Devil's Fruit (21+)

Dasar Kucing Nakal!



Dasar Kucing Nakal!

0Fruit 117: Dasar Kucing Nakal!     

Selanjutnya, Kucing Hutan Air begitu susah ditaklukkan oleh Dante. Padahal pria itu sudah mengeluarkan banyak daya dan upaya untuk menyerang kucing besar berwarna kelabu bertotol hitam itu.     

Si kucing terus bersuara seakan-akan meledek Andrea yang tidak mungkin menerjemahkan lagi karena sudah dihardik Dante.     

Andrea meremas tangannya dengan kesal. Kalau begini terus, Dante bisa kalah! Ia sibuk memutar ide di kepalanya sambil terus mengamati gerakan si kucing secara lamat-lamat, berharap menemukan kelemahan Beast tersebut.     

"Dan!" Andrea menjerit usai dia menemukan sesuatu.     

"Jangan ganggu aku, Andrea!"     

Gadis itu kesal bukan main. Padahal dia bermaksud memberi tau Dante mengenai kucing yang terlihat lincah dan susah dirobohkan itu.     

Ketika Dante dan si kucing sama-sama berhenti menyerang, keduanya saling menunggu dan mata mereka saling bertatapan serius dengan sikap siaga satu sama lain.     

Wuuusss!     

Andrea meluncur turun dari pohonnya ke Dante.     

Tapp!     

Segera saja Dante menangkap tubuh itu sebelum menghempas ke tanah dan jadi perkedel nantinya. "Apa kau sudah gila untuk lompat begitu saja, heh bocah tolol?"     

Bukannya tersinggung dikatakan tolol, Nona Cambion justru terkekeh santai setelah ada dalam pelukan Dante dan mereka melayang di udara. "Hehe, aku percaya kok kalo Dante pasti bakalan tangkap aku sebelum jatuh ke tanah."     

Hati Dante mendadak berkobar. Begitu percayanya Andrea pada dia? Sebesar itukah rasa percaya gadis itu kepada dia?!     

Menggerakkan jakunnya, Dante pun berbicara. "Kenapa turun?"     

"Aku menemukan cara bunuh kucing nakal itu," jawab Andrea dengan suara lembut mendayu sambil ia mulai dekatkan bibirnya ke telinga Dante untuk berbisik. "Setiap dia mulai menggunakan elemen airnya, mata dia bercahaya sebentar dan air dia keluar. Sepertinya di situ kelemahan dia."     

Dante jauhkan wajahnya dari Andrea. "Kenapa harus bisik-bisik?" Ia kerutkan dahi.     

Andrea menepuk ringan muka Dante. "Jangan banyak-banyak ge-er! Dia itu bisa tau bahasa kita! Makanya aku harus bisik-bisik aduhai begini!"     

"Hm..."     

Tangan Andrea meraih wajah Dante dan kembali ingin berbisik padanya. "Dia lemah dengan kayu atau tanah, kan?"     

"Hm."     

"Aku akan bikin jarum atau tonggak dari kayu dan akan serang mata dia pakai Mossa. Kamu ledakkan tanah di sekitar dia pake ledakan petir dari pedang wow kamu. Paham, kan?"     

Andrea pun jauhkan wajah dari Dante meski jarak mereka masih cukup dekat. Ia menunggu persetujuan dari Dante akan taktik yang dia temukan.     

"Hm. Tidak buruk." Lalu, setelah Dante mengatakan itu, dia melempar Andrea ke dahan pohon yang sekiranya tidak bisa dijangkau Kucing Hutan Air.     

Andrea memaki-maki dalam hati. 'Dante sialan! Nephilim brengsek! Hampir aja gue jatoh! Enak aja maen lempar! Dikata gue ini batu, apa?! Mana ada batu keren kayak gue?!'     

Tapi dia tak bisa berlama-lama mengeluhkan sikap Dante tadi, karena Dante mulai memberikan serangan ledakan petir ke tanah di sekitar Kucing Hutan Air. Debu tanah beterbangan ke udara. Untung saja mata Dante cukup tajam sehingga dia tetap tau di mana kucing itu meski daerah itu tertutup awan debu akibat serangannya.     

Andrea segera membuat pasak kecil dari dahan kayu yang ia anggap kuat. Ujung pasak itu ia runcingkan hingga sangat tajam. Ia membuat enam sekaligus untuk cadangan andai meleset.     

"Dan! Aku cantik!" Andrea memberi kalimat kode. Ia tak mungkin berteriak seperti 'aku siap' atau sejenisnya karena itu akan membuat si kucing akan waspada dan mengetahui taktik Andrea. Dante sudah diberitahu mengenai kalimat kode sebelumnya meski dia hanya memutar mata ketika tau apa bunyi kalimat kodenya.     

Dante sekali lagi menciptakan awan debu di sekitar Kucing Hutan Air sembari Andrea mempersiapkan pasak-pasak runcing kayunya yang sudah dia siagakan melayang di atas telapak tangannya, siap diluncurkan.     

Begitu awan debu mulai luruh ke tanah sedikit demi sedikit, tubuh kucing itu mulai terlihat dari atas dahan pohon. Seperti dugaan Andrea, kucing hutan itu agak terganggu dengan awan debu buatan Dante.     

Andrea membidik sebaik-baiknya arah yang dia inginkan. Ini harus bisa sukses sekali jalan!     

Wuuss! Wuuss!     

Pasak kayu runcing seukuran pensil itupun melesat terbang cepat ke arah kucing ketika Andrea melihat mata si kucing mendadak bercahaya. Itulah kesempatan dia. Meski hanya hitungan detik, namun patut dicoba.     

Zleepp! Zleepp!     

"MWAAAARGGHH!"     

Kedua pasak tajam itu ternyata berhasil menusuk dua mata kucing itu dan mengakibatkan lolongan penuh kesakitan Kucing Hutan Air sebelum dia sempat memunculkan kekuatan elemen airnya ke Dante.     

Wuuss! Wuusss!     

Dua pasak lainnya melayang kilat ke arah dada si kucing, mengarah ke jantungnya.     

Zleepp! Zleepp!     

Dengan mudahnya, jantung itu ditembus dua pasak dari Andrea. Ia lega karena semua serangan fatalnya berhasil mengenai sasaran dalam sekali coba.     

Tak perlu membutuhkan waktu hingga lima belas menit, kucing hutan itupun roboh ke tanah, tersengal beberapa kali dan akhirnya tak lagi bernapas. Mati.     

Dante hela napas lega. Dia sudah sangat kelelahan mengurus kucing satu ini. Andrea juga lega bahwa taktik dia ternyata berhasil dengan gemilang.     

Nona Cambion pun turun dari pohon dengan menggunakan cambuknya.     

Dante menatap Andrea yang mulai menapak tanah dengan mulus. "Tidak lagi melemparkan tubuhmu kepadaku seperti sebelumnya?"     

Andrea terkikik geli. "Kapan-kapan saja, yah!" Ia melewati Dante seraya tepuk lembut pipi Tuan Nephilim. Rahang Dante menegang akan perlakuan Andrea.     

Gadis itu berjongkok mengamati bangkai kucing di atas tanah. "Dasar kucing nakal!"     

Malam itu, karena mereka sama-sama lelah, Andrea memutuskan mereka tidur di Cosmo agar tidak diganggu Beast apapun.     

Kini keduanya sudah sama-sama berbaring di ranjang masing-masing, di kamar mereka sendiri. Tak perlu menunggu lama, Andrea sudah mulai mendengkur sambil telentang.     

Dante mendengus karena mendengar bunyi dengkuran lirih di sebelah. "Dasar kucing pendengkur!" Ia miringkan tubuh sambil menutupi telinganya dengan bantal agar bisa cepat tidur tanpa terganggu dengkuran Andrea.     

Ketika dia sudah hampir lelap, tiba-tiba tangannya disentuh seseorang. Dante segera balikkan tubuh untuk melihat siapa gerangan yang memasuki kamar dia. "Andrea?!"     

Tuan Nephilim heran menatap Andrea yang sudah berada di dalam kamarnya dengan pakaian yang sangat provokatif. Hanya mengenakan dalaman yang terbuat dari kulit bulu Raja Serigala favorit si Cambion.     

'Apa bocah iblis ini memiliki satu set bikini dari bahan itu?' Dante sampai terheran-heran. Ia memandangi Andrea yang kini duduk di tepi ranjangnya. Kedua payudara Andrea hampir meluap keluar karena bra ala bikini itu hanya bertali belakang saja. Dan celananya berbentuk G-string. 'Bocah ini! Dia sampai membuat G-string dari bulu Beast!'.     

"Andrea, kenapa ke sini?" tanya Dante. Tunggu, kenapa rasanya Andrea tampak lebih dewasa? Atau ini hanya mata Dante yang salah karena kamarnya gelap dan hanya ada cahaya remang dari bulan saja.     

"Aku kesepian~" rengek Andrea sambil mengelus dada Dante yang telanjang.     

"Hah? Kesepian?!" Dante tak percaya seratus persen. Bukannya gadis itu biasanya tidur sendiri?     

"Dante~ aku nggak bisa tidur..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.