Devil's Fruit (21+)

Bergetarnya Ikat Pinggang Dunia



Bergetarnya Ikat Pinggang Dunia

0Fruit 102: Bergetarnya Ikat Pinggang Dunia     

Dante menoleh heran ke Andrea yang baru saja berteriak kepadanya. Tidak boleh membuat gosong? Lalu?     

Dia hampir saja lengah gara-gara itu jika Andrea tidak segera menerbangkan duri besarnya untuk menusuk telinga Badak hingga tembus ke telinga lainnya. Badak itu meraung kesakitan.     

"Groaaahh!"     

Tuan Nephilim segera sadar dan kembali fokus. Pedang petir ungu dia—Pedang Rogard— kembali menyambar tubuh Badak Armor Baja dan bunyi berderak keras terdengar. Sisa-sisa petir dapat terlihat mengerjap di sekitar area yang disambar petir.     

Andrea terus saja layangkan duri-duri lain untuk menyerang Badak Armor Baja. Karena ia tau duri-durinya takkan mampu menembus pertahanan armor baja si Badak, maka dia menyasar ke tenggorokan, mata dan telinga Badak.     

Serangan tirani kedua orang itu secara otomatis meluluh-lantakkan pertahanan Badak yang sudah lemas dikarenakan serangan petir dari Dante. Diperparah dengan tertusuknya anggota-anggota tubuh dia yang paling rentan tidak tertutup baja oleh duri panjang dan besar.     

Dengan sekali auman panjang, Badak Armor Baja pun roboh ke tanah. Dari mata, hidung, telinga, dan tenggorokannya mulai mencuat darah yang menyembur dan meresap cepat ke tanah. Dia mati.     

Andrea mendesah lega. Senyum puasnya tertoreh sebentar di wajahnya sebelum dia mendekati mayat Badak tersebut. Ia menatap penuh minat ke Badak yang sudah kaku tersebut. "Potongkan satu perisai armor baja dia yang paling besar untukku."     

Dante paham Andrea sedang berbicara padanya. Tentu saja, karena hanya mereka berdua yang ada di sana saat ini. Siapa lagi?!     

Tanpa membantah, Dante mengiris pangkal armor baja yang tumbuh di kulit keras Badak. Lumayan susah juga. Dia membutuhkan waktu setidaknya setengah jam lebih hanya untuk melepaskan satu sisik baja Badak tadi dari kulitnya. Kemudian ia serahkan sisik itu ke Andrea.     

Andrea menatap puas pada sisik hitam yang sudah ada di tangannya. Besarnya tidak main-main. Diameternya sekitar dua meter. Sisik itu membentuk cekungan meski tidak terlalu dalam. Mungkin kedalamannya hanya satu sampai dua inci saja. "Akhirnya aku punya wajan." Lalu dengan senyum senang, ia simpan sisik itu ke Cincin Ruangnya.     

Dante cuma bisa melongo. Ternyata Andrea menginginkan sisik itu hanya untuk digunakan sebagai wajan? Alat penggorengan? Ia akui ide-ide aneh Andrea memang susah dia tebak.     

"Aku juga mau sisik yang itu!" Andrea menunjuk sebuah sisik yang terletak di area dada depan badak. Sisik itu berbentuk memanjang dan tergolong pipih tanpa cekungan.     

Dante segera berupaya mencabut sisik yang dimau Andrea dan berikan pada gadis Cambion. "Yang ini untuk apa?" Dante sudah membayangkan sebuah perisai.     

Namun, sahutan Andrea justru membuat dia terkejut. "Untuk alat panggangan." Kemudian gadis Cambion itu pun simpan sisik pipih itu ke dalam cincinnya.     

"Panggangan?" Dante masih dalam mode kaget. Kenapa pemikiran Andrea selalu out of the box?     

"Memangnya kau tidak kasian dengan pedangmu yang selalu jadi alat panggangan, heh? Bodoh." Andrea pun balik badan dan berjalan santai ke arah hutan.     

Tuan Nephilim cuma bisa tersenyum kecut. Ini benar-benar di luar pemikiran dia. Memangnya mungkin jika Andrea membuatkan perisai untuk dia dari sisik tadi?     

"Kuliti dia!" titah Andrea penuh aroma bossy.     

Dante tak berani mengeluh. Dalam hati, ia terus mengumandangkan, 'Ini penebusan dosa... ini penebusan dosa... ini penebusan dosa...'     

Selagi Dante bersusah payah menguliti Badak yang kulitnya sangat tebal ditambah armor bajanya, Andrea berdiri tak jauh darinya, sedang melatih kekuatan telekinesis dia untuk kendalikan duri-duri. Ia ingin bisa menerbangkan banyak duri dalam sekali serangan nantinya.     

Menjelang petang, Dante pun selesai memisahkan kulit berarmor baja tadi dari daging Badak, lalu serahkan ke Andrea. Dia juga sudah menebas cula si Badak. Andrea terlihat puas dengan kinerja Dante. Semuanya ia simpan di cincinnya, sedangkan tubuh Badak segera dibakar menggunakan api Cero hingga jadi abu. Andrea tak mau mengundang Beast lain yang bisa saja mencium aroma daging Badak yang sudah terbuka.     

Kian hari, kekuatan Mossa milik Andrea makin terasah. Dia sudah mampu menerbangkan sepuluh duri sekaligus. Bahkan dia makin mahir menggunakan serangan duri-durinya dalam merobohkan Beast. Asalkan Beast itu tidak memiliki armor baja, maka Andrea takkan kesulitan mengalahkannya.     

Terakhir, mereka berhasil membunuh Kadal Bumi Raksasa yang panjangnya mencapai dua puluh meter.     

Setelah membunuh Kadal Bumi Raksasa, Andrea mengambil tulang belakang kadal tersebut dan membuatnya menjadi sebuah cambuk. Tulang itu sangat kuat, makanya Andrea percaya cambuknya pasti takkan mudah rusak.     

Saat melawan Kadal Bumi Raksasa, Andrea pertama kalinya menggunakan perisai dia yang muncul dari Gelang Perisai yang selama ini terus ia pakai di pergelangan tangan kirinya. Dante menatap takjub benda itu. Perisai itu ternyata cukup kuat ketika beradu dengan terjangan Kadal Bumi Raksasa.     

Kali ini, Andrea tidak menginginkan apapun dari kadal itu kecuali tulang belakangnya saja yang panjang dan kuat.     

Ketika dia sedang membuat pegangan untuk cambuknya, tiba-tiba ikat pinggang yang ada di perutnya bergetar. Andrea merasa geli sekaligus heran. Kenapa benda itu tiba-tiba bergetar begitu?     

Dante memperhatikannya dan bertanya, "Itu... ikat pinggangmu... kenapa?"     

"Cuma getar-getar enak," jawab Andrea acuh tak acuh sambil melanjutkan membuat gagang cambuk dari pangkal tulang belakang kadal yang ia bungkus menggunakan kulit bulu serigala.     

Namun, ikat pinggang itu kembali bergetar dan makin keras sampai Andrea bangun dari duduknya saking kagetnya.     

"Itu apa, Andrea? Kenapa sampai bergerak seperti itu? Apakah berbahaya?" Dante kuatir dengan segera.     

"Ini... Kenzo yang membelikan. Bareng dengan cincin, anting, gelang, dan kalung. Dia memang pria yang sangat baik dan tidak pelit."     

Ucapan Andrea membuat Dante suram. Ia tak suka gadis pujaannya memuji pria lain secara terang-terangan, apalagi di depan hidungnya. "Tidak bisakah tidak melebih-lebihkan Kenzo seperti itu?" Ia tak tahan dan menyuarakan kecemburuannya secara tersamar.     

Andrea menoleh ke Dante. "Tenang saja. Yang penting, aku tidak main seks gila dengannya, ya kan?"     

Tohokan! Ini sebuah tohokan telak untuk Dante. Jelas bahwa Andrea sedang menyindir mengenai Dante dan Revka!     

Dante menghela napas putus asa. "Andrea, sampai kapan kau terus marah mengenai itu?"     

"Sampai aku tidak ingin marah lagi."     

"Andrea, kumohon... itu hanyalah kebodohanku di masa lalu. Tolong jangan marah lagi..."     

Nona Cambion berikan lirikan malas ke Dante. "Kalau aku tidak mengenal Revka, tak jadi masalah. Sayangnya aku kenal baik dengan Revka, dan dia juga yang mengkhianati aku sebelumnya."     

"Andrea..." Dante menghampiri Andrea yang sedang duduk tenang di tunggul kayu kecil. "Kumohon jangan marah lagi..." Ia jatuhkan lututnya di depan Andrea. Sesuatu yang amat sangat langka dari Tuan Nephilim. Semua demi Andrea kembali baik seperti dulu.     

Andrea miringkan kepala acuh tak acuh memandang Dante. "Bagaimana kalau aku berbuat begitu dengan teman kamu?"     

"Jangan!"     

"Atau ... mungkin dengan Kenzo saja, yah!"     

"Tidak boleh!"     

Andrea mencibir. "Egois sekali kau, Tuan Nephilim hebat yang mulia..."     

Dante suram seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.