Devil's Fruit (21+)

Macan Sabertooth Api



Macan Sabertooth Api

0Fruit 138: Macan Sabertooth Api     

"Met pagi, Dante!" sapa Andrea ceria.     

Dante baru saja keluar dari kamarnya, berjalan sempoyongan dan lemas. "Hm." Jawaban khasnya mengudara sembari dia menuju ke meja makan.     

Ruang makan itu bisa langsung ditemui begitu mereka keluar dari kamar masing-masing. Ini membuktikan betapa sederhananya pondok di alam Cosmo meski peralatan di dalamnya terbilang canggih dan modern di beberapa aspek.     

Pria Nephilim melirik Andrea. Gadis itu memakai celemeknya. Namun kali ini dia juga berpakaian lengkap di bawah celemek itu.     

Dante sadar, ini alam nyata, bukan lagi mimpi, maka mustahil akan menjumpai Andrea yang hanya bercelemek saja seperti tadi malam.     

Dua piring besar berisi daging barbekyu telah dihidangkan di hadapan Dante begitu lelaki itu berhasil henyakkan pantat di kursi makan. Tak lupa ada segelas jumbo berisi jus sehat racikan ala Andrea yang entah diisi apa saja di sana, Dante hanya tinggal meneguknya saja sampai tuntas.     

Ia percaya Andrea takkan meracuni dia ataupun memberikan makanan buruk. Toh, nasib mereka terhubung satu sama lain di alam ciptaan Pangeran Djanh ini. Mereka harus sama-sama sehat jika ingin bisa keluar dari alam tersebut.     

"Rogard, keluarlah."     

"Ya, Tuan."     

Maka, pria berambut ungu panjang itupun muncul dari sebuah baut kecil petir ungu yang berasal dari tubuh Dante. Wajah Rogard sangat tampan namun dingin dan terkesan kejam. Mungkin itu karena dia adalah jiwa dari Pedang Rogard itu sendiri sehingga wajah itu mewakili sang pedang.     

"Rogard ingin makan apa? Perlu aku carikan Beast elemen petir dulu?" tanya Andrea setelah melihat kedatangan Rogard.     

"Tak usah." Dante yang menyahut mewakili roh pedangnya. "Cukup beri saja dia inti kristal bermuatan petir." Tangan Dante menusuk daging barbekyu di hadapannya menggunakan garpu. Andrea sudah mengirisnya berupa potongan-potongan yang bisa dimakan dalam satu suapan.     

"Oh, inti kristal petir, yah! Oke, aku carikan dulu kalo gitu." Andrea segera mencarinya di cincin RingGo. Ia hanya butuh memikirkan saja barang yang dia perlukan dan barang itu akan muncul di tangannya atau di udara untuk dia tangkap.     

Andrea menyerahkan tiga inti kristal besar berwarna ungu yang jelas-jelas pasti ada muatan elemen petir di dalamnya. "Ini."      

Rogard tidak menjawab dan hanya mengambil inti kristal dari telapak tangan Andrea lalu menaruhnya di atas meja, kemudian ia menyerap kristal tersebut hingga akhirnya kristal itu berwarna bening dan terlihat buruk, bahkan ada yang retak.     

"Ingin tambah?" tanya Andrea.     

"Tak usah. Ini cukup," jawab Rogard, lalu dia mulai duduk tenang di kursi samping Dante.     

Andrea ikut duduk untuk menikmati sarapan pula.     

Hari ini adalah bulan keenam mereka ada di alam ciptaan Djanh. Meski sudah berganti bulan, dunia winter belum juga usai.     

Itu menyebabkan Andrea lumayan jenuh dan bosan karena tak nyaman akan udara dingin dan hanya melihat hamparan salju dan salju saja. Ia menunggu-nunggu kapan Gulungan Kuno akan muncul kembali dan mengganti dunia.      

Cuaca ekstrim di dunia winter itu sungguh membuat Andrea terkadang malas keluar dari alam Cosmo. Tapi apa hendak dikata, mereka harus tetap berkelana di dunia winter itu sampai nanti akan berganti sendiri dan akan semakin dekat dengan pintu keluar dari alam tersebut.     

Hari selanjutnya, ketika Andrea dan Dante sedang berjalan di pegunungan bersalju, mereka bertemu dengan Macan Sabertooth sebesar banteng yang bisa menyemburkan api.     

Macan itu terlihat cantik dengan warna bulu kelabu dan bertotol-totol merah seakan itu menandakan elemen yang dia punyai.     

Taring atas macan itu sangat panjang hingga nyaris berbentuk pedang, makanya dinamakan Sabertooth. Ini sebenarnya jenis hewan yang sudah punah dari jaman pre-historik, sekitar sepuluh ribu tahun silam.     

Namun, hewan punah ini ternyata ada di alam ciptaan Djanh. Ini sama seperti Mammoth yang pernah ditemui mereka sebelumnya.     

Mata Andrea mengerling penuh cinta pada macan itu. Ia bertanya-tanya, apakah ia bisa memiliki macan cantik itu?     

Menggunakan Razum—kekuatan pengendali pikiran dia—untuk menaklukkan si macan gigi pedang, Andrea berkonsentrasi untuk berkomunikasi dengan hewan langka tersebut.     

"Halo, aku Andrea." Dia menyapa si macan menggunakan pikirannya yang dia salurkan melalui tenaga Razum. "Bisakah kita bicara sebentar?"     

Macan Sabertooth sejenak memandangi Andrea yang tengah menggenggam sebuah liontin berwarna merah di kalungnya. Itu Kalung Jiwa, kalung yang bisa memudahkan Andrea untuk berkomunikasi dengan binatang.     

"Tidak!" tolak si macan tegas. Andrea terkejut. Dante hanya mendengar auman macan saja karena dia tak bisa mengerti apa yang diucapkan Macan Sabertooth.     

"Aku janji aku akan tidak menyakitimu, Tuan Sabertooth. Aku hanya ingin kita berteman."     

"Kukatakan tidak!" Macan Sabertooth kesal dan mulai menerjang ke arah Andrea sambil semburkan api dari moncongnya.     

Andrea lekas berguling mengelak sebelum dirinya terkena semburan api panas dari si macan. Dante ingin menyerang Macan Sabertooth tapi dicegah Andrea.     

"Jangan, Dan! Jangan lukai dia!"     

"Otakmu kenapa lagi, Andrea? Dia ini berbahaya! Semburan apinya sangat ganas!" teriak Dante tak habis pikir dengan gadis yang berlutut satu kaki dan kaki lainnya direntangkan ke samping. Dua tangan Andrea menekan tanah.     

"Aku tertarik padanya!" seru Andrea sambil memunculkan penjara dari tanah di sekeliling Macan Sabertooth agar dia bisa memerangkap macan itu dan mengendalikan hewan tersebut dengan lebih mudah jika pergerakan macan dibatasi.     

"Apa?! Tertarik?!" Dante melotot tak percaya.     

"Tenang aja, Dan! Gak usah cemburu! Ini gak seperti yang kamu bayangin!"     

Dante mendecih. Dia juga tidak berpikiran aneh-aneh mengenai macan itu. Ia hanya heran kenapa Andrea menumbuhkan rasa tertarik pada macan ini tanpa ingin membunuhnya. "Andrea, jangan bilang kau..."     

"Iya! He-em! Benar! Aku ingin dia jadi patnerku! Jadi peliharaanku!" Andrea masih bergulat dengan si macan yang menolak ditaklukkan.     

Penjara dari tanah yang diciptakan Andrea ternyata dengan mudah dihancurkan Macan Sabertooth menggunakan tenaga api ganas yang keluar dari moncongnya, menyebabkan tanah itu luruh seketika.     

Macan Sabertooth segera menerjang keluar ke Andrea sambil meraung kesal. Apinya disemburkan pula. Andrea tak sempat mengelak dan menggunakan perisai Scudo dia untuk menahan panasnya semburan api si macan.     

Sementara itu, tubuh besar Macan Sabertooth sudah terlalu dekat dengan tubuh Andrea.     

Dhuaakk!     

Andrea melindungi dirinya dengan perisai Scudo meski harus diterjang kepala sekeras beton dari macan itu dan dikirim terbang ke belakang.     

Dante berteriak panik dan menangkap tubuh Andrea sebelum gadis itu mencapai tanah dan celaka. "Tak bisakah otakmu waras? Dia macan yang ganas dan berbahaya! Sebaiknya lakukan seperti biasa saja!"     

Andrea sudah dalam pelukan Dante. "Jangan, Dan. Please, kali ini, aku beneran pengin dia jadi peliharaan aku. Elemen dia cocok ma elemen aku. Bahkan sama-sama kuat!"     

Sementara keduanya berbincang, Macan Sabertooth malah balik badan dan lari ke arah bukit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.