Devil's Fruit (21+)

Dante Kecewa Tidak Dikunjungi Andrea



Dante Kecewa Tidak Dikunjungi Andrea

0Fruit 135: Dante Kecewa Tidak Dikunjungi Andrea     

Meski Andrea sedih, ia masih bersemangat menguliti para Mammoth dibantu Dante dan juga Rogard. Untuk para anak-anak Mammoth, Andrea memutuskan untuk menidurkan mereka dalam tidur panjang di alam ilusi buatan Andrea sehingga mereka tidak merasakan sakit ketika mati.     

Andrea menggunakan api Cero untuk melenyapkan bangkai Mammoth dewasa hingga menjadi abu setelah dia mengambil semua gading emas berharga dari Mammoth.     

Setelah itu, gadis Cambion mengeluarkan kekuatan besar bumi dia untuk membuat lubang sangat besar dan dalam berdiameter dua puluh kilometer untuk menguburkan anak-anak Mammoth tanpa menguliti mereka. Itu adalah sebuah bentuk penghormatan dan permintaan maaf Andrea pada mereka.      

Usai itu, ia merasa lega dan menyusut air matanya. Tumpukan tinggi kulit tebal Mammoth ia bawa ke Cosmo. Sedangkan untuk gadingnya, ia simpan di RingGo. Ia bermaksud akan membuat sebuah terpal penghalau dingin yang ingin dia tempelkan ke seluruh pondok supaya pondok bisa terasa lebih hangat.     

Beberapa hari ini, iklim di alam Cosmo sepertinya terpengaruh dengan iklim alam Djanh. Karena pondok tidak ada pemanas dan Andrea juga malas jika harus menggunakan perapian, maka terpal dari bulu Mammoth adalah satu-satunya pilihan terbaik.      

Meski pondoknya termasuk canggih berisi benda-benda seperti di dunia modern, anehnya justru tak ada pemanas udara atau pendingin udara. Hanya mengandalkan udara dari pegunungan yang ada di sana.     

Untuk gading-gading emas, dia belum tau apa yang harus ia lakukan pada mereka. Mungkin nanti saja dia pikirkan kalau sudah mempunyai waktu luang.     

Beberapa hari kemudian, mereka bertemu dengan seekor kura-kura sebesar rumah ukuran tipe 21. Kura-kura itu berelemen air, mampu menyemburkan air setajam pisau dari mulutnya.     

Dante, Andrea dan juga Rogard bekerja sama untuk menaklukkan kura-kura gigantic itu. Setelah melalui perjuangan yang tak terlalu panjang, mereka berhasil membunuh kura-kura gigantic itu.     

"Ah! Kayaknya cangkang nih mbah kura-kura sia-sia banget kalo gak dimanfaatin, ya kan Dan? Kamu setuju, kan?" Andrea menatap penuh arti ke Dante.     

Dante menghela napas berat dan paham. Itu artinya, Andrea meminta dia membantu untuk memisahkan cangkang dan tubuh si kura-kura. Yang bekerja lebih keras tentu saja Rogard yang musti keluarkan kekuatan besarnya untuk menebas cangkang bawa kura-kura yang keras agar bisa terbuka.     

Mereka merasa membuka cangkang kura-kura gigantic itu lebih melelahkan ketimbang bertarung dengan hewan jumbo tersebut.     

Setelah perjuangan luar biasa Dante dan Rogard, Andrea tersenyum lebar mendapati cangkang besar kura-kura yang mirip seperti perahu yang bisa dimuati oleh tiga puluh hingga empat puluh orang dewasa sekaligus.     

Andrea pun menyimpan cangkang itu ke RingGo dan belum tau akan digunakan untuk apa. Ia hanya merasa sayang saja jika menyia-nyiakan barang fantastis seperti itu.     

Dua hari berikutnya setelah mereka berhasil menumpas gerombolan kucing liar sebesar babi berelemen petir, mereka menemukan sebuah sungai air asin.     

"Kayaknya ini sungai yang sama ama yang dulu pernah kita temui, yah Dan? Alirannya ternyata nyampe ke sini." Andrea mengerutkan keningnya.     

"Hm." Dante merespon singkat. Itu memang ciri khasnya!     

"Aha!" Andrea mendadak berseru disertai wajah sumringah. "Aku sekarang tau apa kegunaan tuh cangkang segede Gaban!"     

Satu jam berikutnya, Dante hanya menatap datar ketika Andrea sibuk melobangi tanah di belakang pondok. Dia menggunakan kekuatan bumi dia untuk membuat lubang pada tanah tersebut. Lubang itu sangat besar.     

Kadang Dante diminta untuk membantu menghancurkan batu keras menggunakan tenaga petirnya dan Andrea akan meneruskan penggaliannya.     

Setelah selesai, ternyata lubang besar itu diisi oleh cangkang kura-kura yang sudah dibersihkan dan dimurnikan oleh Andrea. Cangkang besar itu dihadapkan ke atas membentuh kubah cekung raksasa.     

"Bocah, apakah kau berencana ingin membuat kolam renang?" tanya Dante heran.     

Andrea meringis dan terkekeh tak menjawab. Ia justru menggunakan kekuatan pengendali dia untuk memindahkan air di sungai asin menuju ke cangkang kura-kura di alam Cosmo. Dia mengerahkan banyak kekuatan untuk memenuhi cangkang jumbo sebesar rumah tipe 21 itu dengan air asin.     

"Kenapa kau buang-buang tenaga untuk hal begini, bocah?" Dante berdiri tenang di samping Andrea ketika mereka di tepi kolam buatan nan unik hasil usaha Andrea.     

"Kau tau, ini sama seperti prinsip pasokan air asin untuk membumbui makanan kita agar lebih gurih!"     

"Hm?"     

"Dante, air asin yang kita tampung di bambu sudah mulai menipis. Dan ini artinya kita punya persediaan air asin baru!"     

"Hm."     

"Kenapa, yah, saban kita hampir kekurangan sesuatu, pasti tiba-tiba alam si kancut itu menyediakan apa yang kita butuhkan?" Andrea bertanya-tanya. "Jangan-jangan... Djanh-piiipp itu selalu mengamati semua kegiatan kita di sini?"     

Membayangkan pikirannya sendiri, Andrea bergidik dan secara refleks menutupi dadanya menggunakan kedua lengannya, seolah-olah ia merasa bisa saja Djanh selama ini sudah sering mengintip dia mandi atau berganti pakaian ketika mereka masih belum bisa memasuki alam Cosmo.     

"Hm..."     

"Dasar Djanh-piippp! Awas aja kalo benar dia gitu!" Persimpangan siku imajiner di dahi Andrea muncul menunjukkan dia kesal.     

Karena Dante menolak membantu memindahkan air dari sungai asin ke kolam buatan Andrea, gadis itu terpaksa melakukan semuanya sendirian hingga menghabiskan energinya seharian ini.     

Sedangkan Dante malah bersantai di teras pondok menikmati angin sejuk yang menghembus membelai kulitnya. Rogard duduk di sebelahnya. Mereka berbincang hal-hal yang menarik bagi mereka berdua.     

Andrea hanya bisa mengutuk Dante berulang-ulang dalam hatinya. Ia menatap tajam ke Dante saat mendapati lelaki Nephilim itu bersantai di teras tanpa mau membantunya. Andai tatapan bisa membunuh, Dante sudah mati berkali-kali sejak tadi.     

Malam itu, Andrea merasakan tubuhnya nyaris remuk tak bersisa. Usai makan malam, ia pun segera mengunci diri di kamar untuk lekas lelap. Ia tak lupa memakan satu Pil Inti agar tak perlu mengunjungi Dante. Ia sedang kesal pada lelaki itu!     

Dante yang mengamati Andrea, mulai mempersiapkan diri jika malam ini dia akan dikunjungi Andrea guna memanen spermanya seperti biasanya jika Andrea kelelahan luar biasa.      

Setelah dia menyantap semua daging yang disediakan Andrea, ia menyimpan Rogard di tubuhnya dan menuju ke kamarnya, bersiap untuk tidur, dan juga bersiap didatangi Andrea.     

Jangan-jangan, alasan Dante tidak mau membantu Andrea, semata-mata karena dia ingin Andrea kelelahan dan akan mendatanginya di alam mimpi pada malamnya?     

Ah, Tuan Nephilim, terkadang kelicikanmu itu memang sesuatu.     

Semoga saja Andrea tidak tau taktik curang Dante atau gadis itu bisa melakukan BDSM memakai cambuk dan duri-duri yang ditakuti Dante.     

Tuan Nephilim, kau benar-benar bermain api!     

Dante mulai pejamkan mata. Ia tersenyum dalam tidurnya.     

Dan ketika ia membuka matanya, sinar matahari pagi sudah menyorot. Ia terkejut. Ini sudah pagi? Malam sudah terlewati? Apakah itu artinya... Andrea tidak mendatangi Dante?     

Bergegas, Dante lari ke jendela kamarnya dan ia memang melihat Cosmo sudah disirami oleh pancaran sinar mentari pagi yang lembut.     

Mengetahui itu, Dante hela napas. Ada kecewa berkilat di matanya. Mungkin Andrea rela menelan Pil Inti sebelum tidur. Itu saja dugaan Dante.     

Berjalan lunglai—–bukan karena usai dipanen spermanya, tapi karena kecewa—–Dante pun keluar dari kamarnya, bersiap makan sarapan pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.