Devil's Fruit (21+)

Satu Bulan



Satu Bulan

0Fruit 105: Satu Bulan     

Sekali lagi jantung Dante serasa dihantam kuat oleh sebuah palu raksasa. Napasnya memburu dengan tangan terkepal. Dia sudah menjatuhkan martabat dan harga diri serendah-rendahnya di hadapan Andrea, namun...     

"Jadi... kau sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padaku?" Mata Dante memicing hendak mengkonfirmasikan sekali lagi.     

Andrea mengangguk tegas. "Jangan anggap berlebihan tentang aku yang meneriakimu kemarin itu setelah Djanh—yah kau tau sendiri." Ia berusaha tampil setenang mungkin di bawah pengawasan mata tajam Dante. Dia harus bisa meyakinkan pria Nephilim itu sebaik-baiknya. "Saat itu... aku cuma kaget saja, haha!"     

"Tapi sore itu kau bersedia menerimaku, Andrea." Suara Dante terdengar dalam dan jauh. Mata tajamnya terus dihujamkan ke mata Andrea.     

"Oh, itu... haha! Itu hanya... aku sedang ingin bercanda, haha... Aku saat itu cuma lagi pengin isengin kamu aja, kok Dan, hehe, maaf..." Andrea berlagak sesuai dengan apa yang dia ucapkan. Wajah meringis dan permintaan maaf sambil menjulurkan lidah dengan gaya manis seakan-akan itu memang murni apa adanya sesuai yang ada di benaknya.     

Dante menelan ludahnya. "Oke kalau memang kamu berkata begitu."     

Dalam hati Dante, dia bermaksud untuk menghapus segala perasaan melankolis yang ia miliki untuk Andrea. Ia bertekad untuk kembali mendapatkan martabah dan harga dirinya. Rasanya konyol jika dia terus-menerus ditolak setelah habis-habisan begini.     

Maka, tatapan tajam Dante pun kembali seperti sebelumnya. Bahkan, dia ingin lekas keluar dari alam ciptaan Djanh. Ia ingin mengubur dalam-dalam segala perasaan indah tentang Andrea. Dia tak lebih hanya patner di tempat ini yang harus bekerja sama dengannya. Itu saja!     

"Ayo kita kembali ke luar dan bunuh Beast supaya lekas keluar dari alam sialan ini!" putus Dante dengan mata berkilat.     

"Eh? Bukannya kau bilang tidak ingin keluar dari alamnya Djanh?" Andrea malah mengingatkan hal itu.     

Dante yang sudah berjalan melampaui Andrea pun berhenti untuk menoleh ke gadis Cambion. "Oh, itu? Hahah, saat itu aku sedang ingin iseng bercanda denganmu! Tak mungkin itu kau masukkan ke hatimu sedalam-dalamnya, kan?"     

Hati Andrea mencelos seketika, namun ia memaksakan senyumnya. "Ah, syukurlah kalau itu hanya bercandaan kamu, Dan!" Andrea berjalan maju dan menepuk sekali bahu Dante sambil meneruskan jalan.     

Tak berapa lama, dengan pikiran Andrea, mereka berdua sudah kembali ke bentang alam Djanh. Mereka kembali melanjutkan perjalanan sesuai dengan arah yang diberikan oleh gulungan kuno.     

Keduanya kian terampil dan kian mudah berhadapan dengan para Beast yang menghadang langkah mereka.     

Kini, Dante hanya menggunakan sebuah balok kayu yang dia sampirkan di bahu untuk membawa Andrea karena gadis itu masih belum bisa mengembalikan kekuatan terbangnya. Kadang mereka berjalan di darat, kadang terbang.     

Dante kembali jadi Dante yang dingin dan tak ingin banyak berinteraksi dengan Andrea seperti sebelumnya. Ia hanya berucap seperlunya saja pada Andrea.     

Di sisi Andrea sendiri, tadinya dia berharap dia akan bisa mengendalikan hatinya dan tidak akan goyah pada Dante. Namun, kian hari, setelah ia sadar Dante kembali sedingin dulu, ada secuil rasa sedih di batin Andrea.     

Ia bertanya-tanya, apakah keputusannya sudah benar untuk menjauhkan Dante dari harapan muluk akan dia? Apakah dia sudah tepat menolak Dante seperti itu? Tapi... hatinya terasa pedih.     

Walau bagaimanapun, bukankah Andrea sendiri yang mendorong situasi hingga menjadi begini? Dia sendiri yang menginginkan Dante menjauhinya. Dia sendiri yang mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Dante.     

Sudahlah, mungkin memang mereka tidak berjodoh. Andrea tepiskan kesedihannya. Mungkin dia harus berkaca dari tekad Dante—harus lekas keluar dari alam sialan ini!     

Maka, tak terasa sebulan sudah berlalu.     

Andrea makin lincah mengeksekusi Mossa dia. Kini, dia sudah bisa menerbangkan dua puluh duri besar dalam sekali jalan untuk menyerang Beast. Dia juga mencoba agar kekuatan Mossa dia bisa menggerakkan tubuhnya dan mengangkat dirinya sendiri dari tanah.     

Kini, semua harus Andrea pikirkan sendiri. Dante sudah berlagak tak peduli. Pria dingin itu hanya peduli akan pembasmian Beast dan mengambil inti kristal para Beast itu untuk bekal mencapai pintu keluar alam ini.     

Tadinya, Dante masih sering membantu Andrea berlatih. Namun sekarang... Pria itu makin mengatupkan cangkang tebalnya sehingga tidak bisa ditembus siapapun. Tidak juga oleh Andrea. Mereka bagai dua orang asing yang terpaksa berjalan bersama menjelajahi bentang alam misterius ini agar bisa keluar.     

Bahkan, kini Dante tak perlu menunggu Andrea selesai memasak daging Beast. Dia langsung memakan mentah Beast buruannya, meski Andrea masih baik hati berusaha menawari daging goreng atau daging panggang buatannya. Dante hanya cukup menggeleng dan asyik sendiri dengan daging mentah di tangannya.     

Andrea sedih, tapi hanya bisa sunggingkan senyum kecil setiap Dante menolak masakannya. Yah, karena sekarang Andrea sudah memiliki wajan dari sisik baja Badak yang bisa ia gunakan untuk menggoreng dan memanggang juga, Dante tidak tertarik untuk mencicipi hasil masakan Andrea.     

Mereka kini makan berjauhan, sama seperti halnya dengan tidur. Bahkan ketika bertarung melawan Beast pun mereka lebih sering melakukan sendiri-sendiri, tidak lagi bekerja sama.     

Jika mengingat semua perubahan ini, Andrea sedih. Ia pernah melelehkan air matanya saat akan berangkat tidur. Tapi semua sudah terjadi. Sebagai wanita, tak mungkin dia yang menggapai Dante duluan untuk berbicara dari hati ke hati mengenai apa yang sudah menyesakkan dadanya kali ini.     

Dia... Dia memang sudah jatuh cinta pada Dante. Namun, dengan bodohnya dia malah menghalau Dante kuat-kuat dan membuat hubungan mereka sangat dingin, kembali seperti awal saat mereka bertemu dulunya.     

Andrea hanya bisa menangis diam-diam. Apakah dia perlu berandai-andai juga jika menatap Dante yang sering menjauh darinya seolah-olah dia ini virus berbahaya yang patut diwaspadai?     

Untuk melampiaskan rasa sepi, Andrea pun banyak-banyak membuat baju dari kulit bulu Beast ketika mereka tak ada kerjaan. Diam-diam, dia terus membuat baju untuk dia dan juga untuk Dante. Dan jika telah selesai, ia terkadang memeluk baju yang dia buat untuk Dante saat dia tertidur, seolah itu adalah Dante sendiri.     

Dan ia akan tertidur setelah puas menangis lirih di dalam lubang pohonnya sendiri, sementara Dante ada di pohon lain. Padahal dia bertekad sendiri bahwa dia tidak membutuhkan perasaan romansa apapun untuk Dante. Ia sudah berjanji untuk mengenyahkan rasa itu.     

Tapi... makin berusaha disingkirkan, makin rasa itu terus merangsek masuk ke sanubari Andrea tanpa gadis itu bisa berbuat apa-apa.     

"Hiks! Dante... hiks! Kenapa jadi begini? Hiks! Kenapa kamu jadi begitu, Dan? Hiks!" Air mata Andrea deras luruh dari matanya malam itu ketika dia sedang memeluk baju untuk Dante sambil dia meringkuk di atas alas tidurnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.