Devil's Fruit (21+)

Malam Erotis (21+)



Malam Erotis (21+)

0Fruit 118: Malam Erotis     

"Andrea, kamu apa-apaan!" Dante gusar karena Andrea makin berani merangsek naik ke ranjangnya.     

"Dante... aku gak bisa tidur, nih! Gimana, dong? Temani aku main aja, yah!" Andrea malah duduk di perut bawah Dante sementara lelaki itu masih rebah telentang tanpa bisa mencegah kelakuan Andrea.     

"Andrea, jangan ngawur!" Dante berusaha menolak tangan Andrea yang sudah mengelus pipinya.     

Gadis itu merunduk ke wajah Dante sehingga kedua payudaranya begitu menantang ketika terlihat oleh mata Dante. "Masa sih gini aja ngawur? Ini beneran! Seratus persen benar! Gak ngawur~" Di akhir kalimat, Andrea berbisik seduktif di telinga Dante.     

Kemudian Andrea menggerak-gerakkan pinggulnya di atas perut bawah Dante sehingga kemaluan mereka saling bergesekan meski masing-masing masih terhalang celana dalam keduanya. Malam ini Dante hanya tidur menggunakan celana dalam saja.     

"Daann... eemmhh..." lenguh Andrea sambil ia merunduk dan menciumi dada Dante.     

"An-Andrea jang—ahkh! Kamu!" Dante menahan seruannya ketika mulut binal Andrea sudah menghisapi puting mungil Dante. "Orrghh—shit, you demon!"     

Andrea menghentikan kegiatannya di puting Dante sambil melirik ke mata Dante yang memandanginya. "Jangan panggil iblis, dong ah~" Nada merajuk manjanya menguasai pendengaran Dante.     

"Memangnya kau minta dipanggil apa, hm?" Muka datar Dante masih bertahan meski jantungnya berdebar kencang.     

"Panggil sayank, boleh... atau panggil sweetie, juga boleh... yang manis-manis, dong..." Jari lentik Andrea mengelus-elus puting Dante sebelum kemudian meluncur turun ke perut saat Andrea menegakkan punggungnya.     

Gadis Cambion itu menggeser duduknya lebih merosot ke selatan Dante lagi agar kedua tangannya bisa mengelus benda yang menggunduk di selangkangan Dante.     

"Andrea, stop! Argh!" Dante lemparkan kepalanya ke belakang saat tangan Andrea sudah meremas-remas batang jantannya yang sudah menegang arogan ketika dikeluarkan dari sangkar kain yang terbuat dari kulit bulu binatang.     

Geraman rendah Dante kian muncul memenuhi udara ketika batang jantan arogan itu terkurung setengahnya di mulut hangat Andrea. Gadis itu bagai seorang piawai dengan kegiatan blow job ini membuat Dante kewalahan mengatur napas dan kewarasannya.     

Padahal dia sudah berikrar pada dirinya sendiri untuk tidak lagi merasakan perasaan khusus apapun pada Andrea selain hanya sebagai patner perjalanan. Tapi kalau begini—lelaki mana yang kuat?     

"Arrgkhh... Andrea..." deram Dante dengan suara rendah dan dalam.     

Dante merubah posisi mereka menjadi enam sembilan dengan Andrea masih berada di atas Dante. Celana mungil G-string dari bulu binatang yang dipakai Andrea sudah enyah entah di mana, sehingga Dante bisa lebih puas mengeksplorasi kewanitaan Andrea yang mulai basah.     

Keduanya saling memberi kenikmatan satu sama lain dengan mulut mereka masing-masing, menciptakan lenguh tertahan yang saling bersahutan di ruang itu, memenuhi udara malam ini mewakili nyanyian jangkrik di luar sana.     

"Emmrrghh... Anghh—Dante..." Andrea menoleh ke belakang, tak berdaya ketika mulut rakus Dante melumat dan bercumbu dengan bibir labia mayora dan klitoris Andrea.     

Gadis itu pun membalas dengan makin giat mengulum dan mengocok kejantanan sang Nephilim, memainkan lidahnya menggeliat di ujungnya membuat Dante menggeram terus menerus tak berjeda.     

Peningkatan kepiawaian Andrea dalam hal blow job ini seakan-akan mengikuti kepiawaian dia yang meningkat dalam hal bertarung dengan Beast. Itu menjadikan Tuan Nephilim menyerah lebih dahulu dan membiarkan Andrea menelan habis seluruh peluru cair yang Dante tembakkan ke mulut sang Cambion.     

Setelah itu, Andrea tak mau menunggu. Ia memutar badannya dan mulai mengarahkan pusaka besar Dante ke arah liang hangat dia sendiri dengan posisi woman in top. "Aaaanghh~" Ia melenguh binal ketika penis Dante melesak masuk memenuhi rongga ketatnya.     

"Errmmghh~" Dante pun demikian. Ia tak menyangka bakal melakukan ini di saat hubungan mereka sudah hambar. Padahal dia mati-matian menginginkan ini saat mereka masih hangat sebagai pasangan baru. "Dasar kucing iblis!"     

Dante melampiaskan kekesalan sekaligus hasrat terpendamnya pada liang Andrea.     

"Angh! Hangh! Anghh! Daann~ angh!" Andrea terlonjak-lonjak sewaktu Dante keras menghujamkan tonggak tegangnya dalam-dalam ke vagina hangat si Gadis Cambion. Dua tangan kokoh Dante mencengkeram erat-erat pinggul Andrea agar dia bisa bebas kendalikan permainan.     

Padahal Dante baru saja ejakulasi, namun itu tidak mampu menghalangi hasrat menjulang sang Nephilim yang sudah ia tahan lama. Tonggak itu begitu prima dan patuh mengikuti kemauan pemiliknya yang ingin terus menegang selama yang dia mau.     

Andrea masih terus saja melenguh dan terpekik-pekik kecil saat Dante makin mempercepat laju penisnya.     

Kali ini Dante ingin bertindak egois. Ia ejakulasi lagi setelah hampir setengah jam menghentak Andrea dari bawah. Dante yakin miliknya tak membutuhkan waktu lama untuk segera bangkit akibat hasrat yang sudah terakumulasi.     

Benar saja, tanpa mencabut penis dari liang Andrea, sang penis mulai kembali bangkit kencang meski baru beberapa menit lalu melontarkan misil cair.     

Dante kali ini tak mau terburu-buru meski sudah mulai tegang lagi. Ia ingin menikmati ini. Ia tak mau malam ini berlalu cepat dan singkat. Ia ingin mereguk Andrea sebanyak dia mau.     

Tuan Nephilim meraih dua payudara Andrea yang sangat ia gandrungi dan lepaskan penghalang kain di sana lantas kain kulit itu ia buang sembarangan, tak sabar ingin merasakan kekenyalan hakiki dari bongkah kembar yang kerap ia rindu.     

Andrea melenguh ketika dua payudaranya diremas kuat dan lembut secara bergantian, dimainkan oleh tangan besar dan kokoh Dante sebelum akhirnya tubuhnya ditarik dikarenakan Tuan Nephilim ingin menyesap rakus kedua puting Andrea bagai bayi rakus secara bergantian kanan dan kiri.     

"Haanghh~ Dante~"     

"Sccrpphh! Scrrpphh! Terus sebut namaku! Scrrpphh!" Dante memberikan perintah absolut dengan nada tegas disela hisapannya pada puting tegang Andrea.     

Gadis itu patuh dan terus saja mengalunkan nama pria itu bagaikan sebuah mantra cinta yang penuh kemanjuran berdaya magis. Nyatanya, itu memang berhasil membuat Dante mulai menggila dan berikan hentakan-hentakan tegas di selatan sana sembari Andrea masih merunduk menyerahkan kedua payudaranya untuk dikuasai mulut dan tangan Dante.     

Lagi-lagi, nyaris setengah jam berikutnya dari permainan panas itu, Dante serahkan cairan pekatnya ke Andrea.     

Sreett!     

Bruk!     

Dante mencabut penis dan mengubah posisi mereka. Kini Andrea harus pasrah di bawah kungkungan tubuh gagah Dante yang mengurungnya secara posesif. "Kamu tak boleh menyesali ini, Andrea. Kau yang memulainya, kau tau?"     

"Hu-um, aku... aku tau—aarghh!" Andrea gagal melengkapi semua kalimat yang akan muncul dari mulutnya karena batang arogan Dante sudah mendesak masuk secara kuat dan segera menyentak memacu batang itu tanpa jeda di liang ketat Andrea.     

Gadis itu tidak menyangka Dante malam ini begitu perkasa dan sudah berkali-kali berhasil mendapatkan ereksinya meski baru saja ejakulasi. Andrea bertanya-tanya, apakah ini karena lelaki itu sudah menahannya terlalu lama?     

Tersenyum penuh pengertian, Andrea menatap lembut wajah di atasnya yang sedang tegang dan serius menatap dia. Satu tangannya mengelus pipi Dante. "Dante~ maafkan yang kemarin, yah..." bisik Andrea lirih dan mendayu.     

Jakun Dante bergerak-gerak dengan mata berkilat. Ia makin memacu batangnya hingga tubuh Andrea terhentak-hentak ke atas dan lenguhan mereka berdua saling bersahutan menguasai malam, mengalahkan nyanyian jangkrik yang malu karena kalah merdu.     

Dengan menyatukan dua tangan Andrea ke atas kepala si Cambion dan Dante merundukkan wajah untuk ditenggelamkan ke ceruk leher Andrea, pria itu makin beringas memompa liang ketat Andrea tanpa peduli rintihan dan pekik erotis Andrea.     

Gadis itu juga mengimbangi dengan belitkan kedua kakinya pada pinggang Dante, mengakibatkan darah Tuan Nephilim kian terpacu untuk terus menggapai puncak asmara.     

"Andrea!" Napas Dante kian memburu. Ia mulai merasakan dorongan yang mengalir deras yang amat dia kenal.     

"Daann~ Dante~ agh!" Andrea juga memberikan semangat dengan terus mengalunkan nama sang arjuna.     

Keduanya makin menggila dan bergerak secara harmonis tanpa perlu adanya aba-aba atau pengaturan apapun, semuanya satu irama sesuai insting dasar masing-masing.     

Peluh terus bermunculan dan saling menyatu menjadi sebuah aliran yang menganak sungai di tubuh mereka, bercahaya penuh kemilau ketika tertimpa sinar putih rembulan.     

"Dante~"     

"Sebut namaku terus, Andreaaaa!"     

"Daannteee~ Danteee~"     

"Andrea! Andrea! An—AARHHHH!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.