengan muka tanpa dosa. "Ah, lebih baik aku kirim Kuro ama Bree ke Cosmo aja, yah! Kalian biar bisa istirahat di Cosmo." Ia menoleh ke Kuro dan Sabrina.     

"Tapi, Ma... aku masih ingin bersama Mama di sini..." Kuro protes.     

Namun, Sabrina seperti memahami sesuatu dan mengajak Kuro untuk kembali ke Cosmo. Kuro agak kurang paham akan maksud Sabrina yang ingin meninggalkan nonanya dan pria Nephilim di situ saja berduaan.     

Sebelum mereka dikirim ke alam Cosmo, Andrea sudah memberikan mereka Pil Inti untuk pemulihan kekuatan mereka andaikan Buah Energi Roh sudah habis di pohonnya.     

Sepeninggal Kuro dan Sabrina, kini hanya tinggal Dante dan Andrea saja di tempat itu, karena Rogard masih ada di dalam gua bersama Kyuna.     

Andrea melirik Dante yang ada di dekatnya. "Hei, hei... jadi Tuan Nephilim ini tadi marah banget yah waktu aku dicekik Kyuna pake ekor dia?" Ia menusuk-nusuk pelan pinggang Dante menggunakan telunjuknya.     

Dante menoleh ke Andrea yang memasang wajah iseng menggoda. "Huh! Kau tau sendiri kan konsekuensinya kalau kau mati? Mana bisa aku rela membiarkan diriku terseret ke akherat bersamamu!" Ia mengalihkan pandangannya ke tempat lain.     

Saat ini, petang telah meninggalkan mereka dan tirai gelap sudah menyelubungi langit, menampilkan kerlipan bintang-bintang yang jumlahnya tak terhingga memenuhi cakrawala hitam. Bulan setengah penuh sudah turut muncul menyiramkan cahaya lembutnya.     

Di bawah suasana remang-remang malam yang hanya diterangi bulan dan bintang, Dante dan Andrea bersisian. Andrea duduk dan Dante berdiri, mengawasi sekitar.     

Andrea terkekeh mendengar ucapan Dante. "Eh, tadi kamu dengar kagak omongan dari Kyuna... kalo kamu cuma ngeliat aku doang ampe Kyuna kesel kamu cuekin? Hihi..."     

"Jangan mulai ge-er, bocah! Aku melihatmu hanya karena mengawasimu! Kau ini paling ceroboh di antara semua, Kau harus tau itu." Dante mengelak.     

"Tapi, bukannya tadi ada yang teriak apa gitu waktu nyerang Kyuna?" Andrea naik turunkan alisnya, menggoda Dante.     

Sreettt!     

Andrea seketika melotot kaget. Ia membeku ketika Dante sudah melumat bibirnya tanpa bisa dia hindari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.