Devil's Fruit (21+)

Datang Berkunjung Lagi (21+)



Datang Berkunjung Lagi (21+)

0Fruit 122: Datang Berkunjung Lagi     

"Kau Pedang Rogard?!" Dante lekas keluarkan pedang itu dengan pikirannya dan pedang besar berwarna ungu pun tampil di tangan kanannya.     

"Cepat bawa saya ke tikus tadi, Tuan."     

"Hm, oke."     

Dengan menggunakan pikirannya, Dante keluar dari alam Cosmo menuju ke tikus yang sedang tertidur pulas tadi.     

"Arahkan ujung saya ke tubuh tikus itu."     

Dante menuruti permintaan Rogard. Ujung pedang besar yang tajam itu ditempelkan ke tubuh tikus, dan segera saja tiba-tiba aliran petir putih mengalir keluar memasuki bilah pedang milik Dante melalui sentuhan ujungnya.     

Pedang Rogard terus menghisap kekuatan petir putih Tikus Raksasa hingga akhirnya tikus itupun layu dan kering tanpa kehidupan, mati. "Terima kasih, Tuan."     

"Hm." Dante ingin bertanya lebih lanjut, namun ia memutuskan untuk kembali ke alam Cosmo dahulu karena berada di luar begitu sangat berbahaya.     

Begitu dia sudah mencapai ke dalam alam Cosmo, Dante membawa pedang besarnya ke dalam pondok dan meletakkan pedang itu di atas meja kayu sederhana ruang makan pondok.     

"Pedang Rogard, jadi kau bisa bicara?" Dante akan memulai interogasinya. Ia duduk bersidekap tangan di depan dada.     

"Ya, Tuan. Sedari awal saya memang bisa berbicara," jawab Pedang Rogard. Suaranya mirip dengan suara lelaki paruh baya. Dante membayangkan sosok lelaki usia lima puluh tahun dan berjenggot lebat.     

Imajinasi yang hebat, Tuan Nephilim!     

"Kenapa kau tak pernah bicara sebelumnya? Kenapa baru sekarang?"     

"Itu karena... kekuatan saya belum cukup saat itu."     

"Maksudmu... sekarang kau sudah memiliki kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya?"     

"Benar, Tuan. Sekarang saya sudah lebih kuat karena telah menyerap kekuatan petir tikus tadi."     

Dante terdiam sejenak memikirkan ucapan pedangnya. "Hm... apakah kalau kau menyerap kekuatan petir lainnya, maka kau akan bertambah kuat lagi nantinya?"     

"Ya, Tuan cerdas."     

Dengan jawaban itu, Dante mencapai komprehensi bahwa pedang petirnya ini akan bisa terus tumbuh kuat jika menyerap tenaga petir dari makhluk elemen petir lainnya.     

"Pedang Rogard, apakah kau setelah ini harus menyerap energi petir putih terus?" tanya Dante agar lebih paham.     

"Panggil saja saya Rogard, Tuan. Dan mengenai pertanyaan Tuan tadi, saya bisa menyerap tenaga petir level apapun, meski jika saya bisa menyerap energi petir putih itu lebih baik, namun saya tidak pilih-pilih, Tuan."     

"Tsk!" Dante mendecak ke pedangnya yang masih diam berbaring di atas meja. "Jadi yang kau butuhkan hanya energi petir, apapun levelnya? Meski itu level rendah seperti petir kuning?"     

"Ya, benar sekali, Tuan."     

"Hm..."     

"Tuan?"     

"Apa?"     

"Bisakah Tuan tidak lagi menggunakan saya sebagai alat pemanggang atau pembuka buah?"     

"Uhuk!" Dante sampai tersedak liurnya dan terbatuk beberapa kali. "Ehem! Itu..."     

"Saya... sangat rendah diri jika diperlakukan demikian rupa." Nada suara Pedang Rogard tampak memelas. Dante lekas membayangkan lelaki paruh baya berjenggot lebat yang menatap tak berdaya padanya.     

"Tenang saja, kau sudah tidak lagi diperlukan untuk memanggang atau membuka buah."     

"Terima kasih, Tuan... saya sangat lega mendengarnya."     

Tak lama, Dante beranjak ke kamarnya sendiri dan menyimpan Pedang Rogard dalam pikirannya. Tentu saja ia tak perlu repot-repot membawa pedang sebesar itu kemana-mana karena pedang tersebut bisa disimpan di pikiran Dante dan bisa dikeluarkan kapanpun Dante butuh.     

Berbaring di ranjangnya, Dante mulai pejamkan mata.     

Namun, belum ada satu jam dia terlelap, Dante terbangun karena merasa ada yang menyentuh tubuh bawahnya.     

"Andrea!"     

Ia kaget karena mendapati Andrea sudah melucuti celana dalam Dante dan mengeluarkan penisnya untuk dihisap-hisap.     

Pikiran Dante langsung bulat. "Kau menggangguku lagi di mimpi, dasar Iblis binal!" rutuk Dante.     

Andrea yang duduk merunduk di depan selangkangan Dante, hanya menatap mata marah Dante tanpa melepaskan penis Tuan Nephilim dari kungkungan mulutnya.     

"Errnghh! Andrea, berhenti! Mgghh!" Dante rasanya ingin mendorong kepala Andrea kuat-kuat. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Dua tangan yang ingin digunakan untuk mendorong justru mencengkeram kepala Andrea dan menggerakkan maju mundur.     

"Aarrghh... sialan kau, Andrea! Sialan!" Dante paham ini bukan alam nyata, namun alam mimpi. Andrea mendatangi Dante lagi di alam mimpi. "Andre-aarghh, berhentiii-mmghh!"     

Namun, hisapan mulut Andrea terus saja berlanjut tanpa gadis itu mengatakan apa-apa. Mulut itu terus menerus mengocok batang penis Dante meski hanya separuh karena tidak bisa menjejalkan seluruh penis besar dan panjang Dante ke dalam mulutnya.     

Batang yang tak bisa masuk ke mulut pun dikocok tangan Andrea, sedangkan tangan lainnya meremas-remas lembut bola kembar di bawah penis Dante. Pria Nephilim mengerang nikmat akan perlakuan mulut dan tangan Andrea.     

Lebih-lebih, lidah Andrea sangat piawai menari lincah di kepala penis Dante. Itu membuat Dante menggila dan setelah setengah jam, Dante menyerah dan membiarkan Andrea meneguk semua cairan yang menyembur keluar.     

Dante tau ini hanya mimpi. Dia sudah tidak bisa diperdaya lagi menganggap keintiman yang mereka lakukan adalah nyata. Andrea memiliki gen Iblis Succubus, maka tak heran jika ia bisa mendatangi Dante di alam mimpi untuk bersenggama.     

Mengetahui itu, Dante tidak menahan lagi. Lebih tepatnya, dia tidak bisa menahan lagi hasratnya. Hatinya tidak bisa berkelit untuk memungkiri bahwa dia mendambakan Andrea meski sikapnya berlawanan. Jika dia hanya bisa memiliki Andrea di alam mimpi, itu sudah cukup.     

Maka, setelah Dante selesai di-blow job Andrea, ia lekas baringkan gadis itu telentang dan menusuk vagina Andrea dan memompa kuat-kuat hingga Andrea tak bisa menyembunyikan suara erotisnya lagi.     

"Hangh! Angh! Dante~ angh!"     

"Ya, terus! Terus mengerang dan mendesahkan namaku, Andrea! Terus!" Dante kian beringas menggila di atas tubuh Andrea yang telanjang.     

Tuan Nephilim memuaskan hasratnya tanpa ditahan-tahan lagi. Toh ini hanya mimpi, tak masalah dia menggila pada Andrea.     

Puas menyemburkan ejakulasi keduanya, Dante membalikkan Andrea di posisi menungging dan kembali melesakkan batang kokoh dia yang belum layu ke dalam vagina Andrea. Di alam mimpi, Dante tak perlu menunggu beberapa menit agar penisnya kembali tegang.     

Kedua tangan Andrea di raih dari belakang dan ditahan bagai Dante sedang mengekang kuda sambil ia menyodokkan penisnya kuat-kuat ke Andrea sehingga gadis itu tersengal-sengal mengerang tanpa henti seirama dengan hentakan Dante.     

Selanjutnya, dua tangan Dante mencapai ke dua payudara montok Andrea dan tubuh mereka sama-sama tegak dengan Tuan Nephilim masih di belakang Andrea. Satu tangan Dante meremas-remas payudara Andrea, dan tangan lainnya menolehkan wajah Andrea agar dia bisa mencumbu puas bibir Andrea.     

Satu tangan Andrea meraih ke belakang dan meremas rambut legam Dante sembari mereka saling mencumbu dan menghisap bibir satu sama lain, saling memagut satu sama lain.     

Ketika Dante nyaris mencapai limit, ia mendorong tubuh Andrea menjadi tengkurap sehingga penis Dante terlepas dari dekapan vagina Andrea. Dante membuka paha Andrea walau gadis itu masih dalam posisi tengkurap, kemudian ia desakkan masuk sang pusaka kebanggaan ke dalam liang hangat milik Andrea, meminta liang itu kembali mendekap batang jantannya erat-erat seperti sebelumnya.     

Erangan Andrea kian keras seiring Dante kian agresif memompakan penisnya dalam-dalam ke vagina sang Cambion. Tubuh Andrea melengkung ke atas dengan bertumpu pada dua siku akibat birahi yang diberikan Dante.     

Dua tangan Dante meremas kuat-kuat pantat Andrea ketika ia akhirnya menembakkan peluru cair nan hangat ke liang spesial Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.