Devil's Fruit (21+)

Berburu Petir



Berburu Petir

0Fruit 134: Berburu Petir     

Dante terkejut ketika tiba-tiba saja Andrea sudah lenyap dari hadapannya. Ia segera menekan anting merah pipih sederhana yang menempel di telinganya. "Hei bocah! Kau di mana?"     

Dari seberang, Andrea menjawab, "Tentu saja mencarikan Beast petir untuk Rogard!"     

Tuan Nephilim mendelik tak percaya. Hanya dengan satu kalimat, Andrea lekas bergegas ke alam Djanh untuk mencari hal yang dibutuhkan Rogard! Apakah dia harus cemburu?     

"Aku akan ke situ!"     

"Gak usah, Dan! Aku bakalan cepat, kok!"     

Dengan asumsinya, Dante yakin Andrea menggunakan kekuatan Sniffer dia untuk mencari Beast elemen petir.     

"Kau yakin, bocah?!"     

"Tenang aja dan yakinlah pada Andrea yang hebat ini!"     

Setelah dua jam lebih, akhirnya Andrea tiba di alam Cosmo sambil membawa seekor Beast besar. Kuda Zebra Petir Ungu. Wajahnya penuh gurat lelah, dan lengannya juga terluka dengan adanya darah menghias di mantel bulunya.     

Dante lekas menyongsong dan terkejut. "Kau ini!" Ia membantu Andrea melepas mantelnya dan mengambil air dalam wadah untuk membersihkan luka Andrea.     

Andrea meringis kesakitan sewaktu Dante mengusap luka itu memakai handuk lembut yang sudah dibasahi air.     

"Masih berlagak sok hebat, hm?" Dante memarahi Andrea.     

Gadis itu meringis. Ada rasa bahagia karena Dante mencemaskan dia bahkan sudi membantu mengurus lukanya. "Senang sekali punya suami perhatian seperti gini..."     

"Diam!"     

"Aduduuhh!" pekik Andrea ketika Dante menekan luka itu dengan handuk basah di tangannya.     

"Makanya tak usah berlagak sok hebat lagi!" Dante mengeraskan rahangnya. "Aku... aku begini bukan perhatian padamu, bocah bodoh! Tapi karena aku tak mau terseret mati gara-gara kebodohanmu!"     

Andrea tersenyum simpul. Lalu dia menoleh ke Rogard yang masih berdiri di belakang Dante, mengamati mereka sedari tadi. "Rogard, coba kau lihat, apakah Zebra Petir yang aku bawa cocok untukmu. Dia punya elemen petir ungu—–sshhh, perih, Dan~" rengek Andrea manja ketika Dante membubuhkan obat luka ke lengan yang sobek itu.     

"Biar kau kapok!" tandas Dante kejam, meski raut cemas kental berkumpul di matanya. Dante pun berpaling ke belakang, menatap pedangnya. "Rogard, periksa kuda itu. Andrea sudah mati-matian berjuang mendapatkannya untukmu."     

"Baik, Tuan." Rogard menundukkan kepala dan pergi ke halaman pondok dan menjumpai seekor kuda zebra yang tertidur pulas. Rupanya Andrea tidak membunuhnya dan hanya menidurkan kuda itu karena dia tak tau apakah harus membawa bangkai atau masih bernapas untuk keperluan Rogard.     

Tangan kanan Rogard terulur ke depan, ke arah tubuh besar zebra yang tertidur, lalu ia menyerap energi petir zebra itu, menghisap seluruhnya hingga akhirnya zebra itu pun lemas dan mati. Rogard memejamkan mata, puas karena memperoleh kekuatan lagi.     

Dante sudah berdiri di belakang Rogard. "Bagaimana? Apakah itu cukup besar?"     

Rogard menoleh dan menunduk hormat ke Dante. "Lumayan besar, Tuan. Tidak disangka Nona Andrea mampu menaklukkan hewan ini meski elemennya tidak cocok dengan dia."     

"Itu karena dia serius ingin berbaikan denganmu. Makanya hapus kebencian kamu padanya."     

"Baik, Tuan. Saya mengerti."     

"Apakah itu sudah bisa menumbuhkan fisik pedang?"     

Rogard menggeleng. "Masih belum bisa, Tuan. Mungkin butuh beberapa hewan petir ungu lagi."     

Dante mengangguk paham.     

-----------     

Hari berikutnya, mereka mulai berburu Beast berelemen petir untuk menumbuhkan kekuatan Rogard. Andrea sudah diberitau mengenai kondisi Rogard dan bersemangat untuk membantu Rogard mendapatkan tenaga lebih.     

Berbekal kekuatan Sniffer, Andrea selalu bisa menemukan hewan berelemen petir untuk ditaklukkan Dante dan Rogard. Dante bersikeras agar Andrea tidak perlu ikut bertarung dan menunggu saja di pinggir atau di pohon karena elemen api Andrea tidak berpengaruh pada petir. Apalagi elemen bumi gadis itu lemah pada petir.     

Maka, bantuan yang bisa ditawarkan Andrea hanyalah mencarikan hewan elemen petir untuk mereka.     

Dalam sehari, mereka berhasil membunuh banyak hewan elemen petir, dari yang berpetir kuning sampai petir ungu. Mereka tidak bertemu dengan yang berpetir putih. Sepertinya itu jenis yang lumayan langka.     

Rogard tidak mengeluh dan menerima semua petir yang ada. Hewan berpetir putih hanyalah sebuah keberuntungan saja jika ditemukan. Maka, dia tidak memaksakan diri untuk mendapatkan jenis itu.     

Sementara, Dante juga makin mahir menggunakan energi petir dari Vreth yang dia ubah menjadi jarum mematikan. Berbekal itu, dia tidak merasa kewalahan dalam pertempuran jika Rogard belum bisa menumbuhkan fisik pedang saat dia dalam mode manusia.     

Terlebih dari itu, hubungan Andrea dan Rogard juga membaik. Rogard benar-benar bisa menerima Andrea dan memaafkan gadis itu apapun perlakuannya di masa lalu pada Rogard. Tentu campur tangan ucapan Dante banyak berpengaruh.     

Suatu hari ketika sedang berjalan di padang salju, Dante dan Andrea bertemu dengan pasukan Mammoth Gading Emas yang panjang.     

"Dia berelemen Bumi, Dan!" seru Andrea bersiap.     

"Aku tau. Kadang elemen mereka tercermin dari warna bulu mereka. Tapi tidak semua," timpal Dante. Rogard sudah muncul di dekat mereka.     

"Biar saya maju terlebih dahulu, Tuan!" Rogard melesat cepat ke pasukan Mammoth Gading Emas. Ada sekitar enam puluh Mammoth. Sepertinya mereka hendak bermigrasi.     

Meski Andrea sebenarnya tidak tega jika harus membunuh para Beast yang terkadang tidak berhasrat menyerangnya, bahkan terkadang dalam kawanan hewan itu terdapat anak-anak, namun Andrea tak memiliki pilihan lain selain membantai mereka semua karena ia membutuhkan inti kristalnya agar dia bisa tetap hidup dan keluar dari alam itu.     

Maka, meski menahan sedih yang sangat, Andrea memilih untuk menidurkan para Mammoth ketimbang membantai mereka. Namun, berbeda dengan Dante dan Rogard yang tetap menatap dingin pasukan Mammoth itu dan menebas satu demi satu tanpa belas kasihan.     

Andrea tak bisa menyalahkan dua pria itu. Mereka hanya melakukan untuk bertahan hidup.     

Ternyata, meski tubuh Mammoth besar dan mengerikan, tenaga mereka tidak sebesar penampilan mereka, apalagi mereka bergerak lambat sehingga Dante dan Rogard dengan mudah membasmi mereka tanpa bersusah payah.     

Ketika tersisa anak-anak Mammoth yang masih hidup, Andrea memohon pada Dante agar melepaskan mereka.     

"Kau yakin, Andrea?"     

"Iya. Beri kesempatan mereka untuk hidup, Dan."     

"Apa kau pikir jika kau melepaskan anak-anak itu maka mereka akan hidup sampai besar? Kau pikir mereka akan bisa bertahan tanpa induk mereka? Apalagi banyak hewan buas lainnya di sekitar sini." Usai Dante memberikan pemikirannya ke Andrea, terdengar raungan serigala di kejauhan sana.     

Andrea bergidik dan mengiyakan ucapan Dante dalam hatinya. Dante benar. Sangat benar. Anak-anak Mammoth ini hanya akan mati dalam beberapa hari mendatang tanpa perlindungan induk dan kelompoknya. Andrea tau itu.     

Gadis Cambion luruh ke tanah dengan kedua lutut tertekuk berlutut. Dia tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia tumpahkan semua tangisnya sambil merutuki Djanh yang sudah membuatnya berada di alam ini dan berlaku bagai dewa kematian bagi para Beast di sini. Andrea menutup wajah menggunakan dua telapak tangannya dan merasakan tubuhnya didekap.     

Dante memeluk tubuh Andrea yang berguncang dan bergetar karena tangis pilu. Ia membiarkan Andrea melepaskan semua emosinya dan menunggu hingga Andrea tenang.     

Rogard menyaksikan semua dari samping. Pemahaman Rogard pun tumbuh bahwa tuannya sangat menyayangi Nona Cambion.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.