Devil's Fruit (21+)

Jangan Habiskan Semua Kristal!



Jangan Habiskan Semua Kristal!

0Fruit 112: Jangan Habiskan Semua Kristal!     

Andrea menyiapkan hati dan tekadnya untuk memurnikan inti kristal. Kali ini dia menggunakan inti kristal dari Beast yang berukuran lebih besar dua kali lipat dari yang sebelumnya. Ia tidak lagi merasa kelelahan karena sudah menelan sebuah Pil Inti yang nyatanya memang berhasil mendongkrak stamina dia.     

Maka, setelah menyemburkan pelan tenaga Mossa dia ke inti kristal besar itu, dia perlahan-lahan menyuntikkan api Cero ke bawah inti kristal berwarna biru tua di atas telapak tangannya. Dia juga sudah mempersiapkan piring beling sebagai wadah ketika Pil Inti sudah jadi nantinya.     

Kali ini dia sangat percaya diri, yakin akan kesuksesannya.     

Baru saja dia menyuntikkan api Cero selama dua puluh tujuh menit, tiba-tiba saja inti kristal meledak dan menjadi abu. Andrea muram seketika.     

"Ayo coba lagi! Semangat! Semangat!" Ia menepuk keras-keras pipinya hingga memerah untuk menyemangati dirinya sendiri. Ia pun mengambil lagi inti kristal dengan besar serupa dengan yang gagal tadi. Dia bertekad hari ini harus bisa menghasilkan beberapa pil dari satu inti kristal!     

Setelah dia lebih hati-hati menyuntikkan api Cero ke inti kristal besar berwarna merah di atas telapak tangannya, ia terus berkonsentrasi agar bisa mempertahankan intensitas api dia agar tidak meledakkan inti kristal lagi.     

Hampir dua jam, Andrea berhasil membuat inti kristal itu meleleh sempurna menjadi sebuah cairan pekat mirip lem. Warna merahnya menarik mata yang memandang. Sepertinya itu dari Beast Jerapah Totol Merah yang dia kalahkan beberapa minggu lalu.     

Cairan pekat merah itu melayang berputar-putar di atas telapak tangan Andrea, menunggu dipadatkan membentuk pil bulat.     

Tangan Andrea yang mengendalikan api Cero bergerak memutar berkali-kali di samping cairan pekat itu seakan-akan dia sedang membentuk sebuah bulatan. Cairan pekat merah makin berputar cepat. Andrea terus memadatkan cairan menggunakan api dan tenaga pikirannya. Ia terus memandangi intens cairan tersebut.     

Swiishh~ Swiiishh~     

Cairan merah pekat itu terus berputar makin cepat dan cepat sambil Andrea tetap menjaga api Cero-nya agar tidak menggagalkan upayanya yang melelahkan ini.      

Swiishh~ Zwuupp!     

Cairan itu pun berubah menjadi padat dan menjadi bulat sebesar bola bekel.     

Shhhttt!     

Tiba-tiba, setelah Andrea menyingkirkan api Cero-nya, bulatan merah itu memisahkan diri menjadi sepuluh pil seukuran kacang polong berwarna merah terang.     

Andrea memekik tertahan saking senangnya. Dia akhirnya berhasil! Bahkan dia tak menyangka bisa langsung menghasilkan sepuluh pil dalam sekali jalan. Ini tentu sangat efektif dalam menghemat waktu dan tenaga.     

Dengan itu, Andrea mencapai konklusi. Bahwa, semakin besar inti kristal, maka semakin banyak pil yang akan dihasilkan, dan akan makin menghemat proses. Berdasarkan itu, Andrea mulai sekarang akan lebih fokus untuk mendapatkan inti kristal dari binatang buas besar saja karena biasanya inti kristal mereka akan menyesuaikan ukuran tubuh Beast tersebut.     

Andrea mencari Dante. Ia menemukan lelaki tegap itu sedang berendam santai di dalam kolam misterius. Andrea bisa menebak Dante pasti tidak memakai apapun di kolam, alias telanjang. Mendengus lirih, Andrea tetap maju menghampiri Dante.     

"Dan, aku sudah berhasil membuat Pil Inti. Jumlahnya ada sepuluh. Apa kau mau satu untuk kau coba?" Andrea tetap menjaga jarak tidak terlalu dekat dengan kolam, mengantisipasi jika Dante tiba-tiba berdiri dan akan membuat Andrea panik tak jelas nantinya. "Aku tadi udah coba satu dan memang hasilnya hebat, sih! Ini benar-benar ampuh bikin kita punya tenaga baru kalau kita kelelahan tarung ama Beast," imbuhnya.     

"Iya, iya," sahut Dante tanpa menoleh ke belakang di mana Andrea masih berdiri. "Sudah sana pergi, nanti kau kejang-kejang kalau melihat tubuh telanjangku. Kau kan gadis suci murni."     

Andrea gertakkan giginya kuat-kuat. Jelas itu adalah sebuah sindiran, sebuah sarkasme! Ingin sekali dia melayangkan sebuah batu ke kepala Dante biar tau rasa lelaki arogan itu, tapi setelah itu dia sendiri yang akan tau rasa karena terkena sambaran petir hukuman.     

Mendengus keras, Andrea pun berbalik dan pergi tanpa seucap katapun, meski kakinya menghentak-hentak sembari berjalan.     

Sejak hari itu, Andrea makin getol membuat Pil Inti dari inti kristal binatang buas yang besar yang berhasil mereka kalahkan. Bahkan Andrea sendiri yang mencari Beast itu melalui tenaga Sniffer dia yang mampu mendeteksi hingga sejauh ratusan kilometer.     

Sekarang tenaga Sniffer dia memang semakin kuat dan makin jauh jangkauan radiusnya mencapai ratusan kilometer. Ini memudahkan Andrea memilih binatang untuk diburu.     

"Jangan kau ubah semua inti kristal menjadi pil," ucap Dante mengingatkan sebelum Andrea kalap dan terus membuat pil. "Kita harus menyisakan juga untuk membuka pintu keluar alam sialan ini."     

"Umh!" Andrea mengangguk. "Aku tau, kok! Yuk! Di arah tenggara ada Banteng besar sekali. Pasti inti kristalnya juga besar!" Mata Andrea berbinar terang.     

Dante hanya bisa mendesah pasrah dan berharap Andrea benar-benar tidak menghabiskan semua inti kristal hanya untuk diubah menjadi Pil Inti.     

Ia pun melayang sambil membawa Andrea di pundaknya. Sekarang Andrea sudah mau dibawa terbang di pundak seperti tadinya.     

Andrea duduk tenang sambil memegangi kepala Dante. Pria itu cuma bisa mendengus suram karena protesnya takkan bisa mengenyahkan tangan Andrea dari sana.      

Benar saja, di arah tenggara, 137 kilometer jauhnya ada Banteng yang besarnya mirip raksasa. Banteng itu sangat kuat meski tidak memiliki sisik besi ataupun kulit setebal badak. Dia mirip banteng biasa dari alam manusia, namun ukurannya luar biasa besar.     

Banteng itu hanya mengandalkan tanduk besarnya saja untuk menyerang lawan-lawannya. Sedangkan akibat dari tubuh besarnya, area sekitarnya mudah dia hancurkan. Pohon-pohon kecil gampang dia tumbangkan, rumput tinggi hanya bisa merana ditekan keempat kakinya hingga gepeng dan mati.     

Namun, Andrea justru tidak gentar dan malah bersemangat.     

Benar saja, Andrea jauh lebih semangat dan beringas menyerang Banteng itu. Ia menggunakan cambuk dia untuk menyerang si banteng berwarna hijau terang dan bergaris-garis hitam mirip zebra saja.     

Dalam hati Andrea, dia sudah membayangkan baju cantik dari kulit banteng itu dan tanduk besarnya bisa dia olah nantinya. Belum lagi inti kristalnya akan mungkin menghasilkan sekitar dua puluh pil sekaligus!     

Oleh karena itu, Andrea bersemangat dan terus menggempur si Banteng Zebra Raksasa. Dante membiarkan Andrea menangani banteng itu karena dia yakin Andrea pasti bisa merobohkan Banteng Zebra Raksasa dengan kemampuan gadis itu sendiri.     

Benar saja, hanya dengan sabetan cambuk dan api Cero yang menakutkan, Banteng Zebra Raksasa langsung roboh tak berdaya di tanah nyaris hangus setelah bertempur selama hampir dua jam melawan Andrea.     

Wajah Andrea terlihat sumringah menatap banteng yang sudah tidak memiliki nyawa lagi, terbujur kaku di tanah dengan luka berat di bagian kepala. Andrea sengaja hanya menyerang bagian kepala saja karena dia ingin mendapatkan kulitnya yang indah.     

Setelah mengambil inti kristal sebesar kamus buku ensiklopedia, Andrea tersenyum puas ketika memasukkan inti tersebut ke dalam cincinnya. "Panen! Panen!" ucapnya riang sambil mulai menguliti banteng itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.