Devil's Fruit (21+)

Rogard yang Sengit



Rogard yang Sengit

0Fruit 132: Rogard yang Sengit     

"Andrea, awas!!!" teriak Dante sambil melesat cepat ke arah Andrea dan menerjang gadis itu sebelum tubuh molek Andrea diterobos oleh pasak-pasak kayu dari moncong Beruang Kutub Bumi.     

Keduanya bergulingan di tanah salju. Tangan Dante melindungi kepala Andrea. Kalau bertanya kenapa dia seperhatian itu pada Andrea, pasti jawabnya adalah supaya dia tidak ikut mati kalau Andrea cedera parah di kepala.     

Betapa pemalunya Tuan Nephilim ini, tak berani jujur sesuai nuraninya.     

"Kau ini melamun apa, sih?" tegur Dante secara keras setelah mereka saling berbaring di tanah dingin menggigit tulang. Ia lekas bangun dan membantu Andrea berdiri karena tak mungkin berlama-lama berbaring bersama Andrea ala film-film romantis Bollywood. Masih ada dua Beast yang mengintai nyawa mereka.     

Sedangkan pria berambut ungu sedang sibuk menangani beruang lainnya.     

"Aku... Ah! Itu cowok ganteng dari mana?!" Mata Andrea sudah penuh akan bunga-bunga musim semi bermekaran menyesaki pupilnya.     

Dante hanya putar bola matanya, memandang jijik pada kelakuan Andrea.     

Karena Dante tak mau menjawab, Andrea mengguncang lengan Dante. "Kamu ternyata nyimpen saudara kamu, yah selama ini?! Ampun, deh Dan! Kenapa gak kenalin ke aku dari dulu!"     

Bukannya menjawab, Dante malah mendorong tubuh Andrea keras-keras hingga gadis itu terjungkal ke samping. Ternyata baru saja Burung Hering sudah terbang hendak menyambar Andrea dan Dante.     

Andrea sibuk merutuki aksi Dante yang mengejutkan dia. Wajahnya terbenam di salju secara tidak mengesankan sama sekali dengan bokong menjulang ke langit. Ia terbatuk beberapa kali dan meludahkan salju yang bercampur dengan tanah yang masuk ke mulut. "Dante-PIIIPPP! Kamu kalo cemburu gak perlu kayak gitu ke aku, napa?" Ia cepat bangun sebelum diserang lagi.     

Dante hendak menjelaskan mengenai Burung Hering yang tadi akan menyergap Andrea, namun urung. Ia malas memberikan alasan. "Aku hanya jijik dengan kebinalanmu hanya karena melihat lelaki tampan. Dasar Iblis Succubus, kau pantas menyandang nama itu." Ia pun mulai bersiaga untuk Beruang Kutub Bumi yang berjalan mendekati mereka.     

"Apa?! Apa kau sebut aku tadi?!" Andrea sudah berkacak pinggang, tak terima disebut Iblis, apalagi Succubus.     

"Andrea, diam dan lebih baik lawan hewan di udara itu! Dia berelemen angin, itu cocok untukmu! Aku akan tangani beruang yang ini!" Tanpa menunggu persetujuan Andrea, Dante sudah melesat ke arah beruang raksasa sambil menembakkan berbagai bola energi Vreth yang bermuatan petir ungu yang dia ubah menjadi bilah pasak tajam.     

Mengerutkan mulut karena kesal, Andrea pun balik badan memunggungi Dante dan ia mulai berkonsentrasi ke Burung Hering yang terbang rendah di atasnya. "Ayo sini kau, dasar botak-piiipp!" geram Andrea seolah-olah sedang melampiaskan kekesalannya pada burung pemakan bangkai besar di atasnya.     

Burung Hering seakan mengerti ucapan Andrea dan ia menukik turun dengan acungkan cakar tajamnya ke Andrea.     

Tentu saja Andrea sudah bersiap. Ia tau Burung Hering itu berelemen angin. Ia segera munculkan tembakan api Cero yang mengarah ke Burung Hering.       

Wuushh! Wusshh!     

Dua serangan api Cero melesat menerjang Burung Hering. Namun, ternyata Burung itu sigap berkelit meski tampaknya si burung terkejut tak mengira Andrea memiliki elemen api.     

Ketika burung itu hendak melarikan diri dari Andrea karena dia yakin takkan bisa menaklukkan si gadis Cambion yang berelemen api, Andrea lekas keluarkan Busur Cahaya Sparrow di atas pergelangan tangan kirinya beserta dengan panah Cero.     

"Jangan lari, woiii! Burung-piiippp!" teriak Andrea berang dan mulai membidik.     

Swoosss! Swoosss! Swoooss!     

Tiga panah Cero melesat cepat ke arah Burung Hering yang terbang pontang-panting meninggalkan Andrea.     

Zupp! Zupp!     

Dua panah Cero berhasil menembus tubuh Burung Hering dan membakar burung itu. Segera, langit dihiasi warna merah membara karena terbakarnya Burung Hering di angkasa.     

Tak mau kehilangan inti kristal dari Burung Hering yang pasti berharga, Andrea menggerakkan tangan mengeluarkan tenaga Mossa dan memaksa tubuh hangus burung pemakan bangkai itu ditarik ke arahnya.     

Jika dia menggunakan Mossa tadi, takkan berpengaruh karena Burung Hering masih memiliki kekuatan penuh. Setelah kini burung itu menjadi bangkai, itu memudahkan Mossa untuk menarik burung ke arah Andrea.     

Brukk!     

Bangkai hangus Burung Hering jatuh tepat tiga meter dari kaki Andrea yang memakai celana panjang bulu beruang kutub dan bersepatu tebal pula.     

Andrea dengan mudah meretakkan tengkorak kepala burung besar itu dan mengeluarkan inti kristal di dalamnya. Memang besar. Andrea tersenyum membayangkan banyaknya Pil Inti yang bisa dia buat dengan inti kristal Burung Hering ini.     

Kemudian dia menyimpan inti kristal Burung Hering ke RingGo. Pandangannya pun beralih ke Dante dan lelaki tampan misterius tak jauh di sana.     

Lelaki rambut ungu panjang itu hanya ulurkan tangannya dan petir ungu berderak keluar dari sana untuk menggempur tubuh besar Beruang Kutub Bumi yang mulai kewalahan. Bahkan ketika beruang itu mengeluarkan serangan elemen kayu, pria ungu itu dengan mudah mematahkan serangannya menggunakan ular petir ungu yang kejam menghantam pasak-pasak kayu menjadi serpihan kecil.     

Andrea termangu terus pandangi lelaki ungu berjubah ksatria kuno. Perasaannya mengatakan sosok rambut ungu itu familiar baginya. Ia miringkan kepala sambil sipitkan mata mencoba mengingat-ingat siapa kiranya lelaki itu.     

"Hati-hati matamu copot dan jatuh ke tanah, bocah Succubus!" Tiba-tiba Dante sudah ada di sisinya. Pria Nephilim itu sudah terlihat lelah. Beruang Kutub Bumi sungguh menguras tenaganya meski ia sebenarnya memiliki elemen petir yang ditakuti elemen bumi.     

Andrea melirik kaget ke Dante, lalu melihat bangkai beruang tak jauh dari Dante. Baru saja ia ingin menyahut sindiran Dante, ia dikagetkan dengan kemunculan lelaki rambut ungu berpenampilan tegap gagah mirip dengan Dante, hanya lelaki itu lebih tinggi sedikit dari Dante.     

"Sudah, Tuan." Rogard mengangguk hormat ke Dante.     

Gadis Cambion itu bingung mendengar lelaki rambut ungu itu memanggil Dante 'tuan'. "Heh? Tuan?" Ia menatap pria misterius dan Dante bergantian dengan tatapan heran. Apakah Dante punya pelayan lain selain Erefim yang pernah beberapa kali dilihat Andrea? "Errmm~ halo... apakah kau... Erefim dalam bentuk lain?"     

Pria itu melirik sekilas dan selanjutnya tidak menggubris Andrea. Seolah ada rasa permusuhan antara dia dan Andrea. Dante mendengus geli. Ia sangat paham kenapa Rogard bersikap demikian pada Andrea.     

"Tuan, saya sudah selesai di sini. Saya akan kembali—–"     

"Eits, tunggu!" Andrea sudah menahan lengan baju pria misterius di depannya. "Kamu siapa, sih? Kenapa baru muncul sekarang? Aucchh!" Andrea lekas lepaskan pegangannya pada baju Rogard karena tiba-tiba saja ia merasakan sengatan listrik. Ia lekas tiup-tiup tangannya yang memerah sakit.     

Pria itu menatap tajam dan sengit ke Andrea sambil melepaskan senyuman angkuh dengan gerakan perlahan. "Jangan mudah menyentuh saya atau Anda akan merasakan akibat seperti yang baru saja terjadi."     

"Hah?" Andrea masih tak bisa memproses ucapan Rogard yang sepertinya memiliki aroma ancaman. Otaknya segera bekerja cepat. Rasanya sensasi sengatan ini tidak asing. Ini mirip dengan sengatan jika dia—– "Ro-Rogard? Kamu... Pedang Rogard punya Dante?!" Matanya membelalak lebar, berharap pria di depannya berkata 'bukan'.     

Sayangnya Rogard justru menyeringai ke Andrea. "Itulah saya. Rogard, kebanggaan Tuan Dante." Ia menaikkan dagunya secara arogan menatap Andrea yang tertegun. "Saya harap, Nona tidak lagi menjadikan saya alat pemanggang atau pengupas buah." Lalu, pria ungu itu tiba-tiba berubah menjadi petir kecil dan masuk ke dalam tubuh Dante.     

Andrea kerjap-kerjapkan matanya, takjub.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.