Devil's Fruit (21+)

Piton Sisik Naga



Piton Sisik Naga

0Fruit 108: Piton Sisik Naga     

Dante menyaksikan semua pertarungan Andrea—seperti biasa. Ia diam saja, tidak berkomentar apapun meski Andrea memenangkan pertarungan.     

Ini sudah malam, dan mereka sedang akan mulai tertidur jika tidak mendapatkan gangguan dari Singa Awan.     

Andrea hanya lemparkan tubuh Singa Awan ke dalam Cincin Ruangnya tanpa ingin direpotkan menguliti seperti biasanya karena dia sudah mengantuk, ingin lekas mendekam di lubang pohon yang sudah dibuatkan Dante.     

Meski lelaki itu berubah dingin kepada Andrea, Dante masih mau membuatkan lubang untuk Andrea. Ia hanya beralasan bahwa dia tak mau mati konyol bila Andrea mati diserang Beast kalau tidak dibuatkan tempat berlindung di dalam rongga pohon.     

Andrea menggunakan tenaga Mossa untuk melambungkan dirinya dan mencapai dahan pohon tempat dia akan tidur malam ini. Walau Iblis tidak butuh tidur, tapi Andrea sudah terbiasa tidur jika malam tiba. Itu kebiasaan yang sangat sulit dihapus dari daftar kegiatan rutin hidupnya.     

Tidur itu seperti makan, seperti buang hajat pula, maka tidak bisa dihilangkan seenaknya walau dia memiliki darah Iblis sekalipun. Toh, setengah darah yang ia punya juga milik manusia. Dan manusia butuh tidur!     

Setelah Andrea melangkah masuk ke rongga pohonnya sambil menguap lebar, Dante melirik sejenak ke gadis Cambion itu. Dan ia juga bersiap tidur, meski sebenarnya dia tidak benar-benar tidur di lubang pohonnya. Dalam kebiasaan Nephilim juga tidak ada kewajiban tidur. Mereka hampir menyerupai Iblis dalam hal kebiasaan tidak tidur.     

Tetapi, karena kaum Nephilim masih memiliki darah manusia di tubuhnya, mereka sesekali tidur jika sangat kelelahan.     

Dante melakukan banyak kegiatan tidur hanya semenjak mengenal Andrea di dunia milik Djanh ini. Dan kini setelah dia kembali ke dirinya semula, dia tidak begitu memerlukan tidur. Tidur hanya dia lakukan jika dia memang sangat lelah saja. Hari ini, dia tidak bertarung sama sekali dan tidak merasa lelah, maka dia tak perlu tidur.     

Kali ini... Dia hanya berbaring tenang di dahan pohon untuk mengawasi pohon tempat Andrea bernaung.     

Sebenci-bencinya Dante, ia tak mau Andrea celaka. Karena sesuai dengan peraturan dari gulungan kuno, Andrea mati, maka dia juga ikut mati. Maka, walaupun dia bersikap dingin ke Andrea, dia masih diam-diam menjaga gadis itu tanpa Andrea tau.     

Atau... sebenarnya tingkahmu itu karena kau masih menyayangi si Nona Cambion, Tuan?     

Dante hela napas. Mereka sudah sebulan lebih berada di alam ciptaan Pangeran Iblis Djanh ini, bahkan mereka sudah banyak mengumpulkan inti kristal para binatang buas yang berbagai macam bentuk, ukuran, dan penampilan.     

Memangnya butuh berapa banyak inti kristal lagi agar mereka bisa membuka pintu keluar dunia sialan ini? Dante mengepalkan tangannya karena geram dan tak sabar ingin keluar dari alam ini.     

Ketika Dante sedang asyik merenung, ia dikagetkan dengan munculnya seekor ular besar bagai anakonda yang merayap naik ke pohon tempat Andrea tidur. Dante terkesiap dan berdiri. Ia yakin Andrea pasti sudah terlelap sekarang.     

Tak mau Andrea celaka, Dante segera melesat cepat ke pohon Andrea dan lemparkan Vreth ke ular besar itu.     

Blaarr!!!     

Tubuh besar Piton Sisik Naga itu pun langsung meluncur ke tanah. Hewan itu jelas kaget, tak menyangka mendapat serangan mendadak dari arah lain ketika dia mengendus adanya mangsa di sebuah rongga pohon.     

"Jangan harap kau bisa masuk ke sana, binatang buruk!" seru Dante ketika dia memunculkan Pedang Rogard di tangan kanannya dan mulai ditebaskan ke arah Piton Sisik Naga yang marah karena interupsi Dante dalam berburu mangsa.     

Piton itu sangat besar dan panjang bagai ular naga. Mata hewan itu berwarna merah terang dan terlihat sangat jahat. Dia bagaikan ular iblis yang menakutkan dengan ukuran badannya sebesar pohon kelapa. Sisiknya berwarna hitam legam seakan-akan bisa menyatu dengan gulitanya malam. Namun mata awas Dante tetap bisa mengetahui keberadaan Piton Sisik Naga.     

Suara pertarungan antara Dante dan Piton Sisik Naga berhasil membangunkan Andrea. Merangkak sampai ke depan pintu rongga pohon, dia melihat di bawah sana Dante sedang bertarung sengit melawan sosok ular besar yang sisiknya berkilau jika terkena sinar rembulan.     

Andrea sudah terlalu lelah malam ini dan ia mempercayakan ular hitam tadi kepada Dante saja. Ia sudah bertarung dengan Singa Awan dan saat ia menggunakan busur dan panah cahaya, itu cukup banyak menguras energi Andrea.     

Ia butuh tidur. Gadis itu benar-benar butuh tidur. Maka, percaya akan kemampuan Dante, ia pun merangkak kembali ke alas tidurnya untuk kembali lelap. Untung saja dia cukup hebat dalam hal melelapkan diri di tengah suasana ribut. Mungkin karena dia tumbuh di area perumahan kecil di mana suasana hiruk-pikuk adalah makanan sehari-hari baginya.     

Sementara, di bawah, Dante masih ulet dan gigih melawan Piton Sisik Naga. Akhir-akhir ini, banyak Beast yang menyerang mereka di malam hari. Biasanya Dante yang menangani itu dan Andrea bisa tidur nyaman.     

Swoosshh! Swooosshh!     

Pedang Rogard milik Dante menebas kejam ke depan Piton Sisik Naga, menyebabkan udara pun mengalir dan berputar, sehingga memicu serangkaian ledakan suara yang memekakkan telinga ketika gelombang udara berkumpul membentuk badai petir, menyapu tempat di mana Piton Sisik Naga berada.     

Piton itu meraung marah ketika tubuhnya dihantam petir ungu Dante. Meski dia bertubuh besar, dia tetap saja gesit dalam meliukkan tubuh, menghindari serangan Dante. Suara piton itu antara desis keras dan raung kecil.     

"Zraaaghh! Zzzaarrghh!" desis marah Piton Sisik Naga sambil kibaskan ekor besarnya ke arah Dante yang terus menerjang maju sambil menebaskan pedangnya.     

Energi petir di bilah Pedang Rogard pun melonjak naik ke angkasa ketika pedang itu diacungkan secara vertikal ke langit, lalu saat pedang di arahkan ke Piton Sisik Naga, sinar ungu mematikan itu pun menyerbu bagai liukan ular besar dengan mulut terbuka lebar, siap menelan Piton Sisik Naga.     

Liukan baut petir besar dari Pedang Rogard itu bagai sedang bersaing dengan si piton. Keduanya saling mengancam dengan serangan kekuatan masing-masing.     

Akibat provokasi dari liukan petir ungu Dante tersebut, Piton Sisik Naga kian mengamuk dan niat membunuh darinya terlihat membuncah tinggi di mata merah bagai mata Iblis yang haus darah, sehingga binatang buas berukuran besar itu mulai mengumpulkan energi yang lebih banyak sambil terus menerus menggerakkan otot perutnya yang besar agar dia bisa melesat ke Dante.     

Dante tak mau menyerah. Meski sisik piton itu sangat tebal dan keras, dia tetap harus berjuang memusnahkan binatang itu sebelum merenggut nyawa dia dan Andrea.     

Ia pun melesat ke udara dan berdiri sejajar dengan kepala piton yang bisa tegak bagai kepala ular kobra. Pedang Rogardnya sekali lagi keluarkan liukan baut besar petir ungu dari bilahnya, dan Dante menambahkan jarum Vreth yang sudah dia latih beberapa hari ini.     

Ini adalah pertama kalinya dia menggunakan serangan jarum Vreth dalam pertempuran sesungguhnya melawan Beast.     

Seketika, baut petir ungu milik Dante berhasil mengunci leher ular besar itu. Dante tau ia takkan bisa menebas tubuh ular dikarenakan sisiknya tersebut. Maka, ia ingin melemahkan si ular menggunakan kekuatan petir dan jarum Vreth di tangannya dimaksudkan untuk menyerang mata si ular.     

Sepengetahuan dia, ular tidak bisa memejamkan mata. Mereka tidak memiliki kelopak mata, bukan? Maka mustahil jika piton di depannya itu sanggup pejamkan mata untuk menghindari tertusuk jarum Vreth.     

Dante lupa, ini adalah dunia ciptaan Djanh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.