Devil's Fruit (21+)

Kondisi Rogard



Kondisi Rogard

0Fruit 133: Kondisi Rogard     

Sesorean ini, Andrea terus merengek ke Dante agar dia mengeluarkan Rogard. Mereka sudah ada di alam Cosmo.     

"Ayo, dong, Dan~ keluarin Rogard kamu. Puhliiiissss~" Andrea terus membuntuti Dante demi membujuk pria itu untuk mengeluarkan Pedang Rogard-nya.     

Dante jengah. "Apaan kau ini, Andrea? Jangan terus mengikutiku!" Ia menghardik Andrea untuk berhenti membuntuti dia ke sana dan ke sini sambil merengek di belakangnya.     

"Danteeee~" Rengekan Andrea belum usai. "Please keluarin dia sebentar aja!"     

"Maumu apa, sih?"     

"Cuma mo minta maaf ke dia," sahut Andrea dibarengi tatapan memelas, berharap Dante akan luluh dan memenuhi permintaannya.     

Pria Nephilim itu hanya mendengus lalu berjalan tak menggubris Andrea yang bagai anak kucing kelaparan mengeong sepanjang waktu minta makan.     

"Daannteeeee~ aku kan cuma mo minta maaf doang, kagak mo ngapa-ngapain lagi kok! Suer! Berani sambar geledek, deh! Terserah geledeknya siapa, si Djanh-piipp atau punya Rogard." Andrea sudah acungkan dua jarinya membentuk gestur sumpah.     

Dante berhenti. Itu karena Andrea sudah mencegat langkah kakinya. Mereka sudah tiba di depan kolam panas. "Minggir. Aku ingin berendam," usir Dante sambil tatap datar Andrea yang masih mengeong tak jelas.     

"Aku tu banyak dosa ke dia." Andrea masih gigih. Rasanya ada yang mengganjal di batin setelah dia melihat tatapan sengit dari Rogard usai pertempuran mereka melawan beruang kutub raksasa tadi. Andrea jadi tak enak sendiri.     

"Humph!" dengus Dante tak peduli.     

Andrea pun merundukkan kepala ke arah perut Dante. "Rogard, kamu dengar aku, kan pasti? Rogard ganteng, Rogard perkasa, aku minta maaf yah kalau aku sudah menyinggung kamu dengan maksa kamu jadi alat panggangan ama jadi alat bukaan buah! Rogard, keluar dong."     

Dante tatap dingin Andrea yang sedang berbicara dengan perutnya. Wajahnya menghitam suram melihat kelakuan si Cambion. "Kau pikir aku ini sedang hamil, heh?"     

Andrea mendongak. "Eh, emangnya dia ada di mana, sih?"     

"Di sini." Dante mengelus benda di selangkangannya.     

Muka Andrea merah seketika. Ia menjewer telinga Dante saking kesalnya. "Kau pikir aku percaya, heh?! Dasar Nephilim mesum!"     

"Aduduh! Iblis sialan! Apa kau tak takut disambar petir, heh?!" seru Dante sambil melepaskan tangan Andrea dari telinganya. Lalu ia mengusap-usap telinga yang menjadi sasaran pem-bully-an Andrea baru saja.     

"Hmph! Salah sendiri!" Andrea lipat dua tangannya di depan dada diiringi muka kesal. "Tadinya aku kepingin tendang kamu atau tusuk-tusuk pantat-piippp kamu pake duriku!"     

"Tsk! Sudah! Minggir sana! Aku mau berendam!" usir Dante.     

"Keluarkan dulu—–KYAAAKKHH! DANTE MESUM-PIIIIPPPP!" Gadis Cambion itu berteriak kencang ketika Dante seenaknya saja memelorotkan celana pendeknya saat lelaki itu sudah bertelanjang dada dari pondok. Otomatis sekarang dia telanjang bulat.     

Andrea kesal hingga ke ubun-ubun. Ia buru-buru balikkan badannya dibarengi wajah merah padam.     

"Masih tak mau pergi?" tanya Dante dengan nada menyindir. "Atau kau ingin berendam bersamaku di sini? Sepertinya itu lebih baik, bukan? Apalagi kau sudah sering melihatku telanjang. Tak perlu malu begitu..."     

"Huh! Karena aku ini wanita terhormat, lebih baik aku menunggumu di pondok saja!" Sambil menghentak-hentakkan kaki, Andrea melangkah kesal ke pondok. Dante sangat mudah mengusir Andrea dengan cara demikian.     

Pria Nephilim itu mendengus geli karena tingkah Andrea yang masih saja malu-malu bila di luar alam mimpi. Kemudian dia berbalik dan mulai memasuki kolam. Ia ingin berendam sejenak sebelum makan malam tiba.     

"Rogard, keluarlah."     

Tiba-tiba baut petir kecil keluar dari tubuh Dante dan menjelma menjadi Rogard secara fisik manusia. "Tuan." Ia membungkuk hormat ke Dante yang sudah damai di dalam kolam.     

"Ayo, berendam bersamaku, sekalian kita mengobrol. Tentu itu lebih menyenangkan daripada aku diam sendirian di sini." Dante rentangkan kedua tangan ke tepian kolam dengan sikap santai.     

Tak berapa lama, Dante sudah berendam bersama Rogard.     

"Kenapa kau memunculkan bentuk manusia hari ini?"     

"Karena kekuatan saya semakin besar, maka saya sudah bisa mengambil bentuk manusia, Tuan. Dengan begini, saya bisa lebih berguna untuk membantu Tuan."     

"Oh, ternyata begitu." Dante manggut-manggut paham.     

"Tapi, jika kekuatan saya bertambah lagi, saya akan mampu menampilkan pedang sebagai perwakilan jiwa saya saat pertempuran."     

"Maksudmu? Selain kau muncul dalam bentuk manusia dalam pertarungan, kau juga bisa memunculkan bentuk pedangmu?"     

"Benar, Tuan sangat cerdas."     

"Hm, jadi begitu."     

"Ya, Tuan. Dengan begitu, Tuan tetap bisa menggunakan pedang untuk bertarung dan juga ada saya yang akan ikut membantu Tuan."     

"Oh, itu pasti hebat. Tapi kau harus mengumpulkan kekuatan dulu, ya kan?"     

"Benar, Tuan."     

Satu jam berikutnya, mereka keluar dari kolam. Dante sudah mengelap tubuhnya memakai handuk yang sebelumnya sudah disiapkan Andrea di tepi kolam dari awal mula. Sedangkan Rogard, dia cukup menggunakan percikan petir kecilnya untuk melenyapkan air dari tubuh atletisnya.     

Rogard mengganti pakaiannya dengan pakaian sederhana ala pakaian lelaki Eropa kuno, yaitu celana ketat dan kemeja putih berumbai pada ujung lengan panjang dan bagian dadanya. Tampak sangat menarik. Apalagi memakai sepatu boot panjang hingga menutupi betis. Ia mirip atlit anggar jaman kuno.     

Dante mengamati Rogard yang tampil elegan bagai pria Eropa kuno. "Ayo ke pondok. Tak perlu lagi menghindari Andrea. Kalian bicaralah baik-baik. Kupikir dia benar-benar ingin meminta maaf padamu."     

"Baik, Tuan." Rogard tak berani menentang perintah Dante. Baginya, ucapan Dante adalah absolut!     

Tiba di pondok, Andrea tersenyum lebar ketika melihat Rogard muncul dalam bentuk manusia bersama Dante. "Waahh! Rogard! Rogard yang perkasa!" Mata Andrea mendadak menyemburkan hujan bunga musim semi. Meski itu imajiner.     

"Bocah, kendalikan dirimu, atau Rogard akan jijik dan masuk ke tubuhku," ancam Dante.     

"A-ah! Oke! Oke!" Andrea lekas mengangguk dan mulai menahan sikap fangirling dia. Entah, semenjak kekuatan Succubus dia bangkit, dia makin gampang terpesona dengan pria di atas rata-rata. Terlebih setelah dia sering mengunjungi Dante di alam mimpi, dia jadi memiliki ketertarikan pada lawan jenis.     

"Cepat sajikan makanan untuk kami." Dante mengajak Rogard untuk duduk di kursi makan. "Kami sudah kelaparan karena habis berendam."     

Andrea menenggelamkan kekesalan dia karena dianggap bagai pelayan saja oleh Dante, dan menjawab, "Iya! Aku sudah menyiapkan makan malam yang pasti enak, nih!" Bergerak cekatan, dia keluarkan beberapa piring berisi makanan dari daging berbau harum.     

Selama ini mereka hanya memakan daging dan daging saja karena tak ada sayuran atau bahan lainnya di alam itu. Paling-paling jamur saja bila menemukannya secara tak sengaja.     

Berkesempatan bertemu kembali dengan Rogard, Andrea meminta maaf dengan cara benar dan berjanji takkan melecehkan Rogard seperti sebelumnya. Dante ikut menjembatani Andrea agar Rogard mau mengerti kesukaran mereka berdua ketika awal-awal bertahan hidup di dunia Djanh.     

Berdasarkan bujukan tuannya, Rogard pun menggangguk dan setuju untuk memaafkan Andrea. Nona Cambion mendesah lega.     

"Rogard, ayo makan yang banyak. Kau kan juga pasti capek udah bertarung seharian ini." Andrea sodorkan sepiring daging ke Rogard.     

Tapi, tampaknya pria ungu itu tidak tertarik dan palingkan pandangan ke arah lain. Daging hanya mengingatkan dia akan pelecehan Andrea yang menggunakan dia sebagai alat pemanggang daging.     

"Rogard... gak doyan daging, yah?" tanya Andrea bingung.     

Dante yang sedang asik mengunyah daging di sisi Rogard pun menyahut. "Kalau kau peduli pada Rogard, lebih baik kau bantu dia mencarikan Beast elemen petir."     

"Oke!" Dalam sekejap, Andrea sudah menghilang dari alam Cosmo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.