Devil's Fruit (21+)

Andrea Bisa Cemburu?



Andrea Bisa Cemburu?

0Fruit 116: Andrea Bisa Cemburu?     

Selama setengah bulan ini, Andrea dan Dante banyak bertarung dengan berbagai macam Beast yang kini memiliki kekuatan elemen. Ada Kuda Api Tanduk Ganda, lalu Tikus Petir Mata Hijau yang lumayan besar dan ganas, selanjutnya juga ada Jangkrik Angin Raksasa, dan pernah pula ada Beast elemen yang membuat Andrea jijik yaitu Kecoak Air Hijau yang bisa menyemburkan cairan hijau menjijikkan dan lengket.     

Andrea sampai menjerit-jerit saking jijiknya, apalagi tubuh Kecoak Air Hijau tergolong besar seperti anjing Herder. Bahkan Gadis Cambion sampai mandi berendam dalam wewangian khusus selama sehari semalam setelah tubuhnya terkena air si kecoak itu.     

Dante menahan tawa ketika menyaksikan Andrea memekik penuh jijik usai tersemprot cairan hijau si kecoak setelah membunuhnya. Itu pemandangan yang rugi kalau dilewatkan bagi Tuan Nephilim.     

Setelah berkali-kali bertempur melawan banyak Beast elemen, Andrea memutuskan mereka istirahat dulu di Cosmo sampai mood Andrea membaik usai terkena cairan Kecoak Air Hijau. Terlebih sewaktu terakhir mereka keluar dari Cosmo, mereka bertemu Sanca Petir Hitam yang sangat ganas dan susah ditangani baik itu oleh Andrea atau Dante.     

Mereka menyingkir ke Cosmo untuk sementara waktu sampai Sanca Petir Hitam pergi. Terkadang, Cosmo bisa menjadi tempat perlindungan bagi keduanya jika mereka tidak yakin bisa memenangkan pertarungan. Mereka lebih sayang nyawa ketimbang ngotot mendapatkan inti kristal.     

Di dalam Alam Cosmo, mereka berlatih masing-masing dengan senjatanya sendiri dan melakukan beberapa kegiatan remeh lainnya seperti makan enak atau berendam sepuas hati.     

Andrea juga rajin membuat Pil Inti karena itu sangat berguna untuk melonjakkan energi mereka ketika mereka mulai kelelahan saat bertarung. Untung saja Pil Inti tidak memiliki efek samping seperti doping. Itu murni memberikan tambahan energi saja tanpa merusak organ lainnya.     

Ketika Andrea dan Dante cukup jenuh di dalam Cosmo selama seminggu, mereka pun keluar dan langsung dijatuhi Gulungan Kuno dari langit oleh Pangeran Incubus Djanh.     

"Kalau kalian terus bersembunyi dan menghindari pertarungan, maka kalian takkan mendapatkan poin yang bisa digunakan untuk membuka pintu alam dimensi! Salam rindu dari Pangeran paling tampan di Underworld, Djanh!"     

Andrea meraung usai membaca apa yang tertulis di Gulungan Kuno. "Piiiiiiiip! Dia kira ini dunia game, hah?! Poin?! PIIIIIIPPPPP!" Lalu ia menyerahkan gulungan itu ke Dante dan jalan sambil hentak-hentakkan kaki karena kesal.     

Ingin marah, tapi apa gunanya? Mereka saat ini tidak punya daya apapun untuk keluar dari tempat aneh itu kecuali Djanh yang memberi kuasa untuk mereka keluar.     

Maka dari itu, tak ada yang bisa dilakukan selain patuh dan patuh, atau mereka akan terjebak di sana selama-lamanya.     

Mendekati penghabisan bulan, Andrea berlatih kekuatan mental, yaitu pengendali pikiran. Ini ia sadari ketika dia tiba-tiba bisa mendengar kata-kata yang dilontarkan Beast terakhir yang mereka taklukkan. Dari situ, Andrea mencoba menggunakan kalung mental yang dia namai Red Soul karena liontinnya berwarna merah.     

Puteri Cambion berlatih menggunakan Beast lemah yang sengaja dia cari dan tangkap di area sekitar situs.     

"Coba, bicaralah padaku, wahai kelinci lucu," ucap Andrea pada seekor kelinci berbulu putih yang berukuran normalnya anak kelinci sebesar genggaman tangan.     

Anak kelinci itu menggerak-gerakkan hidungnya yang berkumis pendek dan kepalanya menoleh ke sana kemari dengan sesekali telinga panjangnya yang halus lembut menegak dan kembali terkulai.     

"Ayo, dong... ngomong deh, adek kelinci imut. Kakak cantik ini gak akan gigit, kok! Ayo, ngomong, curhat sini ke Kakak cantik di sini." Andrea terus memberikan bujukan dan rayuan agar si kelinci sudi untuk bicara mengeluarkan suara yang akan ditangkap Andrea untuk dimengerti ucapannya.     

Sayangnya, si kelinci kecil masih saja enggan bersuara meski hanya decitan lirih sekalipun. Ia tetap saja mengendus-endus udara dan bersikap ala kelinci normal dalam telapak tangan Andrea.     

"Nih kelinci apa gak paham Bahasa Indonesia, yah?" Berbekal pemaham itu, Andrea pun mencoba berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris, namun tidak memberi efek memuaskan seperti yang diharapkan.     

Andrea menghela napas dan mulai mengganti dengan Bahasa Spanyol, Jepang, Mandarin, Perancis, Rusia, hingga India lengkap dengan gerak-gerak kepala ala Tuan Takur. Namun, kelinci kecil hanya menatap sekian detik pada Andrea seolah-olah mencibir, dan kemudian kembali mengendus-endus udara.     

Dante mendekati gadis itu. Mereka sedang ada di alam Djanh, tidak di Cosmo. "Bukankah kelinci itu tidak bersuara? Bagaimana dia bisa bicara jika tidak bersuara? Bodoh," ejek Dante ke Andrea.     

Nona Cambion sudah akan memprotes dengan berbagai bahasa juga ke Dante ketika dia terkejut karena ada suara lantang, "Kakak tampan! Tentu saja aku bisa bicara! Aku ini tidak bisu, kau tau!"     

"Hah?" Andrea dan Dante nyaris bersama-sama menyuarakan keheranan sambil menoleh ke sekeliling mereka.     

"Kalian mencari siapa? Ughh... bukankah aku yang manis dan imut ini sudah jelas-jelas ada di depan kamu, Kakak tampan?" Suara itu masih muncul. Sebuah suara yang mirip dengan gadis muda usia enam tahun.     

Akhirnya, dengan rasa tak yakin dan tidak percaya, Andrea dan Dante menoleh ke kelinci kecil di atas telapak tangan Andrea. "Kamu?"     

Kelinci itu menggerak-gerakkan ujung hidungnya sambil sesekali mengusap telinganya sendiri dengan gerakan lucu. "Memangnya ada kelinci imut lainnya selain aku di dunia ini, hah?"     

"What the—" Andrea sudah ingin mengumpat namun kelinci itu tiba-tiba melompat dari telapak tangannya dan mendarat di dada Dante yang sigap memeganginya sebelum jatuh.     

"Aahh... di sini lebih enak." Kelinci kecil itu mengusap-usapkan wajah dan telinganya ke dada Dante.     

Wajah Andrea mendadak menghitam karena saking kesalnya. Apa maksud kelinci itu?     

Dante mengangkat kelinci dengan satu tangannya. "Hei, jangan bicara seenaknya."     

Wajah kelinci kecil bergegas memelas penuh akting mengiba ke Dante. "Kakak tampan, aku lebih menyukai kamu daripada perempuan narsis itu. Kakak tampan, peluk aku, Kak! Aku butuh Kakak Tampan untuk menyembuhkan syokku akibat perempuan narsis yang mengerikan itu..."     

Dante melongo.     

Dalam setengah jam berikutnya, Andrea sudah memegang daging kelinci panggang dan menghabiskannya untuk dia sendiri. Dia menggigit penuh semangat dan penuh akan aroma balas dendam.     

Jangan katakan kau cemburu dengan seekor kelinci kecil, Nona.     

Tuan Nephilim tidak berkata apa-apa dan berjalan ke pohon untuk duduk dan beristirahat. Ia mulai keluarkan Pedang Rogard dan membersihkannya agar tetap tajam dan memiliki performa bagus saat digunakan untuk bertarung.     

Andrea mencari Beast lemah lainnya dan dia malah menemukan Beast besar, Kucing Hutan Air. Andrea tak mungkin melawannya karena elemen kucing itu adalah air, dan api Andrea akan lemah di hadapan si kucing.     

Dante terpaksa yang maju untuk bertempur. Sementara Pria Nephilim bertarung dengan Kucing Hutan Air, Andrea bersembunyi nyaman di rongga pohon dan menonton dari sana.     

"Meaaww!" Kucing itu mengeluarkan cakar panjangnya yang berwarna hitam legam ke Dante. Air itu lemah jika berhadapan dengan kayu dan tanah. Sedangkan elemen Dante adalah petir, maka ini cukup menguras tenaga Tuan Nephilim.     

"Dan, dia bilang, kamu busuk! Hajar, Dan! Berani-beraninya dia menghina Tuan Muda Tampan di seluruh jagat Nephilim!" Andrea berseru dari rongga pohon sambil terus menonton.     

Dante tidak membalas dan hanya melirik sekilas ke Andrea sembari mendengus dan kerutkan dahi. Ia putar pedang besarnya hingga menciptakan ular petir warna ungu yang keluar dari ujung pedang sembari menyiapkan serangan jarum Vreth.     

"Mwaarrhh! Miaawwhh!"     

"Dan, dia bilang kamu itu lemah, orang gak guna, gak ada apa-apanya di depan dia yang hebat, dia bakalan bikin kamu gepeng jadi dendeng!" seru Andrea.     

"Andrea, diam! Kau pikir aku percaya?! Dia hanya bersuara dua kata dan kau menerjemahkannya sangat banyak?! Kau pikir aku idiot?!" balas Dante karena tak tahan dengan akal-akalan Andrea yang terlalu kentara.     

Tak dinyana, gadis itu malah terbahak bagai tak punya dosa.     

"Dasar muka badak!" geram Dante untuk Andrea.     

"Eh! Enak aja muka badak! Muka ini sudah aku kasi skincare, loh! Saban malam sebelum tidur dan sesudah mandi pagi! Ini lembut, tau!"     

"Mwaarghh!"     

"Dan, dia—"     

"Diam, Andrea!!!"     

Andrea pun menutup mulutnya sebelum Dante lebih meledak lagi akan amarah. 'Padahal tujuan gue kan baek. Gue cuma kepingin pompa semangat dia aja biar keki ma tuh meong dan cepet dimusnahkan. Bukannya bilang makasih malah ngambek. Dih!' batinnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.