Devil's Fruit (21+)

Dia Adalah Surgaku (21+)



Dia Adalah Surgaku (21+)

0Fruit 126: Dia Adalah Surgaku     

=[[ Dante POV ]]=     

Kalau aku meniadakan harga diri dan martabatku, rasanya aku ingin menangis mengiba pada Andrea. Bukan begini yang aku harapkan. Aku ingin menyentuh dia, aku ingin malam ini berlalu dengan intim dan penuh gairah seperti sebelum-sebelumnya!     

Tidak diborgol dan ditutup mata seperti ini!     

Bahkan entah bagaimana nasib penis kesayanganku...     

Jakunku turun-naik sambil menghembuskan napas lega ketika benda tajam itu sudah tidak lagi menyentuh milikku. Malam ini karena aku tau Andrea akan datang, aku sengaja tidak memakai pakaian apapun, seperti kebiasaan aku jika tidur di dunia luar.     

Aku merasakan hembusan angin dingin. Kenapa Andrea tidak menyentuhku lagi? Hei, ke mana bocah Iblis nakal itu?! Apa dia sudah selesai? Tidak ingin memanen spermaku seperti biasanya? Seketika, aku merindukan dia. Damn!     

"Angkh!" Aku terkesiap ketika tiba-tiba merasakan penisku dijilat. Oh syukurlah... ketakutanku tidak terjadi.     

Geliat lidah Andrea sangat fasih memulas batang penisku hingga aku terengah-engah dengan napas berat. Lebih-lebih ketika dia memasukkan kepala penisku ke mulut terampil dia dan menghisap-hisap benda tersensitif milikku. Itu erogenus utama dariku.     

Pinggulku sudah bergerak gelisah. Andrea terlalu piawai memanjakan penisku seluruhnya. Dan itu menambah frustrasiku karena aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalas dia atau sekedar mengelus wajah manisnya yang tidak pernah membuatku bosan.     

"Arrghh... Andrea, please... aakkhh... lepaskan borgol-mmghh... haanghh..." Aku sampai susah payah menyuarakan permohonanku. Iblis kecil sialan ini hanya terkekeh dan terus melanjutkan siksaan seksual dia di penisku.     

Tak perlu menunggu lama-lama, hanya dalam hitungan belasan menit, aku menyerah dan tersengal-sengal ketika Andrea sedang memanen cairan jus spesialku yang pertama untuk malam ini. Semoga setelah ini dia mau membuka borgolku.     

Mengharap dia membuka borgol, dia malah membuka Blindfold di mataku. Sialan!     

Sekarang dia sudah tampak di depan mataku, indah, cantik dan seksi luar biasa dengan kostum ketatnya.     

Dia tersenyum nakal, mengerling sekali padaku dan berjalan mengitari kamarku. Lalu, dia menjentikkan jarinya dan seketika terdengar alunan musik instrumen bernada sensual RnB. Tak lama kemudian, ia memelorotkan atasan kostum dia dengan gerakan perlahan-lahan.     

Astaga... dia kini sedang melakukan Striptease!     

Napasku tercekat di tenggorokan. Aku sampai hampir lupa bernapas gara-gara menyaksikan tingkah binal dia melepas satu demi satu kostum dia. Tanpa diragukan lagi, tongkat panasku menegang.     

Ternyata di balik kostum ketat warna hitam dia itu masih ada dalaman berwarna hitam yang seksi menantang mataku. Oh, Andrea... aku bersumpah, Andrea... jika kau berani begini pada lelaki lain, akan aku bunuh, aku potong-potong... lelaki itu.     

Andrea menari, meliukkan tubuh sintal seksinya mengikuti irama lagu sensual yang mengalun tidak terlalu keras di kamarku. Sesekali dia akan menyentuh tubuhnya sendiri dengan tatapan sensual.     

Terkadang dia mendekatiku yang masih terborgol, mengangkat satu kakinya sehingga aku bisa melihat... astaga, celana dalam mungil yang dia pakai, yang berwarna hitam berenda, ternyata berlubang di bagian tengah, tepat di bagian kewanitaan dia.     

SHIT! DAMN!     

Ah, aku ingin mengumpat keras-keras. Ini terlalu berlebihan menggodaku! Apalagi saat Andrea mengelus kewanitaan dia sendiri sembari satu kaki dia angkat di atas ranjangku dan dia tetap berdiri di depanku.     

Tiba-tiba, di tangan Andrea sudah ada sebuah benda berwarna merah muda. Dildo?! Oh, kumohon, ini namanya penyiksaan mata!     

Benar saja, sembari kakinya belum diturunkan, Andrea menggesek-gesekkan dildo berbentuk penis itu ke garis kewanitaan dia seraya dia melenguh manja dan memanggil-manggil namaku. Sialan kau Andrea! Awas saja jika aku berhasil lolos dari borgol ini!     

"Aaaanghh~ Danteee~ enaakkk... mmhhh... haaanghh..." Andrea terus gosok-gosokkan dildo sialan itu ke klitoris dan mulut vagina dia.     

"Andrea, jangan konyol! Jangan pakai benda seperti itu! Apa kau pikir aku tidak mampu, heh?!" Aku sudah saking frustrasinya dan ingin murka.     

Apalagi ketika Andrea turunkan kaki dan berjalan lalu dia duduk mengangkang di lantai menghadap ke arahku secara provokatif. Aku mendengus kesal. Sangat kesal! Itu karena dia malah memainkan tongkat dildo warna merah muda itu di kewanitaan dia, dan akhirnya memasukkan batang palsu itu ke liang hangat dia.     

BRENGSEK!!! Akan aku cincang benda palsu itu!!! Kucincang sampai  menjadi serpihan sejumlah sepuluh ribu keping!!!     

"Angh~ Haaangh~" Damn you, Andrea! Kenapa kau harus menyiksaku dengan cara bermain menggunakan dildo?! Wajahnya memerah ketika satu tangannya memasuk-keluarkan dildo ke vagina dan tangan lainnya mengusap-usap klitorisnya. "Anghh~ Dante~ emmhh..."     

Aku pejamkan mata sejenak, meredakan emosiku. Lalu setelah membuka mata, aku berusaha lebih tenang menghadapi tingkah sialan iblis satu ini.     

Sekarang Andrea malah menungging di depanku sambil masih mengocokkan dildo bajingan itu di depan mataku.     

Oh, brengsek! Aku malah tambah terangsang dan tegang! Apalagi Andrea sesekali memunculkan wajah vulgar dan merona dia seraya melantunkan suara erotisnya yang aku suka.     

Setelah beberapa menit penyiksaan mata, Andrea melirik penisku yang tegang dan ia menghampiriku. Kembali penisku dia kurung di mulutnya dan ia permainkan sesuka hati. Hanya dalam beberapa menit, aku sudah menyodorkan jus cintaku ke mulut Andrea yang langsung dia teguk semuanya hingga tetes akhir.     

Ia terkekeh puas sambil mengusap ujung mulutnya. Sialan. Awas saja kau nanti!     

Aku mengantisipasi tingkah gila apalagi dari Andrea sesudah ini? Bercinta dengan dildo di depan mataku lagi?     

Napasku nyaris berhenti ketika melihat Andrea melepas kait bra berenda warna hitamnya, sehingga kini aku bisa melihat jelas apa adanya dua benda kembar kesukaanku, favoritku.     

Andrea mendekatiku dan menyodorkan benda itu ke mulutku. Tentu saja aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku rakus menyesap putingnya sembari dia memegangi kepalaku dan melenguh sensual.     

Namun, hak istimewa itu hanya diberikan tak lebih dari lima menit. Hei, tidak adakah perpanjangan waktu?! Kenapa singkat sekali?!     

Kesal, kutatap Andrea yang menjauh dariku sambil mengerling. Hatiku melonjak melihat senyum genitnya.     

Lalu dia berlutut di depanku yang masih dalam posisi duduk dengan berhiaskan borgol di tanganku di belakang sana.     

"Mmmghh!" Aku menahan eranganku ketika Andrea menjepitkan kedua payudaranya ke penisku. Oh, sialan. Ini di luar ekspektasiku. Malahan ini melebihi ekspektasiku!     

Andai penisku bisa bicara, ia akan berteriak penuh suka cita saat dua bongkah besar payudara Andrea menghimpitnya dan kemudian menggosok-gosokkannya turun-naik bagai mengocok. Lidah iblis kecil ini juga memainkan peran untuk mengeluarkan deraman hasratku.     

Penis yang dijepit payudara, dikocok menggunakan bongkahan favoritku, dan kepala penisku dijilati pula! Surga mana yang perlu kudatangi jika sudah ada di sini?     

Oh, rasanya aku pernah memiliki cita-cita yang berkaitan dengan Surga... tapi rasanya aku lupa kenapa aku memiliki cita-cita itu? Bukankah Andrea sendiri adalah surgaku? Lalu, untuk apa aku membutuhkan surga lainnya?     

Entah! Pikiranku mendadak hilang apabila Andrea sudah menyentuhku. Dasar Iblis nakal ini!     

"Haarrkkhh!" Lagi-lagi, aku menyerahkan spermaku. Ini sudah yang ke berapa kali? Aku sampai terlupa menghitungnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.