Devil's Fruit (21+)

Tinggalkan Dia Untukku!



Tinggalkan Dia Untukku!

0Fruit 139: Tinggalkan Dia Untukku!     

Andrea termangu di tempat ketika dia melihat Macan Sabertooth tiba-tiba meloncat dan lari ke bukit dan akhirnya menghilang dari pandangan.     

"Da-Dante! Macannya ilang..." Andrea sudah menunjukkan wajah ingin menangis.     

Dante memutar bola matanya. "Bukankah kau punya Sniffer?"     

Andrea seketika cerah lagi. "Oh, iya yah!" Namun, ia kembali muram sambil memandangi mengiba ke Dante. "Dan~" Dua tangannya dijulurkan ke Dante. "Gendong~"     

"Hah?!" Dante sampai menyipitkan mata. Tapi, Andrea malah hentak-hentakkan kaki mirip anak kecil kalau tidak segera dituruti kemauannya. Tuan Nephilim bersegera menyabarkan batinnya melihat kelakuan kekanakan Andrea.     

Tak mau telinganya dibuat tuli oleh rengekan Andrea, Dante pun membopong Andrea dan mereka terbang dengan Andrea sebagai penunjuk arah.     

"Ke arah sana, Dan! Iya, benar! Ke sana!" Satu tangan Andrea menunjuk ke sebuah arah, ke kedalaman hutan. "Dikit lagi, Dan! Udah deket ini! Tinggal dua ratus meter lagi, kok!"     

Dante malas menanggapi dan terus sunyi sedari tadi membopong Andrea. Mereka mirip pengantin baru. Apalagi wajah Andrea begitu sumringah meski kebalikan dengan raut muka Dante yang suram. Orang bisa salah paham mengira kalau Dante dipaksa menikah dengan Andrea.     

Padahal, memang wajah Dante seperti itu. Kata Andrea, muka Dante itu muka kulkas, dingin.     

Mereka berdua terus mengejar keberadaan si Macan Sabertooth yang berbulu cantik dan berelemen api ganas. Andrea sudah jatuh cinta pada macan cantik itu.     

Dan si macan bagai mengetahui bahwa dirinya dikejar-kejar oleh Andrea, dia terus gesit berusaha melarikan diri dari Andrea dengan lari memutari bukit dan sesekali bersembunyi di kerimbunan hutan.     

Namun, sepintar apapun macan itu bersembunyi, Andrea selalu menemukannya. Itu karena dia memiliki tenaga Sniffer yang mampu melacak aura makhluk hidup di radius ratusan kilometer di dekat Andrea.     

Baru saja mereka berdua mulai mengetahui sarang si macan, keduanya dikejutkan dengan suara pertarungan.     

"Dan, buruan!" Andrea mendadak kuatir.     

Ketika mereka tiba di depan sarang Macan Sabertooth, si macan cantik ternyata sedang bertarung sengit dengan seekor Ular Pelangi Raksasa yang mirip Anakonda dewasa.     

Tanpa mempedulikan dirinya, Andrea meloncat keluar dari bopongan Dante dan lekas melesat ke pertempuran dua hewan elemen itu. Dante sampai kaget dan berteriak memanggil Andrea.     

"Gak boleh ada yang nyakiti macanku! Hyaakhh!" Andrea menerjang ke arah Ular Pelangi Raksasa yang sudah membuat si macan menderita luka-luka hampir di sekujur tubuhnya. Dia melemparkan bola Cero ke ular besar itu.     

Duaarr!     

Cero meledak ketika menghantam tubuh si ular. Tapi, ular itu tidak terbakar apalagi terluka parah. Tubuh ular raksasa itu bagai diselubungi suatu lendir berwarna bening transparan yang kontras dengan warna asli tubuhnya, coklat, disertai adanya sisik yang bagai berwarna pelangi.     

Ular itu bagai berwarna pelangi, namun itu sebenarnya adalah sisiknya yang memiliki lapisan yang bisa memantulkan cahaya sehingga seakan-akan dia berwarna-warni mirip pelangi. Ular ini memang tidak berbisa, namun tetap saja berbahaya bila menggigit.     

Dan ular yang biasanya hidup tak jauh dari air ini sekarang berukuran raksasa dan juga memiliki lendir yang seperti berwarna transparan.     

Tak heran serangan bola energi Cero yang dahsyat tidak terlalu berefek banyak mengenai tubuh ular raksasa.     

Andrea terheran-heran sejenak sebelum ia sadar ular itu mulai tertarik ke Andrea dan menerjang ke Gadis Cambion itu. Jika bukan karena Dante yang menyambar Andrea sambil Rogard keluar untuk hantamkan petir ungu ke ular, Andrea pasti sudah tinggal jasad kaku saja.     

"Kau ini apa tidak bisa berkonsentrasi di tiap pertempuran, heh?" Dante memarahi Andrea secara keras dan tegas. Dia sudah berdebar-debar nyaris kehilangan Andrea.     

"Itu tadi... lendir apa yah, Dan? Di tubuh ular itu?" Andrea malah menanya lugu ke Dante yang masih kesal. "Bola Cero aku gak bisa lukai dia."     

"Itu lendir asam klorida." Malahan Rogard yang menyahut.     

"Asam klorida?!" Andrea tertegun kaget. "Jadi lendir dia bersifat korosif?" Alisnya naik.     

"Sangat korosif." Rogard masih bersedia menjawab sambil terus menyerangkan baut-baut petir ungunya ke ular tersebut agar menjauhi mereka dan juga menjauh dari tubuh macan yang tergolek lemah di tanah, terluka.     

"Tsk! Aku gak jadi kepingin ambil kulit dia deh kalo gitu!" gumam keras Andrea setelah berpikir sesaat.     

"Andrea, tidak bisakah kau tidak memikirkan tentang fashion terus setiap melihat hewan di sini?" Dante terdengar bernada tak suka.     

"Dan, kan sia-sia banget kalo sebuah keindahan itu tidak dimanfaatkan secara maksimal. Kan sayang banget kalo mereka mati lalu busuk di tanah doang." Andrea memberikan alasan.     

Dante angkat tangan. "Kupikir kau gadis tomboy."     

"Iya, aku juga heran dengan perubahan aku itu, Dan. Semenjak aku tujuh belas tahun kemarin, aku jadi suka hal-hal yang girly dan manis-manis."     

"Dan juga tergila-gila dengan lelaki tampan," imbuh Dante.     

Andrea tertawa canggung. "Ahaha... yah... mungkin! Makanya kamu jangan ampe jelek, yah Dan!"     

"Maksudmu?!" Dante picingkan mata, curiga dan bertanya-tanya dengan kalimat Andrea baru saja. Tapi, gadis itu tidak menjawab dan justru lari ke arah macan.     

Andrea segera memeriksa kondisi si macan yang menyedihkan. Ia berlutut di samping macan yang sudah tak berdaya. "Kamu kenapa sih musti gelut ama ular itu? Dia kan punya lendir yang nakutin."     

Macan Sabertooth melirik sekilas ke Andrea. Napasnya tersengal-sengal bagai akan terlepas dari raganya.     

"Ikut aku aja, yah! Nanti aku obati, deh!" Andrea sambil gunakan tenaga Mossa untuk hentikan pendarahan di bahu si macan, Bahkan dia berupaya agar bisa menutupkan luka menganga di lengan atas macan itu menggunakan Mossa.     

"Dia membunuh anakku."     

"Hah?" Akhirnya Andrea baru tersadar jika itu adalah macan betina dan tampak jelas setelah Andrea mengamati perutnya. Ada beberapa puting susu di sana menandakan macan itu memang sedang masa menyusui. "Dia... ular itu ngebunuh anak kamu?"     

Mata Andrea mulai panas dan hidungnya juga.     

Macan itu menatap sengit ke Andrea. "Itu gara-gara aku terlambat datang ke sarang. Gara-gara aku sibuk menghindarimu!" Sang Macan Sabertooth hendak meraih Andrea untuk memukul gadis itu menggunakan cakarnya, namun tenaganya sudah tak ada.     

Kini mata Andrea basah. Itu karena dia bahwa si macan kehilangan anaknya. Karena keinginan menggebu dia mengakibatkan seekor induk kehilangan anaknya yang berharga. Anak yang pastinya masih harus dijaga dan masih membutuhkan perlindungan.     

Akhirnya Andrea paham kenapa dia menemukan macan itu di luar sarang, itu karena si macan mencari makan agar bisa memberikan susu untuk anaknya.     

Bercucuran air mata, hati Andrea penuh akan penyesalan dan kesedihan.     

Andrea memindahkan tubuh macan tadi ke dalam alam Cosmo, lalu dia bangkit berdiri dan menatap penuh benci pada Ular Pelangi Raksasa yang sedang bertarung dengan Dante dan Rogard.     

Dia bisa menganalisa kemampuan ular tersebut. Selain taringnya yang panjang tidak wajarnya ular, hewan ganas itu juga mampu menyemburkan lendir asam klorida dari moncongnya selain pertahanan diri dia yang kuat dari lendir di sekujur tubuhnya.     

Menyusut ingusnya kuat-kuat sambil mengusap kasar air mata yang berlelehan di pipi, Andrea berteriak, "Tinggalkan bedebah itu ke aku! Dia harus mati di tanganku! Mati ribuan keping!"     

Dante dan Rogard menoleh bersamaan ke arah Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.