Devil's Fruit (21+)

Memeluk Lagi Seperti Dulu



Memeluk Lagi Seperti Dulu

Fruit 115: Memeluk Lagi Seperti Dulu     

Dante akhirnya memeluk pinggang Andrea di udara sementara gadis itu melawan Gagak Angin Legam menggunakan kekuatan apinya yang kuat, yang ia percaya akan memberikan efek mematikan bagi si gagak.     

Andrea memutuskan untuk menyimpan cambuknya dan mengganti dengan serangan jarak jauh saja. Dengan dipeluk Dante seperti dulu, ia menembakkan banyak bola-bola Cero yang berbahaya sembari dia kendalikan Cero tersebut dengan tenaga pikiran yang ia keluarkan melalui Mossa.     

Bola Cero meliuk mengejar Gagak Angin Legam tanpa henti. Meski kecepatan gagak itu tergolong super, namun pengendalian Andrea pada Cero-nya juga tak kalah cepat dan mampu mengimbangi kecepatan Gagak Angin Legam.     

"Terus terbang ikuti si Bleki, Dan!" seru Andrea sambil masih berkonsentrasi memusatkan tenaga Mossa dan Cero yang intens mengejar gagak itu.     

Dante melesat membawa Andrea untuk terus mengikuti arah terbang gagak sesuai mau si Cambion.     

Menyalurkan kekuatannya lagi yang lebih besar, Andrea pun keluarkan satu Cero lagi untuk mengejar gagak agar hewan itu bisa disudutkan dengan menggunakan dua Cero.     

Benar saja, Gagak Angin Legam kini mulai kewalahan menghindari terjangan dua bola api Cero yang mengitari dia. Hewan buas besar itu berkelit ke berbagai arah tanpa berhasil lepas dari kungkungan dua Cero Andrea.     

Untuk memudahkan Andrea mengendalikan Cero-Cero-nya, Dante mengganti posisi dengan berada di belakang Andrea, memeluknya di langit, sehingga Andrea bisa lebih leluasa menggerakkan dua tangannya dan arah pandang juga lebih luas ke Gagak Angin Legam.     

Dante yang sudah di belakang Andrea, pasti bisa menghirup aroma feminin Andrea. Ia memeluk erat pinggang Andrea seraya bebas menghirup tengkuk Andrea yang terbuka karena hari ini Andrea menata rambutnya menjadi dua buah kepangan.     

Tengkuk putih mulus Andrea dengan mudah terekspos oleh mata tajam Dante. Pria itu menatap sayu tengkuk di depannya. Tengkuk itu juga berlanjut pada leher dan bahu Andrea. Gadis itu memakai setelah dengan atasan yang memaparkan keindahan bahunya yang mulus dikarenakan model Halter.     

Tanpa sadar, Dante sudah dekatkan wajahnya ke bahu Andrea untuk menghirup semua aroma Andrea yang membuatnya nyaman. Pelukannya mengetat sambil mulut dan hidungnya menempel pada bahu Andrea.     

"Da-Dante!" Andrea menoleh sedikit ke belakang karena terkejut akan tindakan dari Dante. "Bangun, oi! Jangan tidur!" Ia mengedikkan bahu yang ditempeli Dante. Ternyata dia mengira lelaki Nephilim itu tertidur. Tentu Andrea panik jika patner perjalanan dia malah ketiduran di saat sedang bertarung begini. Mereka bisa jatuh dan mati konyol.     

Dante membuka matanya dengan tenang. "Lebih baik kau fokus mengurusi gagak itu saja, Andrea." Ia tatap lekat Andrea dan berniat untuk membenamkan khayalannya kembali seperti semula ketika mendengar jeritan Andrea.     

"OH-PIIIIPPPP!!!!"     

Saat Dante membuka matanya, dia melihat Gagak Angin Legam sudah disambar oleh burung lain yang lebih besar. Sepertinya elang.     

"Dan! Dia mencuri buruan kita! KEJAAARRR!!!" teriak Andrea ketika melihat elang besar itu membawa kabur gagak yang ia cengkeram di cakar tajamnya.     

Dante tak bisa santai-santai lagi. Ia segera melesat membawa Andrea untuk mengejar elang yang kecepatan terbangnya lebih gila dari pada Gagak Angin Legam.     

Akhirnya terjadi adegan kejar-kejaran antara elang besar dengan tim Andrea.     

"TERUS, DAN! KEJAAARRR! PEPEEETTT JANGAN SAMPAI KENDOORRR!!!" Andrea berseru penuh antusias untuk menyemangati Dante.     

Pria Nephilim itu mengerahkan kekuatan besar-besaran demi menyamai kecepatan terbang si elang.     

Karena Andrea masih dibawa seperti tadi, dia bisa bebas menggerakkan kedua tangannya dan percaya Dante pasti akan memeluk erat dia agar tidak terjatuh. Gadis Cambion pun memompa tenaganya sehingga ia mengeluarkan enam Cero yang dilesatkan ke elang.     

Rupanya strategi mendadak itu berhasil. Elang itu terpaksa berhenti sambil masih membawa Gagak Angin Legam yang tak berdaya di cakar si elang. Mungkin sudah sekarat karena darah terus menetes dari luka si gagak yang tertusuk cakar elang.     

Elang itu berhenti dan berbalik ke Andrea dan Dante. Melengkingkan suara nada tinggi yang mungkin setara dengan para Soprano, elang itu mengepak-kepakkan sayap besarnya dan seketika sebuah badai mirip tornado spontan keluar dan menerjang Andrea dan Dante.     

Dua orang itu langsung terbang ke belakang terkena amukan angin badai elang tadi. Rupanya itu Elang Tornado.     

Hempasan angin badainya sampai bisa merubuhkan banyak bambu yang ada di bawah. Andrea bergidik ngeri andai dia menjadi bambu, tubuhnya pasti terpotong-potong tak berbentuk cantik.     

Dengan kenekatannya, Andrea mengeluarkan lagi empat Cero baru. Total ada sepuluh Cero yang mengepung Elang Tornado.     

Dante yang menyadari itu, segera menegur keras tindakan Andrea. "Apa kau gila? Itu sepuluh Cero?!"     

"Tak ada pilihan lain, Dan! Ini biar cepat selesai saja!" seru Andrea di sela deru angin yang dikirim Elang Tornado.     

Elang itu sepertinya paham bahwa lawannya memiliki elemen api, musuhnya, makanya dia tidak lagi berani menggunakan angin tornado untuk mengusir Andrea dan Dante karena kuatir akan menjadi simalakama untuknya sendiri.     

Andrea yang senang karena Dante cemas meski dengan cara berbeda, segera mengambil Pil Inti dan memakannya untuk menumbuhkan energi baru setelah dia lelah begini. Usai ia memakan pil, tubuhnya bagai diisi oleh tembakan akselerasi NOS.     

Dengan munculnya energi baru yang banyak, Andrea pun tidak kesusahan untuk mengendalikan sepuluh Cero sekaligus untuk mengepung Elang Tornado. Elang itu bergerak lincah ke berbagai arah demi menghindari terjangan api Cero yang hendak menyentuh tubuhnya.     

Namun, api Cero Andrea juga tak kalah lincah. Dan itu dibuktikan dengan salah satu bola api berhasil menyentuh area kaki elang tersebut, dan si elang berhasil menghindar, mengakibatkan tubuh Gagak Angin Legam yang terkena sambaran api Cero.     

Lekas saja nyala api merah gelap menjilati gagak yang meraung kesakitan dan akhirnya dilepaskan oleh cakar besar Elang Tornado, jatuh ke bawah menjadi daging hangus.     

Andrea tak sia-siakan kesempatan. Tenaga Mossa ia mobilisasi kembali untuk menggerakkan Cero yang tersisa dan menyerang Elang Tornado dengan lebih menggila dan cepat.     

Swiiissshh! Wooosshh! Wuuusss! Swooosss!     

Dumm!     

Akhirnya tubuh Elang Tornado tersentuh juga oleh salah satu terjangan gesit api Cero. Burung besar berwarna coklat itu menjerit lantang kesakitan dan mulai jatuh luruh ke bawah, menghantam tanah sebelum merobohkan banyak bambu dan membuat dia bagaikan sate burung dikarenakan tertancap beberapa bambu yang dia lewati.     

Andrea dan Dante mengawasi burung yang terbakar hangus itu. Sebelum hewan tersebut berubah menjadi abu karena kekejaman api Cero, Andrea sudah memadamkan api itu. Keduanya kembali melesat turun.     

"Huff! Akhirnya kelar juga berurusan dengan si besar duo ini," ucap Andrea, lega. Ia menatap bangkai gosong Gagak Angin Legam yang ada di sekitar sepuluh meter dari bangkai Elang Tornado. Dua orang itu pun bersama-sama mengumpulkan inti kristal dua burung besar tersebut.     

"Kau tak mau mengumpulkan bulu atau kulitnya?" tanya Dante sembari melirik ke Andrea.     

"Gak usah nyindir... dosa, ntar masuk neraka bareng aku, loh!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.