Devil's Fruit (21+)

Amukan Andrea



Amukan Andrea

0Fruit 140: Amukan Andrea     

Dengan mengumpulkan amarahnya, Andrea menggunakan Mossa untuk melemparkan ular raksasa itu kr dinding tebing terdekat.     

Dhuaakk!     

Bumm!     

Terdengar keras hantaman tubuh sang ular raksasa pada dinding terbing. Andrea tidak puas, ia kembali lempar ular hingga hewan itu menabrak pohon raksasa di sana. Pohon raksasa sampai bergetar saking kerasnya tabrakan tersebut.     

Daun-daun pohon raksasa berguguran luruh ke tanah seiring dengan robohnya tubuh si ular besar yang mulai tak berdaya menghadapi tenaga Mossa Andrea yang dikerahkan gila-gilaan.     

"Andrea..." Dante mendesahkan nama wanita pujaannya ketika melihat Andrea sedang melampiaskan murkanya ke Ular Pelangi Raksasa. Ia tau Andrea marah dan meraungkan tangis emosional.     

Andrea berkali-kali hantamkan kepala ular itu ke benda keras apapun hingga ular pun tak berkutik, sekarat tanpa sempat memberikan perlawanan. Sudut mulut si ular mengeluarkan darah segar.     

Kemudian, Andrea memunculkan duri-duri berukuran besar dan panjang yang terlihat mengerikan. Duri dari Raja Serigala itu tergolong kuat bagai besi baja.     

Duri digerakkan oleh Mossa untuk menembus leher si ular. Tujuh inci dari pangkal leher ular. Andrea selalu berpatokan dengan itu jika melawan ular, sebesar apapun itu.     

Ular besar itu mengejang ketika puluhan duri menembus lehernya satu demi satu. Ia meraung tak berdaya.     

Dan sebagai serangan pamungkas Andrea, ia mengeluarkan cakar besar milik Elang Raksasa yang dia simpan, ia menatap benci ke ular yang sudah terkulai di tanah. "Di kehidupanmu selanjutnya, ingat-ingatlah untuk kagak membunuh anak hewan lain! ARRGHHH!"     

CRAASSS!     

Gadis Cambion itu pun menebas kuat leher ular tepat di titik kelemahannya. Darah merah menyembur bagai air mancur bunga yang indah.     

Tak berapa lama, Dante mendekat. Ia lekas peluk Andrea agar gadis itu bisa lebih leluasa melepas raungan tangisnya.     

Lalu, satu jam berikutnya, mereka kembali ke alam Cosmo. Tubuh lemah Macan Sabertooth masih teronggok di depan pondok, belum bergeser satu inci pun dari sebelumnya.     

Andrea datang ke macan dengan membawa beberapa dedaunan yang ia hancurkan menjadi bentuk bubur berwarna hijau. Dante membantu menutupi mata si macan dengan handuk basah sementara Andrea menorehkan bubur hijau herbal tadi ke beberapa luka si macan.     

Itu adalah ramuan untuk luka yang Andrea temukan dari wawasan Rogard. Beruntung di alam ciptaan Djanh tadi dia menemukan tumbuhan herbal tersebut. Atau Djanh sengaja menaruhnya di sana untuk ditemukan Andrea?     

Anggap saja demikian.     

Setelah Andrea selesai membaluri semua luka pada tubuh Macan Sabertooth dan mengikatnya dengan perban yang membungkus luka, Andrea beringsut untuk berlutut ke dekat kepala si macan yang tak berdaya.     

Macan itu hanya sanggup gerakkan matanya saja untuk mengawasi Andrea. Ia bersikap waspada.     

"Aku... aku minta maaf mengenai anakmu. Aku beneran nggak tau soal itu." Suara Andrea terasa tercekat karena menahan tangis. "Dan aku... aku sudah kuburkan anak kamu."     

Lalu Andrea lambaikan tangannya dan muncullah kepala Ular Pelangi Raksasa yang berdebum di tanah dekat si macan berbaring lemah. Macan itu tentu melihat kepala ular itu.     

Andrea sudah merobek perut ular dan menemukan macan kecil yang seukuran kucing dewasa normal, namun Andrea tau itu pasti masih tergolong usia bayi bagi macan kecil tersebut.     

"Aku... aku hanya bisa lakuin itu. Aku harap... kamu maafin aku. Dan... aku bakalan ngerawat kamu di sini sampai kamu sembuh. Setelah kamu sembuh, kamu... kamu boleh pergi kalo kamu gak suka di sini..." Andrea susah payah mengucapkan semua kalimat itu. Matanya sudah basah meski tidak ada isak.     

Macan Sabertooth tidak merespon apapun.     

Setelah itu, Andrea disibukkan membuat ramuan untuk luka si macan. Dia sangat telaten merawat macan itu dan rajin mengganti ramuan dan perban di tubuh macan.     

Untuk makan, Andrea menyediakan daging mentah yang ada banyak di cincin ruang dia. Macan Sabertooth tak memiliki pilihan lain selain memakan apa yang disediakan Andrea di hadapannya. Ia masih menaruh benci pada Andrea.     

Sudah dua hari ini Andrea merawat macan cantik yang terluka akibat bertarung dengan Ular Pelangi Raksasa. Namun, tampaknya tubuh macan itu masih saja lemah. Walau luka-lukanya sudah mulai menutup, namun si macan belum juga bisa bangkit dari rebahnya.     

Andrea sudah menggunakan Mossa untuk memindahkan si macan ke dalam pondok. Dia sudah menyediakan ruangan untuk tempat tidur macan yang dialasi bulu tebal Mammoth. Ia menyingkirkan kursi-kursi di ruang depan demi menaruh macan itu di sana.     

Nona Cambion tidak mau macan itu berada di luar. Meski di alam Cosmo itu tak ada hewan berbahaya seperti di alam Pangeran Djanh, namun ini sedang musim dingin meski alam Cosmo tidak sampai bersalju, namun hawa dingin dari alam Djanh merasuk masuk ke Cosmo.     

"Kenapa macan itu masih lemas aja, yah?" Andrea tak habis pikir sampai dia menyuarakan keheranannya ketika dia sedang makan bersama Dante dan Rogard di ruang makan. "Padahal luka-luka dia udah mulai nutup, tapi si macan kayak lemas terus. Dia juga udah aku kasi daging."     

"Energi apinya mengalami kerusakan." Mendadak, suara Rogard terdengar ketika dia selesai menghisap inti kristal elemen petir yang diberikan Andrea.     

"Mengalami kerusakan?" beo Andrea sambil miringkan kepala. "Kenapa bisa gitu?"     

"Karena bertarung habis-habisan dan dia mungkin berencana meledakkan dirinya untuk membunuh ular itu." Rogard menambahkan penjelasan.     

Andrea manggut-manggut. "Jadi... macan itu nekat ingin bunuh diri ma si ular dengan meledakkan diri dia memakai semua energi api di tubuhnya, yah?"     

"Ya," jawab Rogard, singkat.     

"Lalu... aku harus gimana biar dia bisa pulih dan pusat energi api dia gak rusak lagi?" Wajah Andrea terlihat sedih serta nelangsa menatap Rogard, berharap sang jiwa pedang besar itu bersedia memberikan jawaban.     

"Beri dia energi api Anda."     

Melalui ucapan Rogard, Andrea jadi paham sekarang.     

Maka, ia pun bergegas ke ruang depan yang menyerupai ruang tamu, menemui Macan Sabertooth yang masih tergeletak lemah tak bergerak. Macan itu memang bisa makan tapi itupun Andrea yang menyuapinya daging.     

Andrea berhati-hati membuka selimut dari bulu Mammoth yang melingkupi tubuh si macan, kuatir akan menyakiti bekas luka macan yang sudah hampir seratus persen sembuh. "Aku sekarang tau bagaimana menyembuhkan kamu."     

Gadis itu tersenyum pada si macan yang hanya memandanginya saja tanpa mau bicara.     

Selanjutnya, Andrea ulurkan dua tangannya ke arah perut Macan Sabertooth, dan perlahan-lahan keluarkan energi apinya dengan intensitas lembut ke arah perut itu seolah sedang menyuntik di sana menggunakan untaian benang energi berwarna merah itu.     

Andrea sangat berhati-hati dan tak berani ceroboh dalam menyuntikkan energi api ke perut Macan Sabertooth agar dia tidak melukai macan. Ia melakukan ini selama hampir setengah jam.     

Dante dan Rogard mengawasi dari ruang makan.     

Kemudian, Andrea pelan-pelan memangku kepala besar si macan, lalu ia guratkan cakar elang raksasa ke telapak tangannya, dan teteskan darah dia sendiri ke mulut macan yang dia buka.     

Dante sudah berdiri di ruang itu, menatap Andrea. "Jangan terlalu banyak memberikan darahmu. Kau juga butuh darah, ingat itu."     

Andrea mendongak ke Dante seraya memulaskan senyum pada wajah ayunya. "Hu-um, aku ngerti. Makasih. Dan makasih juga untuk Rogard yang udah kasi tau caranya ini."     

Andrea memberikan darahnya tetes demi tetes pada sang macan selama sebelas menit, lalu dia hati-hati mengembalikan kepala Macan Sabertooth ke tempat semula, di mana sudah ada alas tidur dan juga bantal buatannya dari kumpulan bulu Beast yang ditaruh di bawah kepala macan besar.     

"Selamat tidur..." bisik Andrea pada macan itu, lalu mengelus kepala macan sebentar sebelum ia bangun dan berjalan ke kamarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.