Devil's Fruit (21+)

Hanya Celemek (21+)



Hanya Celemek (21+)

0Fruit 136: Hanya Celemek (21+)     

"Met pagi, Dante!" Suara riang Andrea menyapa ceria Tuan Nephilim di ruang makan.     

Dante bersiap untuk duduk, tangannya sudah meraih kursi, hendak ia tarik, sembari menjawab Andrea dengan nada malas, "Hm—hkkhhh!"     

Napas Dante seolah-olah berhenti di leher, berkumpul di jakun, ketika dia mendapati Andrea hanya memakai celemek. Dan akhirnya napas itu lolos keluar setelah Dante mencapai sebuah pemahaman.     

Andrea memang biasa memakai celemek setiap memasak, namun kali ini... dia hanya memakai celemek, dan itu berarti tidak memakai lainnya lagi!     

"A-Andre—a..." Dante mendelik, matanya nyaris keluar dari tempatnya dan menggelundung ke lantai. Namun, itu bukan jenis melotot karena marah, malah sebaliknya.     

Bagaimana mungkin dia sanggup marah jika di depannya adalah Andrea tidak memakai baju apapun selain celemek kecil yang seakan-akan kesusahan menutupi dadanya yang membusung. Oh, kakinya masih dihiasi Garter Belt dengan stoking warna ungu matang, kontras dengan kulit putih mulus Andrea.     

Pria Nephilim segera mendesahkan batinannya, ini ternyata alam mimpi.     

Mata Dante lekat memandangi tubuh sintal Andrea, terlebih pantat kecil nan kenyal yang tidak tertutupi celemek. Mata pria itu bagaikan sedang menggerayangi bokong indah Andrea hanya dengan tatapan saja.     

"Dante pasti udah laper, iya kan?" Andrea masih riang seperti biasanya sambil hilir-mudik di depan Dante membawa beberapa piring berisi makanan untuk ditaruh di meja.     

Dante seketika tidak lapar di perutnya. Ia justru lapar di bagian lain. Salah satunya adalah mata dia yang secara lapar memelototi penampilan berani Andrea kali ini.     

Tapp!     

Pergelangan tangan Andrea dicekal oleh Tuan Nephilim sehingga langkah si Cambion terhenti.     

"Apa sih, Dan?" Andrea berikan segaris senyuman yang hangat mempesona membuat hati Dante sesak. "Aku masih megang piring, nih!"     

Terpaksa Dante melepaskan cekalannya dan membiarkan Andrea lewat untuk menuju ke meja makan, menaruh piring.     

Mata Dante mengekor mengikuti setiap pergerakan Andrea, bahkan napasnya tersengal-sengal ketika Andrea condongkan tubuh ke meja makan sambil berdiri, itu membuat bokong mulus terekspos secara vulgar, menantang Dante.     

"Angh!" jerit Andrea sewaktu bokongnya diremas. Siapa lagi oknum pelakunya jika bukan si Tuan Nephilim yang kini berada di belakangnya? Andrea sampai menoleh ke belakang. "Dante, ada apa, sih?"     

"Kamu berani sekali memakai begini di depanku, hm?" Satu tangan Dante meremas bokong si gadis Cambion dan tangan lain sudah merayap nakal menyusup ke depan celemek dan mendapatkan apa yang diinginkan. Payudara Andrea.     

"Dan~ aku—haanghh~" Andrea merona dan wajahnya berubah ketika dua jari Dante menjepit puting payudara dan memilinnya, sarat akan aroma menggoda.     

Kedua tangan Dante sekarang sudah berkutat bersama di payudara Andrea dengan posisi gadis itu masih berada di depannya, berdiri sambil mengimbangi pagutan bibir Dante seraya menahan desahan karena ulah jari-jari Dante yang bergerak agresif di dada si Cambion.     

Lidah saling menari seirama dengan hisapan bibir yang terus bergerak melumat. Pinggul Dante bergerak-gerak sehingga area bawah dia bisa menggesek-gesek pantat kencang Andrea.     

Dengan sekali tarikan, tali celemek di leher Andrea sudah terlepas. Beserta itu, tak ada lagi benda yang bisa menghalangi Dante untuk menatap puas kedua bongkah besar payudara Andrea.     

Sreett!     

Dante membalikkan tubuh Andrea hingga menghadap ke arahnya. Mereka kembali bercumbu liar sembari tangan Dante menahan punggung Andrea dan satunya meremas gundukan favorit Dante.     

"Angh~ emmh~ Dante~" desah lirih Andrea ketika mulut Dante meninggalkan bibirnya dan menjelajah ke leher mulus dia, mengecupi bagian itu penuh gelora dan berikan hisapan-hisapan tegas yang mengakibatkan Andrea mengernyit karena rasa tersengat di lehernya.     

Sreett!     

Praang!     

Bunyi riuh piring-piring yang berjatuhan akibat sambaran satu tangan Dante memenuhi ruangan. Andrea terpekik. "Duh, piringnya, Dan!"     

Dante tak menggubris dan malah dorong Andrea hingga setengah tubuh gadis itu berada di atas meja makan. "Tak apa, kau bisa memasak lagi nanti."     

"Tapi~ tapi kan kamu harus makan—nghhh~" Mata Andrea terpejam saat Dante meremas-remas agresif kedua payudaranya saat ia direbahkan tiba-tiba di atas meja.     

"Saat ini aku ingin makan yang lain..." Mata Dante tajam menatap tubuh menggiurkan Andrea.     

"Ma-makan apa, Dan?" tanya Andrea sambil membuka sedikit matanya malu-malu.     

"Makan ini—mmrghh..." Mulut Dante segera memenjarakan puting merah muda pucat Andrea sehingga gadis itu memekik lirih, terkejut akan tindakan tiba-tiba Dante.     

Selama bermenit-menit, Dante menguasai payudara Andrea dan menghukum kedua putingnya menggunakan mulutnya yang beringas. Andrea merintih merasakan putingnya yang membengkak akibat ulah Dante.     

Setelah puas, Dante membalikkan tubuh Andrea. Gadis itu tak bisa berbuat apa-apa selain hanya patuh dan berdiri menungging dengan dadanya menempel pada meja makan.     

Dante mengelus pantat Andrea sebelum jemarinya mengusap nakal belahan bibir kewanitaan sang Cambion dari belakang. Andrea melenguh dan tetap tidak diijinkan untuk merubah posisi selain tetap rebahkan dada ke meja dan kaki tetap menapak lantai.     

"Kau semakin pintar menggodaku, heh? Iblis kecil?" Tangan kanan Dante masih intens mengusap-usap area tadi seraya satu tangannya meraih salah satu payudara Andrea untuk memilin putingnya, lalu tangan itu beralih mengelus punggung seputih giok milik Andrea.     

"Enggak, Dan. Aku—akhh!" Andrea terpekik begitu vaginanya disusupi dua jari Dante, jari tengah dan jari manis. Kedua jari itu segera mengocok liang lembab Andrea.     

"Tidak? Kau berani bilang tidak?! Iblis penggoda!" Dante perkuat kocokan jarinya pada vagina Andrea yang akhirnya mulai basah dan menimbulkan bunyi-bunyi erotis. "Berpenampilan vulgar begini kau bilang tidak bermaksud menggodaku?!"     

"A-aanghh! Dante~ mggaahh~ haanghh~" Andrea bingung harus memberi sanggahan apalagi jika vaginanya terus didera kedua jari Dante yang secara cepat mengocok di sana.     

Bunyi kecipak erotis segera muncul meningkahi lenguh dan erangan lirih Andrea.     

"Hah! Kau sudah ternyata memang makhluk mesum, Andrea," olok Dante sambil matanya menatap kedua kaki Andrea yang sudah membuka agar memudahkan akses bagi kedua jari Dante beraksi di liang sang Cambion.     

"Enggak, Dan. Aku nggak mes—aarghh! Dante! Dante!" Andrea ingin bangkit, namun kedua tangannya dibawa ke atas meja dan disatukan untuk ditahan satu tangan Dante, sementara kocokan pada vaginanya kian kuat.     

"Masih bisa mengelak?" Dante berujar kejam dengan suara mengintimidasi sambil terus menahan tangan Andrea sekaligus tangan lain mengocok cepat dan kuat vagina si gadis Cambion. "Apa kau tidak dengar bunyi dari vaginamu yang sangat vulgar, hm? Dengarkan itu? Itu adalah bukti kau Iblis penggoda yang sangat mesum! Kau basah kuyup, Andrea..."     

Andrea menggeleng sambil terus mengerang ketika vaginanya disetubuhi oleh dua jari Dante. Ia tak sanggup bicara selain erang dan desah yang terus mengalir keluar dari mulutnya seirama dengan sodokan jari Dante. "Hangh! Angh! Hnghhaah! Ghaah! Haangh!"     

Jari beringas Dante bagai menggaruk di dalam sana, menggali kedalaman untuk mencari sebuah titik peka di dalam. Saat jari itu menohok sebuah titik, erangan Andrea kian tak tertahankan. Hanya butuh tak lebih dari lima menit gempuran jari Dante untuk Andrea melolong bersamaan keluarnya cairan dia.     

Dante seketika berhenti dan menatap puas penuh rasa bangga berhasil membuat Andrea orgasme. Ia menarik keluar dua jarinya yang basah oleh cairan bening nan pekat. Tanpa rasa jijik, dua jari itu dijilat dan dilomoti Tuan Nephilim.     

"Mrrhh~ rasanya nikmat, kau tau Andrea? Mhh~" Pria itu melirik Andrea yang masih tersengal-sengal dalam posisinya. "Jangan kuatir, aku akan mengganti cairanmu dengan milikku berkali-kali lipat seperti biasanya. Aku akan bertanggung-jawab mengenai itu."     

Dante berjongkok, membuka bokong Andrea agar dia bisa menjejakkan lidahnya ke vagina basah Andrea dari belakang. Gadis itu melenguh sensual, dan membiarkan lidah agresif Dante terus meliuk beringas di sana.     

Ketika Dante bangun, Andrea merasakan hampa tanpa sentuhan lidah tadi. Ia tidak memungkiri bahwa dia menyukai kenakalan lidah Tuan Nephilim pada tubuhnya.     

THRUST!     

"Arrghh!!!" Andrea melonjak kecil ketika tiba-tiba lubang intimnya sudah diterobos benda tumpul besar dan panjang. Tentu itu penis Tuan Nephilim yang sudah ditenggelamkan dalam liang hangat tersebut.     

Selanjutnya, Andrea hanya bisa mengerang dan merintih seirama dengan sodokan penis Dante yang tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.