Devil's Fruit (21+)

My Catwoman (21+)



My Catwoman (21+)

0Fruit 125: My Catwoman     

=[[ Dante POV ]]=     

"Dante~"     

Nah, itu dia datang. Aku di saat dikunjungi begini, seakan-akan aku tidak tidur. Seakan ini aku masih ada di dunia nyata di alam Cosmo dan masih berbaring santai di ranjangku dengan mata belum terpejam.     

Padahal, dengan kedatangan dia ke kamarku, itu menandakan ini adalah alam mimpi. Terkutuk benar kemampuan Iblis Succubus. Dan aku menyukainya. Karena, yah... itu adalah Andrea. Yeah, aku hanya berharap hanya Andrea saja yang begini padaku di alam mimpi.     

Tapi... apakah dia hanya mengunjungi aku satu-satunya? Atau...     

Hei! Aku lupa kalau dia sudah ada di dekatku. Aku terlalu lama melamun, sialan!     

Oh lihat, malam ini dia memakai kostum hitam mengkilat ketat dan seksi bagai kostum Catwoman. Hanya, dia tidak memakai topengnya saja.     

Dia berjalan elegan dengan tatapan penuh gelora padaku. Ah ya, dia sudah mirip seperti kucing lapar saja. Dan apa ini berarti aku ikan asinnya? Ah, shit! Memalukan!     

Aku masih berbaring tenang di ranjang, menunggu dia lebih mendekat lagi.     

Kostum hitam ketatnya membungkus tubuh seksi dia dari dada sampai ujung kaki. Bagian leher kostum itu sengaja diturunkan resletingnya sehingga aku bisa menahan napas melihat belahan dadanya yang menantang menyembul mengintip di antara bukaan resleting kostumnya.     

Sialan. Kenapa dia sekarang mulai binal dan memakai kostum segala? Apakah dia benar-benar sudah menjelma menjadi Succubus laknat sepenuhnya? Oke, jika tindakan laknat dia hanya padaku, itu bisa kupertimbangkan.     

Ketika Andrea mulai berdiri di samping ranjangku, aku pun duduk. Mata kami saling beradu dengan hasrat yang sama. Ia bergerak naik ke pangkuanku setelah aku membimbing dia.     

Aku memeluk pantatnya ketika dia masih berlutut di pangkuanku. Kemudian dia menurunkan pantat hingga menyentuh benda kebangaan di selangkanganku. Aku mengerang singkat sambil tanganku mulai merayapi pinggang dan berakhir di kedua pantatnya yang kenyal.     

Ia mengelus wajahku sejenak sebelum akhirnya kami saling melumat dan mencumbu sambil belitkan lidah kami satu sama lain, menari Tango di dalam mulut.     

Pinggul Andrea bergerak-gerak sehingga miliknya berhasil menggesek bendaku dan mengembangkan tongkat jantanku ke level selanjutnya.     

Libidoku tak perlu dipertanyakan lagi, tentu naik tinggi. Terlebih ketika aku mulai memerangkap salah satu puting dia dalam mulutku yang rakus usai aku menurunkan resleting di dada dia dan memelorotkannya hingga aku bisa bebas menikmati payudara favoritku.     

Andrea melenguh binal sembari remas rambutku dan pinggulnya kian giat bergerak sembari aku terus melomoti putingnya satu demi satu bergantian.     

Aku tak tau kapan Andrea membimbing kedua tanganku ke belakang, dan tiba-tiba...     

KLIK!     

Hah?!     

BORGOL?!     

Aku menatap bingung ke dia. Mau apa Iblis satu ini pakai borgol segala pada tanganku?     

"Andrea! Lepaskan ini!" Aku jadi susah bergerak karena kedua tanganku diborgol di belakang punggung.     

"Hihihi..." Andrea malah tertawa nakal. Sialan! Apa sih yang ada di pikirannya?     

"Dante nggak boleh nakal, yah..."     

"Maksudmu apa, Andrea?!"     

"Ssstt..." Ia tempelkan jari telunjuknya ke bibirku. "Ini karena Dante biasanya nakal. Makanya sekarang harus dihukum, hihi..."     

Andrea pun menjauh dari aku, turun dari pangkuan dengan tatapan puas. Mau apa dia?     

CTAARR!     

Astaga! Apa itu yang dia keluarkan?! Cambuk?! Ah sialan! Jangan katakan dia saat ini sedang ingin bermain Fem-Dom alias Female Domination! Oh tidak, jangan, kumohon... apakah dia benar-benar akan memainkan cambuk itu?     

Cambuk di tangan Andrea berwarna hitam sehitam kostum ketatnya. Rasanya lututku lemas membayangkan jika aku akan mengalami BDSM dengan Andrea berperan layaknya Fem-Dom. Ketakutan itu membuat tongkat jantanku mulai layu sedikit.     

Seketika, cambuk di tangan Andrea berubah menjadi cambuk yang diselubungi bulu-bulu halus seperti bulu angsa. Cambuk itu bergerak meliuk-liuk di tubuhku membuatku geli sekaligus merasakan sensasi aneh.     

Apalagi jika cambuk bulu itu merayap di puting dadaku lalu turun hingga ke area batang panasku. Bagaimana cambuk itu bisa bergerak bagai punya nyawa? Ah, aku terlupa bahwa Andrea memiliki tenaga Mossa.     

Setelah aku distimulasi oleh cambuk tersebut dan mulai bangkit kembali hasrat yang tadi sempat turun, cambuk itu pun menghilang dari tangan Andrea dan ia melangkah mendekatiku.     

Sreett!     

Shit! Sekarang dia menutup mataku dengan penutup mata khusus untuk tidur. Damn! Ini Blindfold! Aku benar-benar mengalami BDSM. Ah, semoga saja hanya B dan D, tak perlu sampai S dan M.     

Dengan ditutupnya mataku, aku tak bisa melihat apapun sekarang. Ini permainan binal. Sangat binal! Darimana Andrea mempelajari hal binal seperti ini?! Awas saja kalau dia melakukan ini dengan yang lain!     

Dikarenakan mataku ditutup, maka aku hanya bisa berdebar menantikan apa yang akan terjadi padaku setelah ini.     

"Argh!" Aku terpekik terkejut ketika merasakan puting kiriku disentuh sesuatu yang kenyal. Lidah? Yah, itu lidah. Semoga lidah Andrea. Akan aku potong-potong jika itu bukan lidah dia! Um, bukan berarti aku mendambakan lidah si iblis kecil itu, sih! Hanya... jijik jika itu lidah seseorang atau malah makhluk antah-berantah yang tidak kukenal baik. Oke?!     

Puting mungilku dihisap-hisap. Fine, aku yakin itu memang Andrea. Aku masih ingat dengan aroma tubuh dia. Aku mendesah gila. Itu termasuk salah satu erogenusku selain kepala penisku.     

Menit berikutnya, tiba-tiba aku merasakan dingin angin pada putingku yang baru saja dihisap kuat oleh Andrea. Ternyata dia menjauh.     

Dan desahan beratku muncul kembali ketika mulut Andrea mencapai ke leherku. Oh, itu juga salah satu erogenusku, selain kepala penis dan puting dadaku.     

Jilatan nakal lidahnya dengan sesekali kecupan ringan bibirnya berlangsung tidak sampai lima menit. Dia menjauh lagi.     

"Haangh~" Aku mengerang lirih ketika cuping telingaku dikulum bocah iblis nakal ini. Yeah, kuakui daerah itu juga merupakan erogenusku, selain kepala penis, puting dada, dan leherku.     

Kenapa? Semua tubuhku adalah erogenusku jika Andrea menyentuhnya! Problem?!     

Aku menggeliat, lumayan frustrasi karena aku tak bisa apa-apa, tak bisa membalas perlakuan nakal dia padaku. Terutama... tak bisa menyentuh dia. Ini tidak seperti yang aku inginkan. Ini melenceng jauh!     

"Andrea~ please... lepaskan borgolku, please~" Sialan, aku sampai memohon segala! Sungguh membanting seluruh harga diriku! Sialan kau, Andrea!     

Aku mendengar tawa cekikikannya yang terdengar binal. Kemudian dia berbisik di dekat telingaku, "Nikmati saja hukuman dariku, yah Dante sayaaaank..." Ah, sialan! Sialan! Kenapa suara dan kalimatnya begitu vulgar?!     

Dan aku tidak berdaya. Huh!!!     

"Hngkh!"     

Aku bisa merasakan benda runcing sedang menyentuh tongkat kebangganku! Apa itu? Jangan katakan itu pisau, kumohon... jangan pisau.     

Oh tidak! Apakah dia menggunakan durinya?! Serius dia memakai duri untuk menyentuh penisku?! Hei, itu masa depanku! Kebanggaanku! Jangan merusak masa depanku!     

Meski aku tau ini hanya di alam mimpi, namun... tetap saja aku bergidik ngeri jika bayanganku menjadi kenyataan.     

Duri besar seukuran jari itu menusuk-nusuk lembut penis telanjangku!     

NOOOOOOOO!!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.